⚠️ Murder, Death, Blood, Car Accident, Suicide ⚠️
~~~
"Jadi, ayo mati bersama, Taehyungie."
Taehyung mulanya tak bereaksi, tangan dengan revolver di dada Jimin pun tak berniat ia turunkan sama sekali.
"Ayo, tepati janji kita, Taehyungie. Aku lelah hidup seperti ini." Lagi, Jimin tersenyum. Tapi, matanya nampak memohon.
"Park Jimin."
"Ya?"
"Jimin."
"Ya, Taehyungie?" jawab Jimin enteng.
"Kau sadar dengan yang kau ucapkan?"
"Tentu. Aku sepenuhnya sadar. Ayo, tembak jantungku sebelum orang-orang ayahku tiba di sini. Kau tau? Mereka pasti sedang mencariku sekarang. Jadi, tunggu apa lagi?" Jimin membetulkan letak revolver di tangan Taehyung agar tetap berada di dada kirinya.
Taehyung sendiri meneguk salivanya yang terasa membatu dengan susah payah. Matanya yang semula setajam pedang es kini mulai melunak bersama pupil yang nampak bergetar. "Park Jimin," katanya.
"Iya, ada apa, Taehyungie?"
Taehyung terdiam beberapa detik, lantas bersuara dengan serak, "Jimin ..."
"Hm?"
"Musuh ayahmu membuntutimu sejak kemarin."
Mulut Jimin kontan terbuka. Tubuhnya terasa kaku saat ini. "Apa maksudmu?" tanyanya pelan.
"Mereka bersembunyi, tapi aku tau. Di belakangmu, di balik gedung, ada moncong senapang yang bisa kulihat. Mereka mengincarmu sejak kau memasuki kafe." Taehyung menatap tepat di kedua mata Jimin.
"A-aku tak mengerti maksudmu," sahut Jimin dengan deru napas yang terdengar memberat. "Mereka temanmu untuk membunuhku juga?"
Taehyung menggeleng teramat pelan hingga nyaris tak terlihat. "Diam. Jangan bergerak," ucapnya.
"Taeㅡ"
"Diam kubilang!" Taehyung berteriak lantang, lantas melepaskan satu tembakkan ke langit.
Jimin terkejut, tentu saja. Napasnya memburu. Sedetik kemudian, matanya membola manakala menemukan beberapa pengawal ayahnya menaiki tangga di sudut roof top secara diam-diam dan mengarahkan mencong pistol ke arah Taehyung. Atensi Jimin bergulir pelan, rahangnya mengeras menatap sang sahabat, seolah tengah memberi tau dan menyalurkan kekhawatirannya.
"Aku tau," ucap Taehyung pelan.
Mata Jimin kian membulat kala mendengar dua kata yang Taehyung lontarkan. Dia tau? Lantas, mengapa melakukan ini?
"Kau berusaha menyelamatkanku dengan mengelabui orang yang ingin membunuhku, sementara kau sendiri tau, orang-orang ayahku akan menyelamatkanku?" Jimin berbisik pelan dengan netra yang kian memanas. "Kau bunuh diri namanya."
Taehyung hanya tersenyum, amat tipis, hingga hanya Jimin seorang yang dapat menangkapnya.
"Hiduplah dengan baik setelah ini, Jiminie." Taehyung berucap. Rencananya memang berbalik 180° dari awal. Ia tak akan tega membunuh Jimin, namun ia tak bisa mengorbankan Jungkook jika dirinya gagal. Maka dari itu, jalan tengah yang Taehyung ambil adalah, membunuh Baeksung.
Benar, kalian tak salah baca. Taehyung membunuh Baeksung dengan cara rutin mencampurkan salah satu racun ke dalam minumannya sejak sekian hari lalu. Efek racun tersebut tak instan, namun menggerogoti secara perlahan. Maka dari itu, tak akan ada orang yang curiga dengannya. Mungkin pria tua itu belum mati kemarin, tapi tak ada yang bisa memastikan jika dia bisa bertahan hingga besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Promise [END]
Fanfiction❝Mari mati bersama, Jim.❞ ~~~ Ini tentang janji yang bertaut diantara kelingking mungil dua bocah laki-laki, belasan tahun silam. Janji yang akhirnya diingkari. Janji yang akhirnya dikhianati.