"Ah, sepertinya aku sok akrab, ya?" Mira berkata canggung sembari terkekeh, merasa malu sendiri dengan sifatnya. "Maaf, membuat mu merasa tidak nyaman." tapi diluar dugaan, Qirani menoleh dan menggeleng, tanda ia tidak masalah.
Mira tersenyum. "Kita ada kelas 30 menit lagi, kau ingin ke kafetaria bersama? Atau sudah ada tujuan lain?"
Kata-kata Qirani tertahan di ujung lidah, baru saja ingin menjawab, Mira kembali berujar. "Mana mungkin! Murid pindahan biasanya tidak punya teman, eh, bisa juga ada.., siapa? Teman lama? Pacar? Crush? Mantan? Atau dosen?"
Mata Qirani mengerjap-ngerjap lucu, langkahnya terhenti menerima goncangan gadis itu di bahunya. Astaga, dia sangat cerewet. Berdeham pelan, ia mengedarkan pandangan. "Dimana letak kafetaria-nya?"
"Ayo!" bukannya kesal karna pertanyaannya diabaikan, Mira justru menarik gadis itu dengan sangat antusias. Menuntun menuju kafetaria, Qirani memilih pasrah tidak ada ruginya juga.
***
"DAVIAN!"
Seketika suasana riuh menjadi hening, bersamaan dengan terhentinya langkah seorang pria. Spontan saja Davian berbalik dan sukses dibuat terkejut, kakinya mundur selangkah, menahan hantaman tubuh gadis yang menghambur memeluk membuatnya membeku dengan napas tercekat.
Davian menatap teman-temannya yang duduk disudut, mereka juga sama terkejutnya.
"Aku merindukanmu."
"Hey! Apa yang kau lakukan?" Mira menarik paksa gadis itu membuatnya tersentak kaget. "Ma-maaf senior, dia–"
"Apa kita saling mengenal?" sela Davian bertanya pada gadis yang memeluknya. Qirani mengerjap-ngerjap dengan pandangan bingung sebelum beralih menatap sekitar, ia meringis, tepat ditengah-tengah kafetaria ini semua mata menatap sinis bersamaan dengan suara bisikan-bisikan tidak jelas.
"Senior, dia ini anak ba–" kalimat Mira kembali menggantung, ia tersentak akibat tarikan mendadak Qirani yang membawanya berlari keluar.
"Kau tidak bilang menyimpan gadis secantik itu." baru saja Davian mendudukkan diri, Raka sudah mengatakan hal yang sangat menyebalkan.
Davian mendelik tajam, seolah mengatakan, jangan bercanda.
"Yakin tidak kenal? Lalu bagaimana bisa tahu namamu?" Reiga bertanya penasaran.
"Kau seperti tidak mengenalnya saja." Kael berkomentar disela-sela makannya, tanpa menoleh.
"Benar juga," Alan dengan semangat 45 menjentikkan jari. "Mana ada yang tahan dengan mulut pedas manusia ini, bisa-bisa gadis itu mati karna darah tinggi," ia tertawa geli atas penuturannya sendiri sembari menunjuk Davian. Yang lain hanya geleng-geleng kepala, sudah biasa melihat tingkah aneh pria itu.
Davian diam, sibuk dengan makanannya, bodoh amat dengan manusia bernama, Alan.
***
Qirani mengerang frustasi, menghentak-hentakkan kaki sembari membenturkan kepala pelan pada meja. Beruntung kelas sudah kosong semenit yang lalu.
Ia meringis, merutuki kejadian tadi yang terus berputar bak kaset rusak. Ditambah orang-orang yang tidak hentinya bergunjing, hal seperti ini sebenarnya sudah biasa hanya saja objek kali ini berbeda. "Aku harus bagaimana?"
"Hentikan itu." Mira menghentikan kegiatan Qirani. "Aku masih sangat penasaran dengan kejadian tadi, tapi jika kau tidak mau cerita aku bisa apa."
"Aku dalam masalah," lirih Qirani parau.
Mira menaikkan alisnya bingung. "Maksudnya? Ah, tenang saja meski senior Vian termasuk orang yang disegani, dia–"
"Bukan! Aku sedang tidak membicarakan pria itu." sanggah Qirani, karna memang bukan pria itu yang membuatnya kalut. Menghela nafas panjang, ia beranjak dan berlalu keluar.
![](https://img.wattpad.com/cover/288041116-288-k956604.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSE
HorrorDiikut sertakan dalam kontes "The Goosebumps Love" yang diadakan oleh WattpadRomanceID Qirani tidak menyangka kepindahannya ke SAN University membuatnya berurusan lebih dalam dengan dua sosok tak kasat mata yang terus meneror dan menolongnya. #Watt...