Playlist Gara-gara Senada!
https://spoti.fi/3lMWytG
1.
SAD BOY, VINO
"Fel, lo gak balik?" tanya Senada, di sisinya ada Jeremy. Mereka menghampiri gadis itu yang lagi duduk di pinggir lapangan futsal.
Felicya menoleh kaget, "Eh, Sena? Gue kira siapa, bikin kaget aja," gerutunya.
"Lo gak balik?" ulang Senada. Ia melirik Jeremy sekilas, tengah memantau anak-anak futsal yang berlatih keras di lapangan.
"Gak ada tebengan? Bareng gue sama Jemy aja," tawarnya.
Felicya menggeleng cepat seraya melambaikan tangannya, "Gak usah, gak perlu, gue udah ada tebengan, kok."
Senada mengangguk, "Oh, udah ada? Gak apa-apa kalau gue balik duluan, nih?"
Felicya tertawa kecil, "Iya, sana pulang. Sok setiakawan lo, Sen."
"Enak aja, gue emang berjiwa solidaritas kali. Gak kayak temen lo, tuh! Si Irene yang sibuk modusin Ray terus," sindir Senada, melirik sinis Irene yang baru ke luar dari kantin seberang.
Rupanya, Irene menatap balik mereka. Gadis itu lantas menunjuk-nunjuk Raynald di sisinya secara diam-diam, "Gue mau pulang bareng, dong," pamernya, berkata-kata tanpa suara. Dia mengibaskan rambutnya centil disertai senyum miring yang tengil.
"Lihat tuh kelakuan teman lo," Felicya terkekeh geli, sementara Senada sudah menggeleng-gelengkan kepala.
"Ya udah, gue balik duluan, ya?" pamit Senada, menarik lengan Jeremy.
Namun, pemuda itu menahannya. "Sebentar deh, Nad," Kening Jeremy mengernyit. Ia menunjuk lapangan futsal, "Cowok-cowok itu lagi lari ke arah sini bukan, sih?"
Senada dan Felicya sontak mengikuti arah telunjuk Jeremy, dari kejauhan tampak tiga orang laki-laki sedang kejar-kejaran.
Felicya tahu mereka siapa saja. Hayden Adinata, teman seangkatan yang satu UKM Seni dengannya. El Vino Atmadja, senior setahun di atasnya yang suka disebut-sebut hantu kampus, bagian dari UKM Mapala—Mahasiswa Pencinta Alam. Satu lagi, Zayn Aviero, senior yang akan lulus tahun ini, pernah seorganisasi dengannya dan Senada.
Senada menunjuk satu dari mereka, "Ada Kak Zayn, Fel!" serunya.
"Kok larinya kayak ke arah gue, sih? Gue takut keseruduk, deh," panik Felicya.
"Segala bawa bunga sama cokelat lagi," timpal Senada.
Merasakan ada yang janggal, Jeremy kontan menarik Senada untuk mundur beberapa langkah, segera menjauhi Felicya.
Benar saja. Ketiga pemuda berhenti tepat di hadapan Felicya yang kebingungan di tribun terbawah. Felicya memandang para lelaki itu satu persatu, sedang mengatur napas yang tersengal. Mereka mendadak jadi pusat perhatian penghuni kampus yang tersisa di sore ini.
Zayn maju lebih dulu, menyodorkan kotak besar berisi cokelat yang dihias dengan pita merah muda, "Felicya Poetry, gue suka sama lo. Lo mau jadi pacar gue?"
Pernyataan to the point itu sungguh mengejutkan Felicya. Dekat saja tidak, tiba-tiba menyatakan perasaan, bagaimana bisa?
"Jangan didengar, Fel," Vino menyingkirkan Zayn. Dengan sikap kaku yang malu-malu, ia menjulurkan sebuket bunga mawar, "Feli, gue suka sama lo. Gue harap lo punya perasaan yang sama," ujarnya selembut mentega.
Felicya tentu kian melongo. Terlebih lagi Senada dan Jeremy yang senantiasa menonton daritadi. Jujur, mereka pun terheran-heran dengan situasi ini.
"Minggir-minggir," Giliran Hayden yang maju, mendorong kedua temannya menjauh. "Gue yang lebih dulu suka sama lo, Fel. Terima gue aja, please," pintanya memohon.
Beda dari yang lain, Hayden dengan percaya diri merogoh saku dan mengeluarkan sebuah hati yang dibentuk dari ibu jari dan telunjuknya.
"Jadi, lo pilih siapa, Fel?" serbu mereka.
"Gue lah, Fel. Masa depan gue lebih cerah dibandingkan mereka!"
"Gue aja, Fel. Gue setia. Gue gak akan lirik-lirik cewek lain."
"Gue kan, Fel? Gue bisa buat lo ketawa dan bahagia."
Felicya mengacak rambutnya, kelimpungan sendiri. "Aduh, kalian sebenarnya lagi apa, sih?"
Rasanya, ia menangis saja. Dalam hati meminta pertolongan pada Sang Pencipta.
"Lagi nembak lo, Fel," jawab Zayn.
"Bohong. Kalian bertiga lagi taruhan, kan?"
Permohonan Felicya pun terkabul. Muncullah seorang pemuda semampai, berpenampilan khas anak Mapala, kaus oblong dilapisi kemeja denim dengan celana jeans dan sepatu boots menutupi kaki.
Sagala Dewantara.
"Astaga, daritadi kamu di sini? Aku cari kamu di mana-mana, lho. Telepon aku kenapa gak diangkat, Sayang?"
"Kak Saga!" pekik Felicya. "Maaf banget. Handphone aku di dalam tas, Kak."
Sagala menepuk puncak kepala Felicya, terkekeh dengan suara seraknya. "Gak apa-apa, yang penting sekarang aku udah ketemu kamu."
Keduanya saling menukar tawa, larut dalam dunia mereka, manusia lain dibiarkan mengontrak saja.
"Hah, Kak Saga?!" pekik Senada kencang, seketika meruntuhkan dunia Feli dan Saga. "Lo udah jadian sama Kak Saga, Fel?! Kok gak bilang-bilang?"
"Lho..." Vino juga kaget menyaksikan si ketua Mapala-nya justru bermesraan dengan gebetannya. Sorot matanya menyiratkan luka, "Sejak kapan Bang Saga sama Feli?"
"Lho, ada Vino? Lo lagi apa di sini, Vi?" Dahi Saga kemudian kian mengernyit, tak menduga-duga akan menemukan teman seangkatannya, "Lah, ada lo juga Zayn?"
"Ini..." Saga menelengkan kepala, menatap Hayden sebentar, kemudian beralih ke pacarnya, "Siapa?"
Felicya membuang napas, lalu maju beberapa langkah, "Permisi, Hayden, Kak Vino, dan Kak Zayn," Ia berujar sesopan mungkin, "Terima kasih atas pernyataan tulusnya. Tetapi, maaf... saya udah punya pacar. Udah 7 hari, 12 jam, 43 menit. Mudah-mudahan masa depannya cerah, setia, gak suka lirik-lirik cewek lain, dan juga bisa membahagiakan saya. Jadi, sekali lagi maaf. Saya gak akan memilih siapapun di antara kalian," ujarnya lantang, menahan rasa tak enak hati.
Sagala akhirnya mampu menarik kesimpulan mengapa begundal-begundal tersebut ada di sini. Ia lantas tersenyum angkuh, penuh kemenangan. Lengannya segera melingkari bahu gadisnya.
Berbanding terbalik dengan para begundal.
Zayn sudah menahan tangis, rasanya ingin menggaruk-garuk tanah melampiaskan malu dan kecewa. Hayden bersiap-siap untuk mencangkul tanah kosong di belakang kampus, mau mengubur diri saja di sana. Dan Vino si sad boy, akan mempercepat jadwalnya mendaki gunung sendirian, tak sabar ingin berteriak sepuas hati di puncaknya.
Vino sedih karena sekalinya ia menyukai seseorang, justru sudah ada yang punya. Yang lebih menyakitkannya lagi, gadis itu milik ketua Mapala yang selalu jadi partner-nya naik gunung.
Vino juga menyesal parah sudah menyatakan perasaannya di tengah lapangan penuh mahasiswa.
Astaga. Kesambet apa ia?
💌
Sedikit cuplikan tentang kisah cinta Vino.
Kasihan. Tapi, lebih kasihan cewek di next part sih.
GGS bakal di-update setiap akhir pekan. Ini buka janji palsu kok :)
Jangan berharap banyak dari cerita ini :)
Have a beautiful day,
Nali.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARA-GARA SENADA!
Fanfiction"Masa jodoh gue kaya anggota gangster?!" Irene Valencia tak pernah menyangka ia akan berurusan dengan El Vino Atmadja, anggota Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) yang gondrong, bertindik, urakan, jutek, dan punya mata mengintimidasi. Ih, pokoknya sanga...