O11

76 5 60
                                    

cie yang update tengah malam lagi

Warn: NSFW



Jisung benar-benar serius saat ia bilang kalau ia ingin mundur dari karirnya. Setelah keduanya memutuskan untuk melakukan klarifikasi mengenai video yang tersebar itu, Jisung mengakhirinya dengan menyampaikan ucapan selamat tinggalnya.

Ia membuka lembar baru di buku kehidupannya, bersama Wookjin tentunya.

Wookjin yang saat itu mengetahui posisi manager di cabang perusahaan ayahnya di Seoul ternyata kosong itu langsung meminta ayahnya untuk mempekerjakan Jisung. Siapa sangka Jisung bisa dengan cepat mempelajari hal-hal baru, dan baik pimpinan di perusahaan cabang itu maupun ayah Wookjin sendiri merasa senang dengan kedatangan Jisung sebagai manager barunya.

Sedangkan Wookjin tetap melanjutkan karirnya. Keduanya hidup dengan tenang dalam beberapa bulan ini, bahkan Wookjin sudah melupakan perasaannya pada Yerim. Ia juga memilih untuk tinggal bersama Jisung dibandingkan dengan tinggal sendiri di apartemennya.

Seperti sekarang ini, mereka sedang menikmati waktu bersantai dengan menonton film bersama.

"Wookjin-ah," panggil Jisung kepada seseorang yang sedang menyandarkan kepala di bahunya itu.

"Hm?" sahutnya.

"Aku tidak pernah berhenti berterimakasih kepada Tuhan karena telah mengirimkanmu." Jisung menangkup kedua pipi Wookjin dan menatap matanya dengan lekat.

"Aku juga tidak pernah berhenti berterimakasih kepada Tuhan karena telah mempertemukan kita." Wookjin menatap mata seseorang di hadapannya itu sambil tersenyum dan menularkan senyuman itu kepada Jisung.

Jisung mengambil kesempatan itu untuk memberikan kecupan sekilas di bibir plum Wookjin.

"Kau tidak akan bisa pergi setelah memasuki hidupku karena aku tidak akan membiarkanmu."

"Kenapa aku harus pergi?" Wookjin melingkarkan lengannya di leher Jisung—menggodanya.

"Ah, rupanya kau sudah mulai berani ya?" Wookjin menjawab dengan tawa kecilnya.

"Hyung, siapa aku?"

"Oh, ayolah, Jung Wookjin, kau yang menyelamatkan aku saat aku dengan bodohnya hampir mati dan kau masih bertanya siapa dirimu?" Jisung mengubah posisi Wookjin menjadi duduk di pangkuannya. "Kau hidupku."

Jisung meraih tengkuk Wookjin dan mendekatkan wajahnya pada yang lebih muda hingga bibir keduanya bertemu.

Mereka saling menyalurkan perasaan mereka lewat ciuman ringan itu. Perasaan saling menyayangi dan tidak ingin kehilangan satu sama lain.

Ciuman itu perlahan menjadi semakin panas.

Entah sejak kapan tangan Jisung sudah masuk baju Wookjin dan mengusap punggungnya hingga meremas pinggangnya dengan sensual.

Wookjin tersenyum di sela-sela ciumannya karena ia berhasil menggoda Jisung.

Setelah melepaskan ciumannya, Jisung memberikan kecupan kecupan di pipi sampai ke telinga dan berbisik, "I know you want this." Yang membuat Wookjin merasakan sengatan listrik di dalam tubuhnya.

Kemudian Jisung mengulum telinga Wookjin dengan desahan dari mulut sang submisif sebagai balasannya.

Perlahan tapi pasti, bibir sang dominan mulai menjelajahi leher jenjang itu, memberikan kecupan kecupan sambil sesekali meninggalkan jejak kemerahan.

"Eungh.. hyunghh..." Lenguhan berhasil lolos dari mulut Wookjin dan mengakibatkan libido Jisung meningkat.

Jisung melepaskan pakaian dari tubuh Wookjin dan membaringkan Wookjin di ranjang tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya yang terlihat seksi.

Dengan leluasa, ia menjelajahi tubuh Wookjin yang sangat terawat dengan baik, menggunakan bibir dan sentuhannya. Wookjin yang berada di bawahnya mulai meracau, menginginkan lebih.

Jisung menanggalkan pakaiannya dan membebaskan bagian dari dirinya yang sejak tadi meminta untuk dikeluarkan dari sarangnya.

Ini bukan kali pertama Wookjin melihat Jisung seperti itu, tapi ia selalu kagum setiap melihat tubuh atletis sang kekasih.

"Let's have fun, baby."

Sepertinya ini akan menjadi malam yang panjang dan menggairahkan.







***
GOD, FORGIVE ME :(
aku gak sanggup melanjutkan partnya :D

Tear of God; Love & NineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang