12. Buku tentang dia

1 0 0
                                    

Perlahan, bayangan hitam itu mendekat, membentuk sosok tinggi yang dikenali oleh mereka, dia Biantara. Zinovia, Lakeswara, Kalid, dan Oreb menghembuskan napas lega, seolah beban berat terangkat ketika mengetahui bahwa sosok yang muncul di hadapan mereka adalah teman mereka sendiri.

"BIANN!" teriak Oreb dengan frustasi.

"Lo bikin kaget tau nggak," ujar Lakeswara menatap Biantara dengan campuran rasa lega dan sedikit kesal.

"Gimana, udah ketemu Zeze?" tanya Zinovia mengalihkan topik pembicaraan.

"Gue udah cari Zeze—tapi dari tadi belum ketemu," jawab Biantara, wajahnya serius.

Zinovia tampak berpikir sejenak. "Gimana kalau kita mencar aja? biar Zeze cepat ketemu," usulnya.

Sebelum mereka sempat memberikan jawaban, suara lain kembali terdengar, suara yang berbeda dari sebelumnya. Kali ini, seperti suara seseorang yang sedang minta tolong, dan mereka yakin bahwa suara itu berasal dari Zeneta. Tanpa berpikir panjang, mereka segera menghampiri sumber suara tersebut, namun saat sampai di sana yang mereka temui hanyalah kegelapan dan keheningan, tidak ada siapa pun.

"Zeze! Lo di mana, Ze?!" teriak Zinovia, suaranya bergetar penuh kecemasan.

Dengan langkah tergesa-gesa, Zinovia terus mencari Zeneta. Namun, saat ia berjalan, tiba-tiba ia terhenti di depan sebuah lubang yang dalam. Untungnya, Lakeswara dengan cepat meraih lengan Zinovia, menahannya sebelum ia terjatuh ke dalam kegelapan. "Hati-hati, Vi!" katanya dengan suara tegas, mengingatkan betapa berbahayanya situasi itu.

Zinovia menatap ke bawah, menyipitkan matanya untuk melihat dengan jelas. Jantungnya berdegup kencang ketika ia melihat sosok Zeneta berbaring di dasar lubang, terlihat lemah dan tak berdaya.

"Zeze!" teriak Zinovia histeris. Lakeswara langsung menoleh, wajahnya berubah terkejut saat melihat Zeneta berada di bawah sana, di bawah lubang yang dalamnya sekitar dua meter.

Biantara, Kalid dan Oreb segera menyusul. Mendekati tepi lubang dengan eskpresi cemas.

"Ze, lo bisa dengar suara gue?" tanya Biantara, suaranya menggema dalam kegelapan, tak ada balasan dari bawah sana. Tanpa berpikir panjang, Biantara melompat ke lubang tersebut, dengan cepat mengangkat tubuh Zeneta dan mengulurkannya tinggi-tinggi agar Lakeswara dapat menjangkaunya.

"Ya ampun, Zezee!" teriak Oreb histeris. 

Tubuh Zeneta berhasil terangkat ke atas, dan Biantara naik dengan bantuan Lakeswara. Zinovia segera meraih wajah Zeneta yang terlihat pucat, mengusapnya dengan lembut, air mata mengalir di pipi Via saat ia mengamati kondisi temannya yang begitu malang. "Z-Zeze, maafin gue, Ze." 

Lakeswara ikut berjongkok, mengusap punggung Zinovia yang bergetar dengan hebat, berusaha menenangkannya.  "Vii, kita bawak Zeze ke tenda, ya."

Zinovia perlahan mengangguk setuju.

Bian menggendong Zeze di punggungnya. Mereka keluar dari area hutan menuju tempat perkemahan,  kehadiran mereka segera menarik perhatian para siswa-siswi yang sudah menunggu dengan cemas.

Setelah membersihkan diri, mereka kembali ke tenda masing-masing. Zinovia merasakan keinginan untuk berbicara dengan Zeneta, namun ia belum berani mengganggu istirahatnya. Dia membiarkan Zeneta beristirahat, berharap bahwa temannya akan segera pulih.

***

Pagi itu, suasana perkemahan dipenuhi dengan kesibukan para murid. Beberapa sibuk merapikan barang bawaan mereka, sementara yang lain melepaskan tenda dan melipatnya dengan hati-hati. Meskipun jadwal kemah sebenarnya masih menyisakan satu hari lagi, keputusan ini dibuat agar tidak ada kejadian menghilangnya murid-murid yang lain.

LAKESWARA (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang