Alifa dan Alia sampai di rumah umi Zahra dan Alia langsung turun dari dalam mobil meninggalkan tas selempangnya.
Alifa membawa turun tas selempang milik Alia dan menyusul Alia masuk ke dalam rumah.
Sesampainya di dalam rumah, Alifa melihat Alia sudah berada di pelukan umi Zahra dengan tangisannya yang terdengar sangat memilukan.
"Assalamualaikum umi," salam Alifa.
"Walaikumsalam Alifa" jawab salam dari umi Zahra, "ada apa?" Tanya umi Zahra tanpa suara tapi Alifa bisa mengerti.
Alifa meletakkan tas selempang Alia ke atas meja dan setelah itu mengeluarkan hp nya dari dalam tas selempang miliknya.
Alifa mengetik di hp nya dan setelah itu mengarahkan layar hp nya kepada umi Zahra.
Umi Zahra membaca apa yang Alifa ketikkan dan Alifa menganggukkan kepalanya saat umi Zahra menatapnya untuk mencari kebenarannya.
Tanpa sadar air mata Alifa jatuh, dia tidak pernah melihat Alia serapuh ini, bahkan sampai ini menangis yang terdengar sangat memilukan.
"Alia ke kamar dulu," kata Alia yang keluar dati pelukan umi Zahra dan setelah itu melangkahkan kakinya menuju kamarnya.
"Umi," panggil Alifa dan langsung memeluk umi Zahra.
"Maafin kak Barra, umi, Alifa nggak menyangka kalo kak Barra bisa melakukan itu terhadap Alia, lebih jahat lagi Barra menikah sama Mega," kata Alifa yang merasa bersalah kepada umi Zahra padahal itu kelakuan kakak sepupunya tapi Alifa yang merasa sangat bersalah.
"Sudah Alifa, mungkin ini cobaan rumah tangga mereka, biarkan Alia sama Barra yang menyelesaikan ini semua, sekarang kita kuatkan Alia saja," kata umi Zahra dengan sangat sabar padahal anak satu-satunya disakiti oleh laki-laki yang sangat dia percaya.
"Sekali lagi maaf umi," kata Alifa dan umi Zahra menganggukkan kepalanya.
Alifa dan umi Zahra melepas pelukan mereka.
"Umi, Alifa pamit pulang dulu, kalo ada apa-apa umi langsung hubungi Alifa," kata Alifa.
"Iya Alifa, makasih sudah mengantarkan Alia pulang," ucap umi Zahra.
"Sama-sama umi, kalo gitu Alifa pamit, assalamualaikum," salam Alifa.
"Walaikumsalam" jawab salam dari umi Zahra, "maaf, umi nggak ngantar kamu ke depan" kata umi Zahra.
"Nggak apa-apa umi, Alifa bisa sendiri," kata Alifa dan setelah itu Alifa melangkahkan kakinya keluar dari rumah umi Zahra.
"Bangs*** lo kak, gue akan laporin ini sama tante dan om," kata Alifa yang kesal dengan Barra dan Alifa langsung masuk ke dalam mobilnya.
Alifa mengendarai mobilnya menuju rumah om dan tante nya dengan emosi di hatinya, Alifa sudah benar-benar marah karena dia tidak terima sahabatnya dikhianati seperti itu dan Mega, Alifa akan memecatnya dan akan mengeluarkan Mega dari list sahabatnya.
Setelah kepergian Alifa, umi Zahra mengetok pintu kamar putrinya dan membuka pintu kamar yang tidak di kunci itu.
Hati umi Zahra sangat sakit saat mengetahui kalo putrinya dikhianati oleh menantu yang dia percaya dan sahabat putri sendiri yang sering datang ke rumah.
Umi Zahra ingin marah, tapi ini takdir yang Allah SWT berikan di dalam rumah tangga putrinya dan umi Zahra tidak bisa apa-apa selain menyemangit anaknya dan memberikan nasehat.
Umi Zahra mengurungkan niatnya buat masuk ke dalam kamar putrinya saat melihat putrinya sedang menangis di dalam sholatnya.
Umi Zahra menutup kembali pintu kamar putrinya dan membiarkan putrinya curhat kepada yang maha pencipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENANG MERAH (End)
General FictionApakah benang merah yang kita pasangkan di salah satu jari kita akan bertahan dengan lama atau mereka akan putus karena keegoisan salah satu di antara kita? Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi ke depannya, kita hanya bisa berharap yang indah...