HER (R.)

1K 145 10
                                    

"Sometimes we're broken and we don't even know why."
______________

"JALANG! BERHENTI!"

Wanita bersurai silver itu mempercepat langkahnya. Ia mengabaikan suara sepatu bertemu aspal yang cukup keras di belakang sana.

"KAU SUNGGUH INGIN MATI!" Teriak lelaki itu sekali lagi.

Teriakan itu bukan pertama kalinya, namun itu masih membuat Rosie ketakutan setengah mati. Sial, langkah Rosie semakin tak beraturan.

BRAK!!

"Ahh!" Benar saja, kali ini Rosie menabrak pagar kawat.

PLAK! Sebuah tamparan dan jambakan dihadiahi rentenir yang terus mengejar Rosie bertahun-tahun.

"Aku sudah membayar beberapa hari yang lalu. Tak ada uang tersisa sekarang." Ucap Rosie gemetar.

"Masa bodoh! Kalau perlu kau jual tubuhmu saja untuk membayar hutang orang tuamu! Kau pikir aku peduli! Cih!"

Lelaki itu meludahi wajah Rosie yang kini telah mendarat di atas aspal. Sepatu boot hitam menginjak ujung rokok yang sengaja dijatuhkan tepat beberapa centi dari wajah penuh luka Rosie.

"Kau menyukaiku?"

Lelaki yang sudah berbalik tadi berhenti.

"Apa kau bilang?"

Rosie berdiri dengan wajah datar.

"Kau menyukaiku kan? Kau membuat alasan menagih hutang dan menambah bunga yang tak masuk akal agar terus berada di dekatku! Bukan begitu?"

Kini suara Rosie sengaja dinaikkan.

"Kau sudah gila ya! Sini aku bantu agar kau cepat sadar!"

Lelaki tadi mendorong tubuh Rosie hingga ambruk ke atas aspal. Sepatu boot yang tadi menghancurkan sepuntung rokok, kini menekan kepala kiri Rosie tanpa ampun.

Rasa sakit yang menjalar di kepala Rosie membuatnya merasa ini memang akan menjadi akhir kehidupannya yang naas.

Masa bodoh, kuhabisi saja lelaki ini.

Rosie mengeluarkan pisau kecil dari sakunya. Menghujamkan pisau itu pada kaki kanan lelaki itu, lalu berpindah pada bahu dan lengan.

"Kau bilang aku gila? Ya, aku sudah dibuat gila oleh hidup sial ini."

Rosie meludah dan meninggalkan rentenir tadi.

"Kim Mingyu, kau beruntung tak mati di tanganku." Bisiknya.

Rosie dengan tubuh penuh lebam menyusuri gang-gang kecil serta ratusan tangga menuju bilik sempit yang menjadi tempat persembunyiannya beberapa bulan belakangan.

Begitulah hidupnya, berpindah dari satu kamar kos ke kamar kos lain demi menghindari kejaran rentenir.

Meski akhirnya Ia selalu tertangkap basah.

Klek

Pintu tua itu terbuka. Lampu masih padam, Rosie hanya menyalakan lampu tidur di atas meja kecil. Setelah melepas jaket, Ia membuka bungkus nasi yang sempat jatuh tadi.

Isinya berantakan, sama seperti kondisinya saat ini.

Sebungkus nasi itu adalah sisa makanan pengunjung restoran yang Ia sisihkan setelah bekerja paruh waktu sebagai pencuci piring.

Setidaknya Ia menghemat, meskipun tak tau sampai kapan Ia bisa melakukannya sebelum dipecat lagi.

Tek

Lampu ruangan menyala.

"Kau masih bisa makan?"

Seorang pemuda yang menunggu kedatangan Rosie sejak tadi menyapanya dengan sangat tidak ramah.

"Lalu kau mau aku mati sebelum membayar lunas hutang sial itu?" Jawab Rosie ketus.

"Baiklah, kau akan membayarnya seumur hidup."

Jeffrey, rentenir lain yang meniadakan kata privasi dalam kehidupan Rosie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeffrey, rentenir lain yang meniadakan kata privasi dalam kehidupan Rosie.

Ia bukan lagi penagih hutang, hampir seperti stalker gila.

"Belikan aku rokok." Perintah Jeffrey pada Rosie yang barusaja selesai mencuci piring.

Jika orang lain melihat, mereka hanya mengira keduanya sebagai sepasang suami istri dengan kondisi keluarga yang menyedihkan.

Rosie tak protes, Ia mengambil dompet dan beranjak keluar rumah. Seperti biasa, tanpa ekspresi Ia berjalan menuruni anak tangga.

Kehidupannya yang begitu melelahkan telah membuatnya mati rasa. Bahkan kini Ia tak sadar rintik hujan turun semakin deras membasahi tubuhnya yang hanya terbalut kemeja tipis.

Ddrrt

Sebuah panggilan dari nomor yang familiar.

"Halo"

"Kak bisa kirimkan aku uang. Ah, sial!  Aku menabrakkan motor Sunghoon di jalan."

Rosie hanya terdiam selama beberapa detik. Ia pikir kesialannya akan berhenti setelah Ia menyerahkan sekotak rokok pada Jeffrey.

Nyatanya tidak. Semua hidupnya berputar tentang uang dan uang.

"Kau mau melihatku mati? Niki, kapan kau akan dewasa?"

TIT. Panggilan terputus.

Masa bodoh dengan rokok yang diminta Jeffrey. Malam ini juga Ia akan meninggalkan dunia yang busuk ini.

Rosie berjalan kembali menuju rumah, ah tidak!

Sudah lama Ia tak tau arti rumah yang sebenarnya. Tak ada lagi tempat baginya untuk pulang.

Jadi untuk apa bertahan?

Support dengan vote dan comment.

BROKEN (2021)

𝐁𝐑𝐎𝐊𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang