4. I Am Still Here-III

91 25 0
                                    

Diana mendekap diri erat-erat sambil celangak-celinguk. Di mana ini? Dia sangat yakin barusan masih ada di kamar, tidur dalam pelukan Oliver. Bagaimana bisa tiba-tiba sudah ada di sini? Di tanah lapang berumput kering dan dikelilingi kabut. Udara begitu tenang, tetapi sangat dingin.

Tuk tuk tuk ....

Terdengar suara ketukan sol sepatu beradu dengan lantai. Sangat pelan dan santai, sampai-sampai setiap ketukan bisa dihitung.

Selagi mata mengedar pandangan, Diana juga memutar tubuhnya. Di segala penjuru arah tidak tampak ada siapa pun. Kaki yang menginjak rumput menimbulkan suara 'kres kres', membuatnya langsung terpaku. Dia menyadari ada satu hal yang aneh.

Suara ketukan sol sepatu beradu dengan lantai itu ....

Di permukaan tanah berumput kering ini jelas tidak mungkin akan ada suara ketukan seperti itu.

Diana meremas baju di bagian dada. Detak jantungnya mendadak tidak karuan, udara yang mengepul dari mulut menciptakan kepulan uap yang  langsung membaur dengan kabut.

Tubuhnya menggigil hebat. Kini dia hanya bergeming, tidak berani bergerak apalagi melangkah.

"Akhirnya kita bertemu lagi."

"Aaa! Astaga!"

Diana spontan melompat ke samping lalu berjalan mundur beberapa langkah.

Bagaimana tidak kaget kalau perempuan berwajah pucat itu tiba-tiba sudah berdiri di sebelahnya seperti sulapan, muncul entah dari mana.

"Si-siapa kamu?" Diana terus melangkah mundur hingga punggungnya membentur sebatang pohon sangat besar. Dia merapatkan diri seperti berharap bisa menyatu dengan pohon itu. "Pergi, jangan mendekat."

Perempuan itu tidak hirau. Dia terus mendekat dan berhenti tepat di hadapan Diana.

"Kamu tidak hanya melupakan janjimu, tetapi juga melupakan aku." Wajah pucat itu terlihat semakin suram, mata hitamnya seolah menatap sendu.

"Aku tidak mengenalmu---aaaaa!" Diana menjerit histeris dan menutup mata rapat-rapat, tiba-tiba saja perempuan itu sudah berada tepat di hadapannya, hingga wajah hampir menempel. Aroma busuk pun seketika menusuk penciuman Diana.

"Pergi, aku mohon pergi." Tubuh Diana gemetaran, lututnya mendadak seperti jeli, tidak sanggup lagi menopang tubuhnya. Dia ambruk bersimpuh.

"Kamu seharusnya melihat wajahku baik-baik supaya bisa mengenali aku kembali." Perempuan bergaun hitam itu terus berusaha mendekatkan wajah pada Diana.

"Tidak, tidak! Aku tidak mau!" Diana semakin panik, menjerit-jerit histeris seperti gila.

Matanya memang terpejam, tetapi Diana bisa merasakan sentuhan-sentuhan rambut panjang perempuan itu pada tubuhnya, dan aroma busuk itu juga semakin menyengat. Dia tahu perempuan itu menunduk tepat di atasnya.

"Kamu tidak mengenali aku, seharusnya kamu membuka mata untuk melihatku. Aku Emily. Dulu kamu pernah berjanji akan selalu menjadi sahabatku dan di masa depan akan berbagi apa pun denganku."

"Tidak! Kamu pasti salah orang!" Diana menunduk dalam-dalam hingga dahi menyentuh rerumputan kering.

Karena Diana terus menolak, kesabaran Emily pun akhirnya terkikis. Tangan bersarung tangan hitam itu bergerak perlahan menjambak rambut Diana hingga kepalanya mendongak.

Menjerit ketakutan, alih-alih membuka mata Diana malah semakin menutupnya rapat-rapat sampai wajahnya mengkerut sangat jelek.

"Lihat aku, Diana! Tatap mataku!"

Kepala Emily terus merendah hingga Diana dapat merasakan pucuk hidung mereka bersentuhan. Bau busuk membuatnya kesulitan bernapas. Paru-parunya butuh pasokan, tetapi hidung enggan menghirup udara.

I'm Still Here [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang