07. Manusia menyebalkan

14 6 1
                                    

Devan Mahendra adalah teman masa kecil Zinovia Quenabila. Selama ini, Devan selalu menjadi orang pertama yang ada di saat Via sedih maupun senang. Namun, hubungan persahabatan mereka mulai merenggang sejak Via mulai berpacaran dengan Lakeswara. Devan tidak pernah menyukai hubungan mereka, karena ia merasa Lakes hanya memanfaatkan Via dan tidak benar-benar mencintainya.

Setelah seharian beraktivitas, tibalah mereka diacara penghujung. Anak-anak yang tadi riang bermain, kini berbaris rapi untuk menerima amplop berisi uang. Zinovia, Zeneta, Lavanya dan Alora dengan telaten membagikan amplop berisi uang kepada mereka, sementara Devan sibuk mengabadikan setiap momen dengan kameranya.

Saat sibuk membagikan amplop, seorang gadis kecil berhenti tepat di depan Zinovia. Gadis itu menunduk, jelas memperlihatkan bahwa ia masih merasa takut terhadap Zinovia.

Zinovia perlahan berjongkok, menyamaratakan tinggi badannya dengan gadis kecil tersebut. "Maafin Kakak ya, Kakak tadi nggak sengaja ngebentak kamu."

Zinovia mengulurkan amplop putih kepada anak kecil di depannya. "Ini amplop kamu."

"Makasih Kak," ucapnya seraya membentuk lengkungan manis yang terukir di wajah.

"Kita foto yuk," ajak Zinovia yang langsung membuka kamera ponselnya.

Cekrek!

Lakeswara menyaksikan kejadian itu dengan senyum tipis. Ia kemudian memantapkan diri dan melangkah mendekati Zinovia. "Vi, maaf ya tadi aku ngebentak kamu," sesal Lakes.

Zinovia hanya membalas dengan anggukan dan berniat pergi, namun langkahnya terhenti saat pergelangan tangannya digengam oleh Lakeswara.

"Pulang bareng aku, ya," ucap Lakeswara lembut.

Zinovia melepaskan genggaman tangan Lakeswara. "Via pulang bareng Devan."

Devan menghampiri mereka dan meraih pergelangan tangan Zinovia. "Sorry, Bro. Via pulang bareng gue."

***

"Gue ngga suka lihat lo nangis kayak tadi," celetuk Devan, memecah keheningan di antara mereka.

"Via juga maunya ngga nangis, Van," jawab Via pelan, suaranya nyaris bergetar.

Devan menghela napas panjang, mencoba meredakan emosi yang berkecamuk di dadanya. "Berapa kali sih gue harus bilang buat jangan pacaran sama Lakes? Dia nggak baik buat lo, Via."

"Lakes ngga seburuk itu," ucap Via membela, meski hatinya goyah.

Devan berdecak kesal, matanya menajam. "Mana ada cowok baik yang ngebentak-bentak ceweknya di depan umum, Vi? Lo ga pantas dapat perlakukan kayak tadi."

Via menggeleng, matanya mulai berkaca-kaca. "Via ngga nangis karena dibentak. Via nangis karena cemburu. Lakes deket-deket sama Alora."

Devan terdiam sejenak, menatap Via penuh perhatian. "Lo cemburu karena lo sayang, tapi coba pikir deh. Kalau dia bener-bener sayang sama lo, apa dia bakal bikin lo ngerasa kayak gini?"

"Mungkin sekarang lo cuman lihat dia dekat sama Alora tapi gimana ke depannya? Gimana kalau nanti dia mutusin lo dan jadian sama Alora?" lanjut Devan.

"Udah deh Van! Lo memperkeruh situasi tau ngga," potong Via dengan nada kesal

"Gue cuman ga mau lo disakiti sama Lakes." Devan terdiam sesaat, sebelum kemudian melanjutkan kalimatnya. "Find someone who treats you better than him."

LAKESWARA (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang