3. I Am Still Here-II

116 30 0
                                    

Rumah ini rasanya seperti toko gula-gula. Aroma manis menguar di mana-mana, terlebih di dapur dan ruang makan.

Ya, sudah tentu di kedua tempat itulah aroma manis lebih menyengat, karena pastinya di dapurlah Nyonya Parker mengolah gula-gula beraneka rasa beserta kue-kue berbahan labu kuning, lalu di ruang makanlah semua olahan yang sudah matang disimpan.

Sudah menjadi tradisi bagi Nyonya Parker untuk memberikan gula-gula olahannya sendiri kepada anak-anak desa di perayaan Halloween. Dengan begitu dia akan merasakan kepuasan yang sesungguhnya saat anak-anak itu memakan dan memuji gula-gula pemberiannya sangat enak.

"Apa ibu tidak lelah selalu melakukan ini?"

Di ruang makan, Diana membantu sang ibu memasukkan berbagai macam gula-gula ke dalam kantong-kantong plastik yang sudah disediakan.

"Hanya setahun sekali. Lelah? Apanya yang lelah? Ibu senang melakukannya."

"Ini banyak sekali, Bu."

Manik cokelat gelapnya memindai kantong-kantong plastik yang sudah berisi dan tertata rapi di dalam beberapa keranjang rotan, lalu bergulir ke arah meja kecil yang terletak di sudut ruangan. Di atas meja itu terdapat banyak gula-gula yang belum dibungkus.

"Banyak apanya, huh? Apa kamu pikir anak-anak di desa ini bisa dihitung dengan jari? Dan apa kamu tahu betapa rakusnya mereka? Bukankah dulu kamu juga begitu, hum?"

Diana tertawa renyah. Ibunya benar, sangat benar. Anak-anak menyukai gula-gula, itu sudah hal yang sangat lumrah. Dan di malam perayaan Halloween hal itulah yang mereka ingin dapatkan. Mendapatkan dalam jumlah banyak secara gratis, lalu saling memamerkannya kepada sesama teman.

Dan satu lagi perlu diingat, di desa ini perayaan Halloween berlangsung selama dua malam, yaitu tanggal 30 malam dan tanggal 31 malam.
Anak-anak yang sama akan berkeliling dua kali di malam yang berbeda dengan kostum yang berbeda pula. Jadi, Nyonya Parker memang harus menyiapkan banyak gula-gula untuk mereka.

Nyonya Parker mengelus lembut rambut hitam putrinya yang cukup panjang, sambil berkata, "Kamu pasti lelah setelah perjalanan jauh, sebaiknya istirahat."

"Aku susul Oliver dulu. Tadi dia bilang mau merokok di halaman belakang."

Oliver memang pecandu rokok. Namun sejak Diana hamil, dia berusaha untuk mengurangi kebiasaannya mengisap benda bernikotin itu. Kalaupun sesekali keinginan untuk menikmati candu itu sudah tidak tertahankan, dia akan pergi jauh-jauh dari sang istri.

Oliver berdiri di tepi kolam ikan, kira-kira jaraknya sepuluh meter dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah dan asap pun mengepul ke udara.

Di halaman belakang ini tidak ada pohon besar, tetapi banyak tanaman hias yang ditanam dalam pot-pot, besar kecil disesuaikan ukurannya. Yang paling tinggi tidak sampai mencapai kepala Oliver.

Suasananya remang-remang karena lampu berdaya rendah yang dipasang pada ujung tiang dan dilindungi dengan kotak berkaca buram tidak cukup memberi penerangan, justru membuat suasana semakin suram.

Oliver menatap rokok yang terselip di jarinya. Sudah habis terbakar, hanya menyisakan bagian gabus. Dengan berat hati dia mencampakkannya ke atas rerumputan lalu menginjak sampai apinya padam.

Udara yang semula tenang tiba-tiba bergolak ringan. Oliver buru-buru mendekap diri lalu menggosok-gosok lengan, rahangnya pun mengetat. Dia baru saja berniat untuk masuk ke rumah, tetapi ....

I'm Still Here [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang