+ Kyoru Marah

46 7 33
                                    

"Yakin nggak mau?"

Stella mendengus sebal kemudian menoleh kearah Nathan yang bertengger pada motor maticnya. Sudah dari beberapa menit yang lalu, Nathan terus membujuk Stella agar mau pulang bareng dia. Biar irit katanya.

"Lo budek apa gimana sih Nat? Gue udah bilang, nggak! ya nggak!" tolak Stella mentah mentah.

Dia lebih baik menunggu ojek onlinenya daripada membonceng Nathan, musuh bebuyutannya itu.

"Tck, yauda sih kalau nggak mau." Nathan memakai helmnya hendak pergi dari sana, seolah menyerah dan membiarkan Stella kokoh pada pendiriannya.

Stella yang tak perduli itu membiarkan Nathan menghidupkan motornya. Namun bukannya melaju, Nathan malah kembali mematikan mesinnya.

"Yakin nggak mau ikut?" Nathan meyakinkan lagi seolah tak ada kata nyerah buat ngajak Stella pulang bareng.

Gadis itu menatap datar pada Nathan yang masih menunggunya di motor.

"Sasaki Nathan Yvone! Gue yakin lo nggak budek dan gue yakin lo nggak sekeras kepala itu!" sinis Stella.

"Ini ujan loh Stell," Nathan menegadah, "maksud gue, mau ujan. Yakin nggak mau sekalian?"

Stella mengangkat kepalanya melihat ke langit mendung kemudian ia menoleh kearah Nathan yang masih setia di situ.

"Lo kenapa sih, Nat? Tumben tumbenan nawarin gue pulang? Ada apa?" curiga Stella sambil melirik sinis kearah Nathan.

"Ya emang kenapa? Gak boleh?"

"Nggak!"

"Dih. Niat gue baik kali, buat bantu perekonomian lo. Daripada lo naik ojek mulu yakan?"

Stella memincingkan matanya, mencoba mendeteksi kebohongan dari Nathan yang matanya kini bergerak gelisah.

"J-jangan natap gue kaya gitu lah! Risih!" hardik Nathan sambil membuang muka ke arah lain.

Stella mendengus sambil mengamati Nathan yang tiba-tiba baik kepadanya. Stella tahu ada maksud terselubung di balik sikap baik si manusia kadal ini kepadanya. Tapi apa yang di omongin Nathan emang ada benernya juga sih. Daripada dia ngojek, iyakan? Mendingan ikut dia aja.

"Mau nggak?" Nathan bertanya sekali lagi dengan nada agak nyolot.

"Iye mau," jawab Stella dengan nada terpaksanya.

Nathan menahan senyumnya saat mendengar jawaban Stella yang sebenernya ogah-ogahan itu.

Ya, walaupun ogah-ogahan yang penting bisa boncengin Stella, why not? Selangkah menuju kesuksesan.

"Nih helm!" Nathan menyodorkan helm berwarna abu-abu itu kapada Stella yang kemudian memakainya.

Memakai dengan agak dongkol lalu naik keatas motor. Stella meletakkan tasnya di tengah-tengah antara Nathan dan dirinya. Memberi pembatas dan duduk lebih ke belakang.

Bukannya apa-apa, Stella hanya risih saja jika kulitnya bersentuhan dengan lawan jenis. Bahkan sekarang ini, Stella duduk hampir di ujung dan tak berpegangan sama sekali dengan Nathan.

"Pegangan, ntar jatuh." peringat Nathan tak di hiraukan oleh Stella.

Nathan menoleh ke belakang dan terkejut saat melihat Stella yang malah duduk seperti itu. Sampai-sampai, Nathan berpikir, apa dia sebau itu hingga Stella tak mau dekat-dekat dengannya?

Tak mau bertanya lebih lanjut, Nathan melajukan motornya pelan. Di otaknya, sibuk mencari topik-topik yang sekiranya di sukai Stella dan bakalan nyambung kalau diajak omong.

Catatan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang