12. Harus Bagaimana?

180 46 10
                                    

SEBELUM BACA....

JAN LUPA TEKAN ☆ DIPOJOK KIRI BAWAH YA... KALO MAU FOLLOW SEKALIAN JUGA BOLEH KOK HEHEHE..

MAKASIH..
____________________________________

Dan berakhir keduanya gelut dilantai. Jambak-jambakan kayak cewek. Padahal mah rambut mereka udah pendek.

12. Harus Bagaimana?

Kagami menatap sinis Aomine yang sedang menyantap sarapan paginya.

Tidur malam dan mimpi indahnya terganggu karena manusia keturunan papua itu. Kulitnya doang sih, kalo wajahnya mah Kagami akui ehem -CAKEP- ehem.

Kagami mendengus karena tatapan membunuhnya dianggap lukisan oleh si surai navy. Akhirnya ia beranjak pergi meninggalkan para majikannya yang lagi sarapan nikmat apalagi ditemani cuci mata yang aduhai lumayan seksi di depan mereka.

Kagami tuh merana. Kenapa nasibnya harus kayak gini? Kenapa dia tidak terlahir sebagai Akashi saja, biar hidupnya lebih santai, kan menyenangkan tuuh. Mau ini mau itu tinggal tunjuk.

Ya seenggaknya kayak Takao lah. Terlahir dari keluarga yang berada. Punya restoran milik keluarga. Kan Kagami bisa makan gratis. Apalagi dia demen banget sama yang namanya makan. Terutama Cheese Burger. Hehe.

Kagami menghela nafas. Bukan soal itu sih yang dia pikirin. Sebenernya dia itu lagi merana - meratapi nasib.

Bayangin aja, dia putus kuliah gara gara gak punya uang buat bayar. Dia harus mencari uang sendiri sehingga rela menjadi maid. Memang apalagi yang dia bisa selain memasak? Tentu saja jawabannya "ada". Dia itu bisa menang adu mulut, Bukan adu gulat. Seandainya ada sutradara yang mengetahui kemampuannya itu, pastilah ia diundang ke program tipi tipi pro kontra gitu. Dan akhirnya dapat duit dan jadi kaya raya. Tapi itu semua cuma ekspetasi. Emang ya. Kenyataan itu tak seindah ekspetasi. Jauh lebih mencekam malahan.

Kagami akan memulai rutinitas sehari harinya sebagai maid. Seperti biasa. Ia akan melakukan pekerjaannya dengan baik dan diganggu oleh mak lampir berwajah jelek.

Setelah melalui perdebatan panjang tak berujung, akhirnya mak lampir itu menyerah dan pergi sambil jingkrak jingkrak. Bukan karena bahagia. Melainakan karena jijik.

Kagami tersenyum puas setelah berhasil mengerjai majikan perempuannya yang noraknya kebangetan.

Ia lalu mengambil bangkai cicak yang barusan ia lempar ke arah mak lampir yang sudah berjingkrak jingkrak.

"Hhhhh dasar majikan penakut. Hewan kecil gini aja lari. Apalagi ketemu gajah. Ck."

Kalo kalian berpikir Kagami itu menurut jika di bully oleh 4 cewek itu, maka kalian salah besar. Justru Kagami akan berani melawan.

Karena majikan aslinya sedang tidak ada dirumah. Dia ingin memanfaatkan kelonggaran itu. Dulu aja sebelum ada 4 mak lampir itu. Kagami selalu bisa santai santai kalo kerjaannya udah beres sebelum waktunya. Tapi semenjak adanya mak lampir itu, bukannya beres, pekerjaannya malah gak beres beres. Dirusuhi mulu sih. Keluhnya.

4 cewek lampir itu pasti juga ingin memanfaatkan kesempatan itu. Mereka itu sok manis sama Kagami kalo lagi ada sang suami aja. Kalo gak ada mah, bikin rusuh aja.

Karena Kagami tau itu, sekalian aja dia ikut alur permainannya. Biarin aja diaduin ke suami mereka. Dia mah gak takut. Justru bagus, karena dia lagi pengen dimarahi.

Habisnya dia itu gak mengalami sesuai bayangannya. Du dia ngebayangin. "Seandainya gue jadi maid, terus ngelakuin kesalahan, gue bakal diapainn ya?  Dipukul ? Dikurung ? Di tenggelemin sampe megap megap di kolam renang?."

Our Beloved MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang