Jaya memarkirkan mobilnya di mini market pinggir jalan. Tangannya mencengkeram setir seraya matanya memejam. Ada banyak sekali amarah yang terpaksa ia pendam, sebab dia lebih dari paham sumber utama kemarahannya tidak akan peduli. Di sisi lain, rasa marah yang ia pupuk bahkan sejak entah kapan terus tumbuh dan menggerogoti jiwanya. Jaya sudah terlalu banyak memendam benci.
Setelah beberapa saat hanya diam di mobil, dia turun dan masuk ke dalam mini market. Usai mengambil sekaleng minuman dingin Jaya berjalan ke kasir.
"Marlboro merahnya satu sama ini," kata Jaya sambil menyerahkan minumannya.
Selesai membayar, Jaya keluar dan duduk di kursi yang ada di depan mini market. Ia mengambil sebatang rokok yang baru dibeli dan menyalakannya, mengisapnya perlahan, dalam-dalam. Sebelah tangannya yang bebas membuka ponselnya dan mengerutkan kening saat membaca satu notifikasi. Sebatang rokok masih ia apit di celah bibirnya.
Elle : hi J?
Sanjaya : who is this? kenapa gue nyimpen kontak lo?
Elle : berapa kali lagi gue harus ngenalin diri supaya lo inget sama gue?
Sanjaya : ???
Elle : i saw you got caught that night. tapi kalau lo bisa bales chat gue gini gue simpulin udah clear ya?
Sanjaya : context please?
Elle : gue tuh masang profile picture muka gue loh, coba deh lo liat, inget kan?
Sanjaya : oh you are that girl
Elle : bagus kalau inget. tapi jawab pertanyaan gue dong, masalahnya udah clear? lo kenapa bisa ketangkep? make?
Sanjaya : lo selalu pengen tau urusan orang gini?
Elle : nggak juga. lebih tepatnya gue pengen tau tentang lo
Elle : anyway J, kalau lo mau ngebar lagi let me know dong, gue pengen ketemu lo lagiSanjaya : liat nanti
Jaya mematikan rokoknya sebelum membuang rokok yang masih panjang itu ke tempat sampah dan berjalan ke mobil. Langit sudah gelap dan dia mulai merasa tidak enak badan. Jadi Jaya memutuskan untuk pulang ke kosan.
Sesampainya di kosan, Jaya disambut dengan kekagetan Dery yang sedang merokok di teras.
Dery baru membuka mulutnya untuk bicara, tapi belum sepatah kata keluar sudah keburu dipotong oleh Jaya. "Kalau mau nanya-nanya nanti aja please, gue pusing banget beneran pengen tidur. Nanti aja interogasinya."
Setelah berkata begitu, Jaya langsung nyelonong masuk, Dery refleks mengikuti di belakang. Baru sadar setelah Jaya menutup pintu kamar tepat di depan wajahnya.
Dery buru-buru mengetuk pintu kamar sebelah—kamar Juan dengan tergesa. Disambut dengan wajah tidak santai Juan begitu dia membuka pintu.
"Apaan?" tanya Juan.
"Si Jaya pulang."
Juan terlihat kaget. "Serius? Terus mana anaknya?"
"Langsung masuk kamar. Mukanya dilipet kayak oreo. Berapa lapis? Ratusaaan."
Juan memelototi Dery yang malah bicara ngawur.
"Capek kali dia, nanti aja kita ajak ngomongnya, yang penting udah pulang kan. Gue juga lagi ngerjain tugas, dah sana lo." Juan mengusir Dery dan langsung menutup pintu kamarnya. Dua kali dalam kurun waktu kurang dari lima menit, Dery diusir begitu saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/274951969-288-k292258.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang J dan R
General FictionSanjaya Permono punya banyak potensi dalam dirinya, namun semuanya menjadi sia-sia karena ia merasa jalan hidupnya sudah ditentukan sejak awal. Dia tak pernah benar-benar punya hak untuk memilih. Mimpi-mimpinya terpaksa harus ia kubur. Kian hari sem...