Jam 5 sore, mereka semua memutuskan buat pulang karena sudah mau magrib dan besok mereka harus menjalankan aktivitas masing-masing.
Alifa, Kiran, dan Zain membantu Alia untuk memasukkan hadiah mereka buat Alia kedalam bagais mobil Barra dan Barra sudah membukakan pintu bagasi.
"Makasih ya," ucap Alia kepada para sepupunya itu.
"Sama-sama," balas mereka dengan serempak.
"Lusa, gue sama Dina mau ke rumah lo, bolehkan?" Tanya Alifa.
"Datang saja, tapi jangan lupa bawa makanan," kata Alia mempersilahkan Alifa dan Dina buat datang ke ruamhnya.
"Itu gampang," kata Alifa.
Setelah itu Alia berpamitan dan masuk kedalam mobil disusul oleh Barra, sedangkan Mega sudah dari tadi berada di dalam mobil, bahkan dia sudah melepas jarum pentul kerudungnya.
Barra mulai mengendarai mobilnya meninggalkan rumah kedua orangtua Barra.
"Lo sengaja banget ngehasut keluarga mas Barra buat benci sama gue," tuduh Mega yang duduk di depan.
"Buang-buang waktu gue saja, ngapain juga gue ngelakuin itu, jangan asal nuduh kalo tidak ada buktinya," kata Alia yang tidak diterima dituduh oleh Mega.
"Pura-pura baik lo sama gue, ternyata lo tidak sebaik yang gue kira, nyesel gue punya sahabat seperti lo," kata Mega yang membuat Alia terkejut tapi dengan cepat Alia memang ekspresi biasa saja.
"Terserah lo mau bilang gue seperti apa," kata Alia yang tidak mau semakin terpancing emosi dengan Mega.
"Gue kalo jadi lo malu sih, sudah disindir oleh seluruh keluarga mas Barra dengan dikasih perlengkapan bayi, gue sih lebih baik pergi tadi," sindir Mega yang masih mencoba memancing emosi Alia.
"Ngapain gue malu, lo hanya tidak tahu saja niat tersembunyi mereka, jadi lebih baik lo diam sebelum gue yang bertindak dan buat lo malu semalu malu nya," kata Alia dengan nada santai dan tidak ada emosi di dalamnya nada bicaranya.
"Gue akan rebut semua perhatian keluarga besar mas Barra dari lo, gue akan kasih mas Barra keturunan dan mendapatkan kasih sayang mereka, gue akan buat lo merasakan apa yang tadi gue rasakan," kata Mega.
"Silahkan saja kalo anda bisa" kata Alia, "buktiin, jangan ngomong doang" tantang Alia tapi dengan nada santai.
"Bisa nggak sih kalian berdua tidak berantem?" Tanya Barra yang sudah tidak tahan lagi karena kedua istrinya itu saling melontarkan perkataan.
"Alia, duluan mulai mas," kata Mega dan membuat Alia memuat kedua matanya dengan malas.
"Sepertinya mas Barra juga tahu siapa yang duluan," kata Alia dan setelah itu memandang keluar kaca.
"Lo yang duluan, lo buat gue asing di sana," kata Mega.
"Cukup Mega, jangan diperpanjang lagi," bentak Barra yang sudab kehilangan kesabarannya dan itu membuat Mega langsung terdiam.
"Sabar ya sayang, pasti ada waktunya di mana ayah menyadari kehadiran kamu," kata Alia sangat pelan dengan tangan yang mengusap perutnya.
Tanpa Alia sadari, Barra memperhatikan Alia dari kaca spion karena Alia pas duduk di bangku belakangnya dan tatapan mata yang diberikan oleh Barra memiliki banyak arti.
Sesampainya di rumah, Mega langsung turun dari dalam mobil dan membanting pintu mobil dengan sedikit keras sehingga menimbulkan bunyi.
"Astaghfirullah," ucap Alia dengan mengusap dadanya.
Alia dan Barra turun dari dalam mobil dan Barra membantu Alia membawa hadiah-hadiah.
Alia meletakkan barang-barang itu di kamar sebelah kamar tidurnya yang berada di lantai atas karena rencananya Alia akan merombak kamar itu menjadi kamar anaknya, itu hanya rencana awalnya tapi belum tentu akan terwujud.

KAMU SEDANG MEMBACA
BENANG MERAH (End)
Ficção GeralApakah benang merah yang kita pasangkan di salah satu jari kita akan bertahan dengan lama atau mereka akan putus karena keegoisan salah satu di antara kita? Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi ke depannya, kita hanya bisa berharap yang indah...