Benang Merah 9

1.9K 127 5
                                    

Seperti rencana pagi tadi, sore ini Alia dan bi Ita akan merujak dan mereka akan merujak di pendopo taman belakang biar sekalian menikmati waktu sore di sana.

"Mereka belum pulang?" Tanya Alia kepada bi ita yang sedang membuat bumbu rujaknya dan Alia bertuga mengupas dan memotong mangga mudanya.

"Belum bu" jawab bi Ita, "ibu nggak cemburu ya melihat pak Barra dengan perempuan itu?" Tanya bi Ita.

"Perempuan mana yang tidak cemburu melihat suaminya lebih dekat dengan perempuan lain?" Tanya Alia, "pastinya saya cemburu bi, tapi saya tidak mau terlalu memperlihatkannya karena itu akan membuat saya terlihat lemah di depan dia" jawab Alia.

"Saya kagum sama ibu, ibu sangat sabar dan kuat menghadapi ini semua, kalo saya jadi ibu sih sudah pasti saya minta pisah," kata bi Ita.

"Jangan berlebihan memuji saya bi, saya tidak sesabar dan sekuat itu" kata Alia, "mungkin sekarang saya masih bertahan, tapi tidak tahu kedepannya akan seperti apa, saya juga memiliki batas kesabaran" sambung Alia.

"Tapi, tetap saja di mata saya ibu adalah perempuan yang sangat kuat" kata bi Ita, "nanti kalo misalnya ibu sama bapak pisah, saya ikut ibu ya, saya tidak mau di sini bersama perempuan itu" pinta bi Ita.

"Iya bi" kata Alia dengan senyuman di bibirnya, "sudah jangan membahas itu lagi, kita bicarakan yang lain saja" sambung Alia.

"Bikin emosi kalo membicarakan perempuan itu" kata bi Ita, "bapak sudah tahu kalo ibu sedang hamil?" Tanya bi Ita.

"Belum bi, mungkin memang belum waktunya untuk mas Barra tahu," jawab Alia.

Alia dan bi Ita menikmati waktu sore dengan ngerujak mangga muda, saat sedang asik mengobrol dan bercanda, tiba-tiba datang seorang perempuan yang merusak suasana sore Alia dan bi Ita.

"Gue hanya ingin memberitahu lo sesuatu, gue sedang mengandung anak mas Barra dan mulai sekarang perhatian keluarga mas Barra akan sepenuhnya ke gue," kata Mega menyombongkan kehamilan kepada Alia.

Bi Ita menatap Alia dan Alia membalas dengan senyuman di bibirnya.

"Selamat ya, semoga lo sama calon anak mas Barra, sehat sampai persalinan nanti," ucap Alia dengan senyuman di bibirnya.

"Gue nggak butuh ucapan dari lo," kata Mega dan Alia hanya mengangkat kedua bahunya dengan acuh karena dia sudah berniat baik.

"Mega, kamu ngapain di sana?" Tanya Barra dan menghampiri Mega.

Mega memberikan senyuman mengejek dan setelah itu memasang ekspresi wajah sedihnya.

"Mas, aku mau makan mangga muda juga, tapi Alia tidak memperbolehkan aku buat gabung," aduk Mega dengan berbohong dan merangkul lengan Barra dengan manja.

Bi Ita melihat itu sangat gemas, rasanya bi Ita ingat memasukkan keapala Mega ke dalan kolam ikan yang ada di taman depan.

"Alia, kamu kenapa seperti itu, Mega lagi hamil dan dia mau makan mangga muda, kenapa tidak diberikan?" Tanya Barra kepada Alia.

"Dia saja tidak bilang dia mau mangga muda," kata Alia.

"Lihat mas, Alia cemburu karena aku mengandung anak mas, dia tidak suka kalo aku hamil," kata Mega mengadu domba Barra dengan Alia.

"Alia, kamu kenapa jadi seperti ini, apa salahnya mengajak Mega buat makan mangga muda? Apa kamu ingin anak mas nanti ileran karena keinginannya tidak diwujudkan?" Tanya Barra dengan menahan emosi agar tidak meledak.

"Silahkan saja kalo ingin makan mangga muda," kata Alia yang turun dari pendopo dan melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah.

"Bibi juga permisi, mau masak makan malam," pamit bi Ita dan menyusul Alia kedalam rumah.

BENANG MERAH (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang