Aku fix introvert, sudah berdasarkan berbagai macam test (gratis.) Dan musuh terbesarku adalah menjadi pusat perhatian. Untuk berbicara spontan di depan banyak orang, aku harus melawan mata kunang-kunang, mual, perut melilit, mau pipis, atau nangis aja deh yang gampang.
Yang paling aku benci di dunia adalah game, yang hukumannya maju ke tengah kerumunan untuk menerima hukuman. Siapa sih yang nyiptain game macam begitu, gelut aja yuk, eh debat aja deh, bikin hidup orang susah aja. Dari jaman bocil sampai kepala dua pun masiiih aja game begitu.
Suatu hari tercetuslah, game sialan itu lagi. Gak bisa bilang gak, karena justru itu malah bakal bikin jadi pusat perhatian lainnya kan.
Game di mulai, aku mulai cenat-cenut. Game semakin panas, aku mulai hilang kesadaran 😂 gak sadar suara naik beberapa oktaf, gak sadar ditarik siapa, dorong siapa, dirangkul siapa. Pokoknya gimana pun caranya, jangan sampai kalah!
Game masih gak usai juga, aku sudah sekarat. Jantung gemuruh, dada sesak, bulu kuduk berdiri, otot tegang, gemetar, kaki mulai lemas. Capek banget rasanya.
Hingga tubuhku menyerah. Gelosor aja, ke lantai, gak bertenaga. Aku refleks mencari penyangga. Di situlah aku menemukannya. Aku berpegangan padanya. Dan baru kusadari bahwa itu adalah seonggok kaki berbulu, lebat dan kriting kayanya. Aku mendongak untuk mendapati pemiliknya, yang.. ya jantan lah! Sesungguhnya malu banget. Tapi mencoba terlihat biasa aja.
Lalu, aku hanya nyengir, garing, segaring yang aku bisa, "Hehe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Slice of Life
RandomSepenggalan cerita dalam hidup yang sepertinya lucu. ha. ha.