02

416 64 0
                                    

"I shouldn't have been born on earth"


Rosie berjalan gontai setelah mengganti pakaian. Begitu sampai di lobi, Ia menemukan dua sosok tak asing sedang mengobrol akrab.

Ah, salah satu dengan munafiknya tersenyum tanpa dosa.

Rosie mengepalkan kedua tangannya. Jika saja Ia mati malam itu, tentu saja pemandangan ini tak akan sempat Ia saksikan.

"Kak! Ah, kau melakukannya lagi?" Bocah tengik yang kini mewarnai rambutnya dengan warna yang begitu norak setidaknya di mata Rosie.

"Aku sudah membayar biaya Rumah Sakit. Kau bisa pulang dan..."

PLAK!!

Rosie menampar pipi lelaki di hadapannya sebelum Ia sempat menyelesaikan kata-katanya.

"Kau sudah puas?
Pasti menyenangkan menyaksikan semuanya, kan?
Sangat mudah bagi orang yang punya uang untuk berbuat baik.
Begitu pikirmu?
Aku tidak berterima kasih untuk apapun.
Berkatmu, hidupku semakin hancur dan tak ingin kuteruskan.
Kau.. bajingan yang seperti itu."

Dalam hidup, terkadang kau harus menerima bahwa takdir tak berpihak pada orang yang telah hancur. Tak ada yang perlu diromantisasi lagi.

Rosie diikuti Niki yang berlari di belakangnya. Ia sengaja mempercepat langkah hingga sampai di trotoar.

Namun langkahnya terhenti ketika melihat gadis yang menangis di ruangan tadi tersedu memegang dadanya yang terasa sesak.

Ia terduduk dengan dress pengantin dan heels putih yang tertinggal sebelah beberapa meter di belakang.

Tragedi.

Beberapa hidup akan selalu menjadi tragedi. Genre yang tak akan pernah berubah menjadi sesuatu yang lain.

"Sungguh merepotkan," bisik Rosie.

02

𝐁𝐑𝐎𝐊𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang