14. Kata siapa kamu tak sempurna?

4 1 0
                                    

Sebelum Lakeswara datang, Anya telah membawa Alora kerumah sakit. Mereka meninggalkan Via sendirian di rumah.

Lakeswara tiba beberapa menit setelah mendapat kabar tentang Zinovia. Dengan napas tersengal dan keringat membasahi dahi, ia bergegas masuk ke dalam rumah. Pandangannya langsung tertuju pada Zinovia yang terduduk lemas di lantai, dikelilingi pecahan kaca yang berserakan di sekitarnya.

"V-Via," panggil Lakes lembut, suaranya lirih. Ia perlahan mendekati Zinovia, memperhatikan setiap pecahan kaca yang bisa saja melukai gadis tersebut.

Zinovia mendongak, menatap Lakes dengan mata yang bengkak dan sembab. Tatapannya kosong dan rambut yang acak-acakan. Di tangan dan kakinya, terdapat luka-luka kecil.

Tangan Zinovia masih gemetar, memegang salah satu pecahan kaca dengan erat meskipun darah terus menetes dari telapak tangannya, meninggalkan noda merah di lantai.

Lakes menahan napas, merasakan nyeri yang sama di dadanya saat melihat Zinovia. "Vi... haii, pecahan belingnya jangan di genggam."

Namun, Via menggeleng keras, air mata mulai mengalir di pipinya. "Enggak! Lakes mundur!" teriaknya dengan nada serak yang pecah oleh tangisan. "Lakes ke sini sengaja kan mau bawak Via ke polisi? Lakes ke sini karena panik Alora terluka kan? Lakes mau nyalahin Via lagi kan? Ya kan!"

Lakeswara terdiam, rasa perih menusuk hatinya. Melihat Zinoavia yang ketakutan, rasanya ingin sekali melindungi gadis itu dan membuatnya merasa aman, namun sepertinya kehadiran Lakes hanya menambah luka bagi Zinovia.

Perlahan, Lakeswara jongkok. Menyamaratakan tubuhnya dengan Via dan dengan suara penuh kelembutan, Lakeswara berkata, "Sayang, Via... aku di sini. Aku di sini buat kamu."

Zinovia menatapnya dengan sorot mata yang tidak bisa dideskripsikan oleh Lakes. Genggamannya pada pecahan kaca tersebut akhirnya mulai mengendur.

Lakes mengambil langkah penuh kehati-hatian, mendekat padanya. Kemudian tanpa berkata-kata, ia merengkuh Zinovia dalam pelukannya, mendekapnya erat seolah berusaha menyalurkan semua rasa aman yang ia miliki. Zinovia membiarkan dirinya tenggelam dalam dekapan itu, membiarkan semua bebannya terangkat.

"V-via nggak sengaja... Via nggak bermaksud bikin Alora luka," jelas Zinovia dengan nada pelan, suaranya hampir tak terdengar.

Lakes menyalahkan dirinya sendiri. Mengapa selama ini Lakes tidak bisa mengerti dan bahkan tidak tau kondisi pasangannya? Mengapa selama ini dia malah menambah luka bagi Zinovia? dan mengapa kekasihnya tidak pernah cerita sedikitpun tentang masalahnya pada Lakes. Lakeswara mengira Via adalah gadis yang kuat, namun tidak untuk malam ini.

Lakeswara mengeratkan pelukan. "Maafin aku, Vi. Maaf kalau selama ini aku nggak pernah ngertiin kamu."

Setelah beberapa saat, Lakeswara menuntun Zinovia menuju sofa dan membantunya duduk. Ia mengambil kotak P3K, bersiap membersihkan luka-luka kecil di tangan Zinovia. "Kamu tadi udah makan?" tanyanya lembut sambil membersihkan lukanya dengan hati-hati.

Zinovia mengangguk lemah. "Sudah-tadi pagi."

Lakeswara menghela napas. "Makan lagi ya? Biar aku beliin," tawar Lakes.

Zinovia mengalihkan pandangannya, berusaha menghindari kontak mata, "Via nggak mau."

"Vi, kamu harus makan. Aku nggak mau kamu sakit," ujarnya penuh perhatian, berharap Zinovia mau menerima usulannya.

"Via bilang, Via nggak mau!" teriak Zinovia dengan nada yang mendadak tinggi.

Lakeswara menghela napas pelan, berusaha mengalah mengingat kondisi emosi Zinovia yang masih belum stabil. Meskipun rasa khawatir terus menghantui Lakeswara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LAKESWARA (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang