"Thanks Nat," ujar Stella sembari menuruni motor Nathan dan menyerahkan helm kepada pemuda bertubuh jangkung tersebut.
Nathan hanya mengangguk dan menerima helm itu tanpa turun dari motor. Dia juga tak pergi dari situ seolah menunggu sesuatu disana. Stella yang tadinya sudah melangkahkan kaki masuk kedalam kos-kosan, kini berhenti dan menoleh kearah Nathan yang bergeming. Stella menatap Nathan dengan tatapan bingung sedangkan Nathan malah melemparkan senyum nyengir tanpa dosa pada gadis itu. Stella menghela napas, berpikir apa lagi yang diinginkan manusia ini darinya? Akhirnya dengan perasaan dongkol, Stella kembali mendekati Nathan.
"Nggak cabut?" tanya Stella tak mau basa-basi.
Nathan hanya menggeleng dengan senyum yang masih disana membuat Stella sedikit risih.
"Yaudah. Gue masuk dulu," ujar Stella kemudian hendak membuka kamar kosannya. Namun, hal selanjutnya yang membuat Stella menoleh adalah, saat Nathan tiba-tiba menepikan motornya dan melangkah menuju teras kosannya. Duduk di kursi bambu sambil melepas helm dan jaketnya. Hal itu tentu saja membuat Stella sedikit sebal. Dia berkacak pinggang sambil mengamati setiap pergerakan manusia itu di depan kamar kosannya.
"Heh! Ngapain duduk disitu?" ketus Stella benar-benar merasa terganggu dengan kehadiran Nathan. Dia cukup pusing di kerjaan dan tak mau tambah pusing dengan kelakuan Nathan, orang yang beberapa hari ini entah kenapa malah sok perhatian dengannya. Capek banget.
"Nathan, udah mau malem nih. Nggak pulang? Gue capek mau istirahat. Lo tolong ngertiin gue dong," keluh Stella karena merasa tak di hiraukan dari tadi oleh Nathan.
Sementara Nathan, dia hanya duduk sambil bermain ponsel seperti berada di rumahnya sendiri. Dia sama sekali tak menggubris apa yang dikatakan Stella. Kata-kata yang mengusirnya, ataupun apa yang akan keluar dari mulut gadis itu.
"Nathan lo—
"Lo tinggal di Solo sama siapa?" Nathan memotong ucapan Stella sambil menatap mata gadis yang nampak terkejut.
"Ngapain nanya?" ketus Stella, "Lo mending pulang aja deh sebelum ada gosip diantara kita!" usirnya lagi.
Nathan mengerutkan dagunya lalu menatap ponselnya lagi. "Gosip apaan?" lirihnya namun didengar oleh Stella.
"Nanti mbak-mbak sini malah ngegosipin kita Nath. Gue nggak mau mereka ngira kita pacaran ya, cuma gegara lo duduk seenaknya di depan kamar kosan gue!" omel Stella sedikit memelan.
Nathan hanya mengangguk tanpa berniat pergi dari sana. Hal itu membuat Stella mau tak mau meletakkan tasnya dan mulai mengeluarkan jurus terakhir. Mungkin, ini sedikit tak sopan namun mau gimana lagi? Ini sudah malam dan Nathan harus pergi.
Stella menghampiri Nathan dan berdiri di depannya membuat Nathan mengabaikan ponselnya beberapa saat. Stella menarik tangan Nathan untuk berdiri dan enyah dari kosannya sebelum mbak-mbak yang dimaksud Stella keluar dari kamarnya dan melihat Nathan didepan kamarnya.
"Nath, plis deh lo jangan bebal!!" Stella berusaha menarik Nathan yang nampak bergeming. Tak ada perlawanan dari Nathan. Anak itu nampak lemas dan pasrah ditarik-tarik Stella. Hingga pada akhirnya, Nathan memegang pinggang Stella dan menariknya dalam satu hentakan, membuat tubuh gadis itu terhuyung kedepan dan hampir saja menabrak dada Nathan jika saja tangan kirinya tak reflek bertumpu pada nakas di samping kursi.
Mata Stella melebar menatap wajah Nathan dalam jarak sedekat itu. Jantungnya tiba-tiba berdegub kencang dan membuatnya hampir ngos-ngosan. Dia berusaha berdiri normal kembali, namun Nathan malah menarik lebih keras membuat Stella kini malah duduk dipangkuan Nathan. Tangan kanan Stella bertumpuan pada dada Nathan sedangkan tangan kirinya memegang ujung nakas. Dalam keadaan ambigu seperti ini, sempat-sempatnya Stella berpikir bahwa Nathan benar-benar tampan jika ditatap sedekat ini. Ah, mungkin gadis itu sedang tak waras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Rindu
Fanfiction"Zavallo, tidak baik meratapi orang yang sudah tidak ada secara terus menerus. Ketika jiwa meninggalkan badan, tidak ada lagi hubungan persaudaraan, kekerabatan, atau persahabatan. Hubungan itu cuma bersifat duniawi dan sebuah peristiwa kecil dalam...