JIMIN POVJabatan Yoongi Hyung sudah beralih ketanganku. Ini lah yang menjadi mimpiku selama ini. Setidaknya aku memiliki satu saja hal yang lebih tinggi dibanding Yoong Hyung. Tapi entah mengapa, ada perasaan mengganjal di hati. Aku tidak sebahagia seharusnya. Justru saat namaku disebutkan sebagai Direktur Utama, wajahku terutama bibirku ini sulit sekali untuk menampilkan senyum kebanggan atau ketulusan. Rasanya sesak dan tak enek.
Seminggu berlalu. Kesibukan mempersiapkan pemindahan jabatan ini cukup menyita waktuku. Bahkan beberapa hari ini aku tak mengirimkan pesan pada Seulgi seperti biasanya. Walaupun pesanku semenjak hari itu tak dihiraukan Seulgi, tapi aku tetap berusaha mengirimkan pesan padanya.
Soal Irene Noona, aku sudah mengutarakan isi hatiku. Namun penolakan yang ku terima. Tapi anehnya, rasa sakit itu tidak ada. Justru lebih sakit saat aku mengetahui berita Yoongi hyung yang akan melamar Seulgi bulan lalu itu. Entah mengapa saat Irene noona mengatakan ia mencintai pria lain yang ternyata pemilik cafe yang biasa kami datangi dan tidak lain adalah kakak dari Seulgi justru membuatku tidak merasakan kekecewaan sama sekali. Bahkan aku biasa saja tanpa merasa sakit hati atau merasa perjuanganku pada Irene Noona sia sia.
Padahal jika dipikirkan, kami berdua sudah seperti sepasang kekasih. Bahkan sudah beberapa kali aku mencuri ciumannya. Namun entah mengapa, setelah hari itu, perasaanku terasa biasa saja. Hambar.
Kebetulan hari ini aku dan beberapa petinggi di perusahaan mengadakan pertemuan. Aku meminta kepada sekretarisku untuk menggunakan ruang rapat yang berada di lantai 5, dekat dengan ruangan Seulgi bekerja.
Niatku tentu agar saat datang atau saat nanti selesai rapat setidaknya bisa melihat Seulgi. Meja kerja SeulgiSebenarnya ruang rapat lantai 5 memang sudah biasa kami gunakan untuk rapat-rapat khusus. Jadi tidak akan ada yang mencurigai mengapa kali ini rapat diadakan di ruangan tersebut.
Saat akan menuju ruang rapat, aku sedikit melihat kearah ruangan Seulgi.
'Tak ada? Mungkin belum datang.' Batinku.
Selama kurang lebih dua jam lebih rapat berlangsung. Kini sudah saatnya kami kembali ke ruangan masing-masing. Namun keanehan kembali terulang. Meja kerja Seulgi masih kosong bahkan semakin kuperhatikan, mejanya benar-benar kosong seperti tak bertuan. Semua pernak-pernik atau perintilan khas Seulgi pun tak nampak. Mejanya bersih tanpa ada satupun tempelan note atau tumpukan berkas.
"Meja disana kenapa kosong?" Tanyaku pada karyawan yang kebetulan baru saja keluar dari kubikelnya.
"Oh. Itu pak, belum ada yang isi semenjak Seulgi resign"
Tentu aku kaget dengan pernyataan karyawan ini. "Resign? Sejak kapan?" 'Mengapa aku sama sekali tidak tau?'
"Seminggu lalu Seulgi sudah meninggalkan kantor. Kemungkinan surat pengunduran diri sudah ia serahkan beberapa hari sebelumnya pak" Tambah sang karyawan.
Lalu karyawan tersebut memilih meninggalkan Jimin setelah memberi hormat berupa bungkukan badan. Sementara Jimin masih teridam sambil memandangi kembali meja kerja Seulgi.
JIMIN POV END
🌻🌻🌻
'Seminggu yang lalu? Surat pengunduran diri bahkan sudah diserahkan jauh-jauh hari? Artinya Yoongi Hyung sudah pasti tau mengenai ini' Batin Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEULMIN ARCHIVE
Fanfic🌻 short story 🌻 oneshoot kumpulan ide-ide yang datang tak terduga.. Story by: ceceica ©ceceica