Qirani sudah menduga hal ini, selama perjalanan menuju kampus Jack hanya diam membisu, raut kesal, marah dan kecewa tercetak jelas. Setelah kejadian tempo hari, Gabby harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit, luka-luka yang menyebabkan wajahnya hancur membawa trauma tersendiri. Gadis itu bahkan enggan dijeguk selain kedua orang tuanya. Jelas hal tersebut membuat sang ayah menuntut pertanggung jawaban, bahkan tidak segan membawa kejalur hukum.
Mendengar kabar tersebut tentu saja menyulut emosi. Jack terpaksa harus menghadiri rapat komite dan mengabaikan urusan perusahaan, beruntung ia mempunyai Luky sebagai sekretaris yang sangat handal dan cekatan. Pria muda berusia 25 tahun itu akan mengangguk paham tanpa banyak bicara.
"QIRA!"
Merasakan sentuhan pada bahunya, Qirani tersadar sembari mengerjap-ngerjapkan mata. Raut wajahnya tampak bingung memandang lurus kedepan, entah bagaimana ia sudah ada didepan sebuah ruangan.
"Kau baik-baik saja?" tanya Mira mendapat anggukan gadis itu. "Lalu kenapa pakaianmu seperti ini?" ia menatap intens Qirani dari atas sampai bawah seolah menilai. Di musim panas sepeti ini, gadis itu memakai crop turtleneck hitam dibalut kemeja oversize putih, bagian depan dimasukkan kedalam rok selutut. Ditambah sneaker putih, terlihat sangat cantik.
"Kurasa tidak, sedari tadi kau hanya melamun dan tidak menghiraukan panggilanku, suaraku hampir habis tahu." ocehannya hanya dianggap angin lalu. Atensi Qirani fokus menatap kedalam ruangan berdinding kaca gelap namun terlihat transparan, yang merupakan perpustakaan.
Aura mencekam terasa sangat kuat menyeruak dari dalam. Jantungnya berdetak lebih cepat begitu rasa takut menjalar hingga membuat tubuhnya bereaksi. lalu bagaimana rasanya didalam sana?
"Perpustakaan ini sudah lama ditutup," ujar Mira menarik atensi Qirani. "Rumor yang beredar, semenjak kematian seorang gadis dua tahun lalu banyak kejadian-kejadian aneh di dalam perpustakaan ini. Kau tahu Qira? Banyak mengatakan itu disebabkan bullying, dari saat itu kampus sangat tidak bisa mentoleransi yang namanya bully."
Qirani mengangguk paham dan mulai melangkah, "lalu bagaimana dengan pem bully-nya?" entah kenapa pertanyaan itu membuat Mira menghentikan langkah.
Qirani yang tidak merasakan gadis itu disampingnya lekas berbalik. Mira yang tadinya melamun mengangkat pandangan, menatap sedih gadis itu. "Dia meninggal karna bunuh diri."
Saat itu juga Qirani terkesiap.
***
"Pulang!"
Kalimat perintah nan tegas itu membuat nyalinya menciut, Qirani bangkit dari kursi panjang didepan ruang rapat komite dan mengikuti langkah sang paman. Dapat dipastikan suasana hati pria itu bertambah buruk selama rapat.
"Paman, aku sungguh minta maaf."
Jack berdecak sembari mendengus kasar, niatnya berubah jadi mala petaka. Nyatanya kampus ini jauh lebih bahaya dari kampus sebelumnya, yang sampai-sampai akan berurusan dengan jalur hukum. Ia tidak akan membiarkan itu terjadi, tapi harus bagaimana untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya pada orang-orang.
"Sudahlah," imbuh Jack pasrah. "Paman yang salah telah membawa kamu kesini, jika saja aku tahu ini akan terjadi lebih baik membuatmu home schooling. Tidak perlu ke kampus lagi, dan paman akan menangani masalah ini secepatnya."
"Paman."
"Dengarkan paman, tuan james bersikeras akan terus membawa kasus ini kejalur hukum dan pihak kampus sudah sepakat mengeluarkan kamu. Jadi tidak ada lagi bantahan." tandas Jack tanpa menoleh kebelakang.
Qirani menghela napas gusar selama pria itu berbicara, kepalanya menunduk, menatap kedua kaki yang melangkah bergantian. Tak berselang lama hidungnya mencium aroma menguar dari tubuh seseorang yang lewat, awalnya ia tidak ambil pusing dan mengurungkan niat untuk sekedar menoleh kebelakang. Tapi siapa sangka teriakan seseorang mampu menghentikan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSE
HorrorDiikut sertakan dalam kontes "The Goosebumps Love" yang diadakan oleh WattpadRomanceID Qirani tidak menyangka kepindahannya ke SAN University membuatnya berurusan lebih dalam dengan dua sosok tak kasat mata yang terus meneror dan menolongnya. #Watt...