Sudah satu semester Seulgi bersekolah di sekolah elit ini, namun dirinya sama sekali belum mendapatkan teman yang tulus. Tidak ada satupun yang benar-benar ingin menjadi temannya. Semua hanya demi memanfaatkan Seulgi. Bukan hanya dimanfaatkan, Seulgi selalu mendapat cemoohan dari siswi-siswi lain.
Seulgi bukan dari kalangan bawah. Justru dia adalah anak salah satu pewaris perusahaan ternama di Korea. Tetapi tidak ada satupun murid mengetahui itu. Siswi-siswi Woorim menganggap Seulgi adalah anak dari asisten orang tua Jimin karena setelah beberapa kali mendapati Seulgi turun dari mobil yang sama dengan salah satu senior yang menjadi incaran mereka.
Seulgi selalu dikatai dengan kata-kata kasar, dikerjai dengan didorong ataupun pulang dengan keadaan tidak baik-baik saja. Meskipun mendapat perlakuan tidak baik, Seulgi hanya bisa diam dan pasrah. Selain itu, beberapa teman satu kelasnya hanya menjadikan Seulgi perantara untuk mendekati pujaan hati mereka. Menitipkan cokelat atau bingkisan untuk Jimin.
Jika ditanya penampilan, Seulgi justru bisa dibilang masuk kedalam jajaran siswi tercantik di sekolahnya. Namun sifatnya yang pendiam dan terlihat anti sosial lah yang merubah pandangan orang-orang tentang dirinya.
Dulu, Seulgi terkenal ceria dan ramah. Semasa sekolah menengah pertama, dirinya terkenal memiliki banyak teman. Namun saat kelulusan sekolah menengah pertamanya itu lah yang membuat image Seulgi berubah 180° menjadi seperti sekarang.
Malam itu, dikala Seulgi sedang merayakan euforia kelulusannya, tiba-tiba ayahnya membawa seorang perempuan untuk tinggal dirumahnya, yang tidak lain adalah sekretaris ayahnya. Tidak hanya sendiri, perempuan itu membawa anak bersamanya. Tapi mengapa ayahnya harus membawa perempuan ini masuk kedalam rumah mereka dan tinggal bersama mereka?
Awalnya Seulgi merasa biasa saja dan ia berpikir mungkin hanya untuk sementara. Lagi pula ia sudah sering melihat sekretaris ayahnya ini. Namun semua berubah seiring berjalannya waktu. Seulgi kembali berpikir, mereka bukanlah orang yang berkebutuhan yang harus Seulgi dan ayahnya tampung selama ini. Bahkan anaknya pun bersekolah di sekolahan elit yang sama dengannya. Sebulan, dua bulan, mereka tidak menunjukan akan pergi dan meninggalkan rumahnya.
Semakin lama Seulgi semakin tidak nyaman.
Bahkan sejak saat kepindahan mereka, perhatian ayahnya mulai berkurang padanya. Ayahnya selalu memperhatikan putra dari wanita yang ia bawa ke rumah mereka. Bahkan ayahnya terlihat sedang mempersiapkan sesuatu untuk anak sekretarisnya itu. Seulgi sampai berpikir bahwa anak ini adalah darah daging ayahnya. Namun jika iya, berarti ayahnya sudah bermain dengan sekretarisnya ini dari dulu bahkan sebelum dirinya lahir? Karena anak lelaki ini umurnya diatas Seulgi satu tahun. Tapi tidak mungkin ayahnya tega menghianati ibunya.Tuan Kang selalu beralasan jika Shin Yuna dan Jimin akan lebih nyaman tinggal dirumah mereka. Sebelumnya memang Shin Yuna tinggal di sebuah apartemen sederhana setelah suaminya meninggal sedangkan Jimin bersekolah sedari SD hingga SMP di kota lain tempat tinggal neneknya.
🌻🌻🌻
Hari berikutnya, seperti hari-hari biasanya yang menjadi kebiasaan keluarga Kang yaitu sarapan bersama.
Sarapan pagi ini Seulgi malas untuk bergabung bersama ayah dan kedua orang asing yang tinggal dirumahnya ini. Seulgi pun bangun lebih siang. Bukan dia terlambat bangun melainkan Seulgi sengaja tidak ingin makan bersama di meja makan. Bahkan Seulgi lebih memilih tidak sarapan.Sudah lebih dari 15 menit Seulgi belum juga turun dan menampakan dirinya. "Bi, tolong panggilkan Seulgi" Perintah Tuan Kang kepada asisten rumah tangganya.
Saat asisten rumah tangga tersebut akan memanggil Seulgi, gadis itu sudah menuruni tangga dan langsung melenggang pergi tanpa mengucapkan satu katapun. Tuan Kang hanya menghela nafas sementara sekretarisnya tersebut hanya diam dan mencoba mengalihkan perhatian Tuan Kang dengan mulai merapikan lauk pauk di depan Tuan Kang.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEULMIN ARCHIVE
Fanfiction🌻 short story 🌻 oneshoot kumpulan ide-ide yang datang tak terduga.. Story by: ceceica ©ceceica