07

83 16 7
                                    

Eomma mengenal mereka?” tanya Jiyeon heran.

“Mereka adalah tetangga eomma dulu.” jawab Hyeojeong santai, sembari memandang Yoona dengan senyum tipis mengejek.

Sehun kaget sekaligus khawatir akan bagaimana respon dari Yoona.
Yoona terkekeh pelan, menyita fokus tiga orang yang masih berdiri di sekitarnya. “Hmm, kau pasti Park Jiyeon ya?” tanya Yoona pada gadis ombre dihadapannya. Sementara yang dipanggil Park Jiyeon kaget sealigus bingung karena Yoona masih mengingat namanya.

“Hmm, ya” angguk Jiyeon disertai senyum ramah.

“Tolong bilang pada ibumu yang aku tidak pernah ingin ingat entah aku pernah hidup berdampingan dengannya. Jangan lagi merepotkan atau memeras kakakku. Tolong penuhi kebutuhan hidup ibumu, jangan merepotkan orang lain dan jangan lagi mengancam kakakku. Aku tidak sebaik kakak atau adikku hingga enggan untuk melakukan sesuatu padanya.”
Hyeojeong pucat pasi dan gelagapan sementara itu Jiyeon memandang Yoona dan ibunya bergantian. Gadis itu bingung.

“Sehun, ayo pulang.” Ajak Yoona. Gadis itu segera masuk ke mobil dan diikuti oleh Sehun setelah ia mengangguk singkat pada Hyejeong.
...
“Eomma siapa mereka?” tanya Jiyeon. Saat ini ia dan ibunya sedang dalam perjalanan pulang, ini sudah terhitung 5 kali Jiyeon bertanya dan ibunya tak kunjung menjawab. “Eomma jawab aku atau aku akan bertanya pada appa!” ancam Jiyeon.

“Dia Oh Sehun dan Im Yoona.”

“Ya aku tahu, yang aku tanyakan apa hubunganmu dengan mereka dan kenapa Yoona terlihat sangat tidak menyukaimu eomma.”

“Aku pernah menyakitinya kurasa dia pantas membenciku.” sahut Hyejeong ringan.

“Dan apa maksudnya dengan memeras yang dia katakan?”

“Kau tahu pensiunan ayahmu yang hanya sebagai dosen tidak akan sanggup memenuhi kebutuhan kita apalagi dia harus rutin cuci darah. Kau kira cukup?” suara Hyejeong terdengar frustasi dan cemas bersamaan memikirkan keadaan suaminya yang tidak baik-baik saja.

“Eomma itu bukan alasan untuk kita memeras orang lain. Jangan lakukan lagi, aku akan memenuhi apapun kebutuhanmu dan ayah aku akan mencari uang dan bekerja lebih giat.” Sahut Jiyeon, suaranya terdengar emosi.

Hyejeong terkekeh pelan, dirinya mentertawakan hidupnya yang seperti di jungkir balikkan takdir. Lucu sekali. Meskipun Jiyeon tdak anak kandungnya namun selama ini hidup mereka berkecukupan dan bahagia. Hyejeong mencintai suaminya dan Jiyeon layaknya anak sendiri namun kehidupan mereka mulai tidak berjalan lancar semenjak sang suami divonis batu ginjal. Hyejeong memutar otak untuk mencari uang yang tidak sedikit sementara Jiyeon hanya seorang staf administrsi di universitas yang dulunya tempat suaminya mengajar. Pada akhirnya ia mendatangi Taeyeon dan meminta uang pada anak kandungnya sendiri untuk pengobatan suaminya.

...

Yoona berusaha dengan sekuat tenaga mempraktekkan meditasi yang dipelajarinya hai ini untuk mengendalikan pikiran buruknya. Yoona dengan keras berusaha melawan halusinasinya agar tidak mempengaruhinya terlalu kuat.
“Yoona kau baik-baik saja?”tanya Sehun khawatir karena sedari tadi Yoona hanya menutup  matanya diam.

“Aku sedang berusaha Sehun.” jawab gadis itu lirih.

“Aku disini, bersamamu.” Sehun berusaha menenangkan Yoona dengan mengenggam sebelah tangan gadis itu, berusaha untuk menguatkan Yoona dan menegaskan sekali lagi kalau dirinya tidak akan kemana-mana.

“Apa aku tadi terlalu kasar?” tanya Yoona pelan, setelah ia berhasil menenagkan diri sendiri.

“Tidak. Kurasa tidak.” jawab Sehun tenang. “Kau hebat.” Puji Sehun tulus karena Yoona sukses mengendalikan diri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 12, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AnehWhere stories live. Discover now