move on

787 119 12
                                    

Hari berganti begitu cepat, tidak terasa hari ini sudah Minggu saja. Asal kalian tau hubungan 'pertemanan' antara Jake dan Mahesa sama sekali tidak berkembang. Sama sekali.

Bagaikan angin, ucapan Mahesa itu tidak bisa dipercayai. Ucapan nya tentang dia memperbolehkan Jake untuk menjadi teman itu hanyalah kebohongan. Kebohongan yang semata-mata dia buat agar Jake mau menemani nya selama jam istirahat pada waktu itu.

Padahal di awal dia yang menolak bantuan Jake mentah-mentah.

Kicauan burung yang terdengar bising di telinga, membuat nya terbangun dari alam mimpi. Mata indah itu akhirnya terbuka, hanya mengedipkan kedua nya dan tidak berniat untuk bangun terlebih dulu.

Mahesa — laki-laki itu tinggal sendiri di rumah nya, tidak. Sebelum nya tidak se sendiri ini. Laki-laki itu diam memikirkan sesuatu yang tak mungkin lagi dia rasakan.

Sambil memandangi langit-langit kamar, Mahesa menarik selimut itu keatas sampai setinggi bibir manis nya. Perlahan menutup mata nya lagi, menarik nafas panjang dan mengeluarkan nya. Kepala nya terasa berat.

Tidak lagi terbaring sambil memikirkan hal yang tak mungkin itu, kini Mahesa duduk diam di atas ranjang. Menoleh kebelakang ke arah bantal putih nya, bantal putih yang terlihat penuh dengan rontokan rambut itu membuatnya tersenyum miris. Sebelum nya tidak pernah begini pikir nya setiap mata itu melihat ke sinar pagi hari yang menyapa di sertai dengan bantal menyedihkan nya.

Sejujurnya, Anagen itu tidak pernah  bersemayam di dalam tubuh Mahesa sebelumnya tapi salahkan lingkungan nya yang membuat Mahesa harus mengalami hal seperti ini.

"Ck,"decak nya sambil memunguti rambut-rambut nya itu.

Dia berjalan menuju kamar mandi, tentu nya karena dia ingin membersihkan badan. Dan karena itu adalah hal yang biasa dia lakukan setiap bangun tidur di pagi hari.

Pagi Mahesa berjalan sama seperti pagi pagi biasanya. Sepi, sendiri, dan membosankan. Sejauh ini Mahesa adalah orang yang keren, karena dia masih bisa bertahan sampai sekarang. Walau kehidupan nya yang terdengar menyedihkan.

Jake. Berbeda dengan nya, sungguh berbeda.

Lelaki yang selalu membawa aura positif dan selalu membuat hal di sekitar nya terlihat indah itu sedang menikmati hari libur nya dengan membaca buku novel di kamar sambil bersandar ke sandaran kasur nya.

"Hahaha, gila aja masa gitu haha."pekik nya yang sedang asik membaca.

Mata yang sebelum nya masih mengikuti alur yang tertulis di buku novel sekarang tiba-tiba berhenti membaca.
Terlintas di pikiran nya, nama yang sangat dia damba damba kan. Mahesa. "Tiba-tiba banget yak, gue mikirin Mahesa? Random banget dah haha."ucap nya sambil menutup buku novel itu.

Jake berdiri, berjalan menuju ke rak buku nya. Meletakkan novel tadi ke tempat seharus nya. Namun tidak disengajai oleh Jake, pandangan nya tiba-tiba tertuju ke arah buku dengan gambar bunga berwarna biru muda di cover nya.

Dia mengambil buku itu, "Forget Me Not,"ucapnya.

"Ini bukan nya buku yang dikasih Ruka kemarin ya?"ucap nya yang masih bertanya-tanya.

"Sampe lupa mau baca gara-gara tugas."lanjut Jake yang sudah duduk di kursi yang ada di depan meja belajar nya.

Flashback

Jake berjalan dengan bersemangat menuju kantor guru —lagi. Sekarang tujuan nya berbeda, bukan untuk membantu Mahesa tapi untuk bertanya apakah dia bisa masuk ke ekskul lukis.

"Permisi pak,"ucap nya saat dia melihat guru yang memegang ekskul lukis.

"Iya?"

"Untuk ekskul lukis, apa saya bisa masuk ke ekskul tersebut ya pak?" Tanya Jake langsung pada inti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Change Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang