[19]. MENJAUH

6 2 0
                                    

"kita saling memiliki rasa, namun aku lebih memilih menyerah karna aku sadar sainganku bukan lagi ciptaannya, melainkan sang penciptanya."

~justin

Gadis cantik yg tertidur dibalut dengan selimut tebal tersebut membuka sedikit matanya siapa lagi kalo bukan Alesha, ia baru setengah sadar dari tidurnya, Ale segera melihat jam dinding yg berada tepat diatas pintu kamarnya tersebut jam dinding menunjukan pukul 04.00 wib menandakan waktunya sholat subuh, suara azan saling menyahut satu sama lain, Ale segera bangun dari tempat tidurnya dan langsung menuju kamar mandi untuk bersiap siap sholat subuh.

Setelah selesai melakukan sholat subuh ia segera membuka AL - QURAN miliknya yg berada di atas meja belajarnya, ia membaca AL - QURAN dengan sangat lirih dan meneliti arti dari tulisan tulisan arab tersebut

Tidak terasa jam dinding menujukan pukul 05.00 wib, Ale segera bersiap siap menuju sekolah, memakai seragam yg bagus dan elegan, menggunakan sedikit lip blam untuk melembabkan bibir mulusnya, bedak bayi agar tidak terlalu pucat, dan jangan lupakan parfum vanila favoritenya.

Pagi yg cerah menyapa Ale dengan udara udara yg segar, Ale membuka jendela kamarnya untuk mengganti udara didalam kamarnya, cahaya matahari mulai memasuki kamar Ale dengan udara udara sejuk ditambah senyum Ale yg begitu indah dipagi ini. Pagi yg benar benar berbeda dari biasanya, dimana pagi ini ia harus menjauhkan diri dari Justin ia sangat terkejut saat mengetahui fakta bahwa Justin menyukainya, Ale pikir selama Justin tidak pernah menaruh perasaan padanya huff merepotkan.

"pagi dunia, apa yg akan terjadi lagi hari ini, tidak menyangka bahwa jatuh cinta sesakit ini, kenapa tuhan menciptakan rasa cinta jika pada akhirnya berunjung sakit seperti ini, jika aku tahu pada akhirnya berunjung menyakitkan aku tidak akan menaruh rasa padamu justin, Abdiel Justin Gilbert aku tidak pernah menyesal untuk mencintai mu semua kisah cinta kita aku anggap menjadi pelajaran, jika pada akhirnya seperti ini apa yg harus aku lakukan selain ikhlas, iya aku harus ikhlas dan menerima takdir bahwa kita tidak akan mungkin bersama, Justin jika seandainya kamu takdirku mau sejauh apapun kamu berlari, kamu akan tetap menjadi takdirku, dan jika seandainya kamu bukan takdirku, mau sedekat apa pun kita tuhan punya 1001 cara untuk memisahkan kita" ucap Ale didepan jendela kamarnya tersebut

"Alesha lu ada didalam kan, keluar lu udah pagi ini kaga sekolah" terdengar teriakan Daffa dari arah luar kamar Ale

"iyaa kenapa bang" ucap Ale

"sarapan lu ga liat jam apa, ditungguin dari tadi di meja makan kaga nongol nongol" ucap Daffa sambil mengunyah roti coklat miliknya

Mata indah berwarna coklat hazelnut melihat kearah jam dinding kamrnya, ia langsung terkejut saat melihat jam telah menunjukan pukul 06.30 wib, what sebentar lagi gerbang sekolah akan tertutup, Ale langsung mengambil tas miliknya dan langsung keluar dari kamar, dan menuju ruang makan keluarganya.

Disana Ale telah melihat keluarganya yg sedang berkumpul untuk sarapan, ale pun memutuskan sarapan dikantin saja ia tidak mau dihukum karna terlambat mengingat bahwa dirinya juga petugas piket hari ini dan daffa ia sudah berangkat setelah memanggil ale untuk sarapan, tidak ada waktu untuk daffa menunggu ale, ia juga tidak mau terlambat hari ini Daffa pemilihan ketos karna masa jabatan Daffa sudah habis, menginjak kelas 12 berberapa bulan lagi ia harus ekstra belajar untuk ujian, dan lain sebagainya, dari dulu daffa ingin masuk UI setelah ia lulus dari SMA, Daffa, Rafa, Justin, dan Fatih sepakat untuk masuk UI dijurusan yg berbeda beda.

"Al sarapan dulu sini" ucap Nisa

"engga deh maa, Ale udah telat" ucap Ale

"yaudah tapi ingat ya harus sarapan disekolah nanti" ucap Nisa memperingati Ale

"siap maa, yaudah kalo gitu Ale berangkat dulu ya" ucap Ale sambil menyalami tangan kedua orang tua nya

"assalamualaikum"

"IYA WAALAIKUMSALAM, HATI HATI ALE DIJALAN" teriak Nisa saat Ale keluar dari pintu rumah tersebut

"IYA MAAA" teriak Ale tak kalah nyaring

***

Sedangkan ditempat lain seorang laki laki yg berada di rooftop sekolah dan sedang menghirup roko tersebut merenungkan masalah kemarin, dimana ia menyatakan cinta namun ditolak, yaps siapa lagi kalo bukan Justin, ia akan tahu bahwa Ale akan menjauhinya hari ini, dan hari ini juga ia bakal menemui Ale dan bicara empat mata dengannya.

Justin langsung turun dari rooftop dan menuju kelas Ale, ia tidak bisa tenang jika belum bertemu dengan Ale, iya Alesha Zahra satu satunya wanita penakluk hati Justin, Justin tidak pernah menyangka bahwa Ale akan membuatnya gila seperti ini, saat ini yg ada di pikiran Justin hanya Ale, Ale, dan Ale.

"eh Mel boleh bicara sama Ale sebentar" tanyanya pada Meli

"lah ko nanya saya, tanya yg punya diri gih" ucap Meli

"emm permisi, gue boleh bicara ga sama lu" tanya Justin pada Ale yg kebetulan sedang membaca novel miliknya

"bicara aja" ucap Ale tanpa mengalihkan pandangan nya pada novel

"eee ga disini tapi, di taman belakang aja" ucap Justin penuh harapan supaya Ale ingin berbicara dengannya

"gabisa sih" ucap Ale dengan mata yg masih terfokus pada novelnya

"plis kali ini aja, gue mohon" ucap Justin dengan memalas

"oke" ucap Ale memutar bola matanya malas

***
Saat ini Ale dan Justin sedang berada di taman belakang sekolah, Ale berfikir apa lagi yg perlu dibicarakan, toh semuanya sudah jelas kan bahwa mereka akan hidup didunia masing masing anggap saja tidak pernah mengenal satu sama lain sebelumnya, dan melupakan semua kenangan yg ada.

"mau bicara apa ka" ucap Ale

"kenapa menjauh" tanya Justin pada Ale

"kalo udah tau jawabannya ngapain nanya ka" ucap Ale

"AL OKE FINE GUE NGERTI LU JAUHIN GUE KARNA LU GAMAU KAN KITA SALING NYAKITIN, GUE MENYATAKAN PERASAAN CINTA GUE SAMA LU BUKAN BERATI LU JAUHIN GUE ALE, MAKSUD LU APA JAUHIN GUE AL, GA GINI CARA SELESAIIN MASALAH ALE, OKE LU TAU GUE CINTA DAN SAYANG SAMA LU ALESHA, DAN LU TAU KALO KITA BEDA AGAMA, TAPI GA DENGAN JAUHIN GUE KAN, MASIH ADA CARA LAIN KAN, kembalilah sebagai teman lupakan bahwa aku pernah mencintaimu" ucap Justin dengan lirih dan mengeluarkan semua unek uneknya

"KAA SADARR JANGAN EGOIS PLIS, JANGAN BUAT TUHAN KAKA KECEWA, JANGAN HANYA KARNA CINTA, KA JUSTIN KECEWAIN TUHAN KAKA ITU SALAH BESAR, ALE NGEJAUHIN KA JUSTIN ITU BIAR KAKA SADAR BAHWA KITA GAAKAN PERNAH BERSATU KITA BEDA" Tegas Ale

"untukmu agama mu dan untukku agama ku, soo gausah berharap lebih salib dilehermu tidak akan pernah menyatu dengan tasbih ditanganku" lanjutnya

"salah kalo gue suka sama lu" ucap Justin

"ga salah ko, normal kalo kaka suka sama seseorang, jika sesuatu yg ditakdirkan untukmu, sampai kapanpun tidak akan menjadi milik orang lain, yg terbaik akan datang diwaktu yg tepat, bukan waktu yg cepat" ucap Ale

"tenang saja jodoh ditangan tuhan" ucap Ale

"Tuhanku atau Tuhanmu ?" tanya Justin

"entah liat saja kedepannya, udah dulu" ucap Ale yg ingin meninggalkan Justin

"Ale tunggu" ucap Justin

"kenapa" tanya Ale

"tanyakan pada tuhanmu, apa boleh aku yg bukan umatnya mencintai hambanya ?" ucap Justin

Ucapan Justin hanya dibalas senyuman oleh Ale setelah itu ia langsung meninggalkan Justin yg sudah menangis ditaman belakang sekolah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Salib & TasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang