Sepenggal kisah aku dan Hortensia

20 0 0
                                    

Aku punya kebiasaan melamun dan mengingat-ingat. Apa yang udah berlalu apa yang terlupakan dan luput.

Sampailah aku keingatan masa kecil (SD), ketika aku kehilangan bapak. Amazed aja sama diri sendiri, dulu bisa sebiasa itu ditinggal bapak. Ko sekarang malah cengeng. Dulu pernah gak nangis meraung-raung kangen bapak, seperti aku pas gede. Gak inget tuh, aku pernah begitu.

Ingatanku ke masa itu pasti berakhir ke 2 bayangan yang jelas banget.

Satu, wajah bapak diliang lahat, pakai kemeja hitam garis putih zig-zag favoritnya (yang mana ini halu bocil SD, yakali dikubur pake kemeja, emang mau rapat dinas sama Rokib Atid 😔)

Bayangan lainnya adalah, bunga gomplok warna biru terang, yang ditanam di pot permanen depan kelas 1A dan ruang kantor.

Si bundar segede kepala itu selalu bikin aku muter otak, gimana cara memetik dan menyembunyikannya ke dalam tas tanpa ketahuan (motif kejahatan sejak dini 😅) Karena dia gede banget kan, gak kaya mawar yang bisa di sakuin dulu baru masuk ke tas.

Sampe bunga itu melayu dan berbunga lagi lalu mati dan diganti bunga lain, gak kesampean itu bunga kupetik 😂

Mungkin ya, mungkin, kalau pakai ilmu cocoklogi, si gerombol biru itu mendistraksi rasa kehilanganku. So i always love it, terlepas dia cuma tumbuhan yang gak bisa ngomong 'hey, jangan sedih ya.'

Terima kasih ya, kamu-kamu yang suka tiba2 ngirim fotonya. Dan bikin aku senang, bukan karena bunganya, tapi karena kamu inget hal kecil tentang aku. Hishiks 🤣

Slice of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang