10. I Am Still Here-IX

34 23 0
                                    

Pukul sebelas, jalanan di depan rumah Nyonya Parker sudah sangat sepi, tetapi suara keramaian dari tempat yang cukup jauh masih terdengar. Sepertinya itu suara anak-anak muda yang sedang merayakan Halloween di suatu tempat. Mungkin di aula sekolah atau di aula desa, atau entah di mana, di desa ini terlalu banyak tempat yang bisa dijadikan ajang berkumpul dan bersenang-senang, taman juga termasuk salah satunya.

Penghuni rumah ini belum tidur, Nyonya Parker masih sibuk mengemas isi koper yang hendak dibawa besok di sofa ruang depan, sedangkan Diana dan Oliver mondar-mandir memindahkan gula-gula dari dapur ke ruang depan, menata rapi di atas meja.

"Kalau besok pagi kita berangkat ke kota, lalu bagaimana nasib Gula-gula ini, Bu? Masih begini banyak."

"Yes, selesai!" Oliver mengembuskan napas lega. "Kan, bisa dibagi-bagikan sebelum kita berangkat."

"Tidak, tidak." Nyonya Parker menggeleng berkali-kali, tidak setuju dengan ide Oliver. "Letakkan saja di depan pintu, biarkan mereka mengambilnya sendiri."

"Apa tidak akan ada yang curang?" Oliver terkekeh ringan membayangkan anak-anak itu akan mengambil beberapa bungkus untuk diri sendiri.

Nyonya Parker pun turut tertawa. "Tidak apa-apa. Yang penting habis daripada tersisa dan tidak terurus karena aku tidak di rumah."

Sorot mata Diana teduh menatap ibunya. Dia senang sekaligus terharu karena Nyonya Parker mau ikut ke kota kendatipun tidak untuk menetap. Sampai Diana melahirkan kisaran setengah tahu, tidak bisa dibilang waktu yang singkat.

Siapa tahu nanti, setelah melihat kehadiran sang cucu, Nyonya Parker bisa berubah pikiran---lupa pulang.

Tok tok tok

Bahu Diana menjengit, matanya seketika beralih menatap pintu sesaat lalu mengerling jam dinding.

"Sudah jam segini masih ada yang datang." Oliver menggumam.

"Mungkin para muda-mudi."

Nyonya Parker hendak membuka pintu, tetapi Diana mencegahnya, "Biar aku saja, Bu."

Diana membawa keranjang gula-gula bersamanya. Diisi cukup banyak untuk persediaan bila yang datang banyak.

Begitu pintu terbuka, Diana hanya mendapati seorang anak kecil kisaran usia tujuh tahun. Wajahnya putih seperti dibedaki sangat tebal, mata seluruhnya hitam; baju, rambut yang menjuntai di kedua bahunya, sarung tangan, dan sepatu semua juga hitam

"Halo ... wah, kostum yang bagus!" Diana tulus memuji karena menurutnya kostum anak itu benar-benar sempurna. Persis seperti hantu-hantu yang pernah dia lihat di film horor.

Diana celangak-celinguk. Tidak ada yang lain. Anak itu benar-benar sendirian.

"Kamu datang sendiri? Di mana teman-temanmu?"

"Aku tidak punya teman." Cara bicaranya kaku, sekaku wajahnya yang tanpa ekspresi. "Trick or treat?"

Diana tertawa, akting anak itu patut diacungi jempol, pikirnya. "Kamu pintar sekali. Cocok jadi artis. Baiklah, gula-gula ini untukmu jadi mohon jangan hantui aku, oke?"

Diana mengulurkan gula-gula, tetapi anak itu tidak juga menyodorkan keranjangnya untuk menerima. Bahkan keranjang yang ditutup kain hitam itu juga terlihat seram. Anak itu benar-benar menghayati perannya.

"Buka saja dan taruh gula-gula itu."

Diana semakin kagum dengan akting anak itu. "Baiklah, ini aku beri dua---" Begitu kain penutup dibuka, wajah Diana langsung mengernyit, matanya menyipit jijik, tangan yang sudah hendak memasukkan gula-gula ke keranjang terhenti. "Ouh, apa ini?"

I'm Still Here [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang