Prolog

9 5 2
                                    


Hening.

Di gelapnya malam. Dalam ruangan temaram, diterangi oleh pantulan cahaya rembulan yang bersinar lebih terang dari sebelumnya.

Dua orang berbeda gender itu, terdiam menatap intens sekuntum mawar merah maroon diatas meja, pada barisan kedua dari depan sebelah kanan.

Kael, yang berdiri tepat disamping Qirani, mengedarkan pandangan. Mencoba menelisik, tidak ada yang aneh, sama seperti ruang kelas lainnya. Hanya saja, ada tambahan unsur-unsur seni, baik berupa lukisan dan kerajinan tangan, mengingat sekarang ini mereka sedang berada di fakultas seni.

Hingga tiba-tiba saja matanya tidak sengaja menangkap suatu objek menarik, sebuah miniatur seperti taman bunga, terletak disudut ruangan dekat jendela. Rasa penasaran membawa langkahnya mendekat, baru lima langkah sebuah suara membuatnya berhenti seketika.

"Jangan menyentuh barang sembarangan, aku tidak mau repot, nantinya."

Lantas Kael menoleh, balas menatap gadis itu. "Baiklah-baiklah, lanjutkan." balasnya sembari berjalan malas kearah jendela lalu membukanya. Ia baru sadar, semakin diperhatikan ternyata kampus mereka ini terkesan sangat angker.

"Rose! Indah dipandang, menyakitkan saat digenggam." Qirani bergumam lirih tanpa menoleh sedikitpun dari mawar tersebut.

Lamunan Kael buyar, sontak menoleh bingung. Memandangi lamat-lamat antara Qirani dan bunga mawar itu secara bergantian. Kemudian memandang miniatur disudut yang membuatnya tertarik, benar, itu adalah miniatur taman bunga mawar. Lalu, apa kaitan semua ini? Segera kembali menatap gadis itu.

"Persis sepertimu!"

Kepala Qirani mendongak, maniknya bergulir balas menatap penuh tanya atas apa yang telah dilontarkan pria itu.

"Cantik tidak tersentuh." ujar Kael menatap penuh minat. Bukannya tersipu, Qirani justru mendekat dengan panik, menariknya berlari keluar. Jelas saja membuatnya ikutan panik, dan bertanya disela pelarian mereka dikoridor  minim pencahayaan.

"Aroma ini..." benar saja, Kael bahkan baru sadar sedikit mencium aroma teramat wangi. Menoleh kebelakang mencoba untuk melihat sesuatu, namun niatnya urung mendengar intrupsi tegas gadis itu. "Abaikan! Terus berlari, bahaya jika kita tetap berada disini!"

Meski kurang paham maksud dari kalimat bahaya yang dilontarkan Qirani. Kael menurut,  tangannya yang digenggam berganti jadi menggenggam erat tangan gadis itu lalu berlari semakin kencang.

Hingga sampai diparkiran, tubuh mereka terhuyung hampir hilang keseimbangan akibat tarikan tangan yang berlawanan. Qirani berlari ke kanan menuju mobilnya sementara Kael malah sebaliknya.

"Mobilku saja!" Final Kael langsung menarik gadis itu. Dengan tergesa-gesa memasuki mobil tapi dalam keadaan genting seperti ini masalah mobil susah menyala terasa sangat umum bak di film-film. Ia semakin panik menyalakan mobil dan mengoceh tidak jelas melihat Qirani yang tiba-tiba tercekat memegangi lehernya seperti orang yang dicekik dari belakang. Meski nyatanya hanya ada mereka berdua.

Qirani bergerak tidak tentu arah memegangi leher, kakinya menendang-nendang bagian mobil melampiaskan rasa sesak.

"Ayolah! Kumohon menyala." geram Kael tidak putus asa, bahkan keringat sudah membanjiri pelipis. Sesekali menoleh panik, ia meringis melihat betapa tersiksanya gadis itu. "CK! Kenapa tidak mau menyala, ayolah!"

Qirani yang hampir kehabisan napas dan tenaga berteriak frustasi menyebut nama seseorang. "ESLYNA HELP ME!"

Tepat setelah itu mobil menyala, melaju cepat keluar area kampus bersamaan dengan terlepasnya cekikan dileher Qirani. Dengan tubuh merosot kehabisan tenaga, gadis itu meraup oksigen rakus sebelum akhirnya tidak sadarkan diri.

"QIRA!" Kael dibuat kalang kabut, tangan kirinya terulur didepan hidung Qirani dan seketika itu juga ia bernapas lega mendapati hembusan napas teratur gadis itu, ternyata hanya pingsan. "Kau membuatku panik."

__________


Salam manis,
Ra

ROSE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang