01

464 64 0
                                    

"My life is already in ruins, so what's the point of crying?"


Mereka berempat berada di ruangan yang sama. Menghela nafas yang penuh aroma khas.

Meski berbagi ruang, ekspresi yang nampak dari wajah mereka begitu berbeda.

Namun semua dipenuhi keputusasaan.

"Sial, aku tidak mati." Umpat Jennie. Ia menatap marah pada seisi ruangan.

"Haish!" Lanjutnya setelah membanting ponsel yang kehabisan baterai.

Di samping ranjang Jennie, wanita bersurai panjang hanya berbaring dan memandang kosong langit-lamgit kamar. Memikirkan rencana bunuh diri macam apa lagi yang akan Ia lakukan.

Rosie dengan tangan bergetar menggenggam lengan cangkir berisi air hangat. Sejujurnya Ia muak dengan semuanya. Bau rumah sakit, umpatan pasien yang sama gilanya dengan kehidupannya dan tangisan seorang lagi di ranjang lain.

"KAU BISA DIAM! BERHENTI MENANGIS! KAU MEMBUATKU GILA!" Teriak Jennie pada Jisoo yang menangis histeris di balik selimut.

Rosie mengacak rambutnya. Ia muak dan tak tahan lagi kemudian melepas paksa infus di tangannya.

"Kau juga diam! Oy, kau pikir dirimu pantas bertindak semaumu ketika kau sedang berbagi ruang dengan orang lain? Jika hidupmu seberharga itu, kau tidak akan berakhir di sini."

Rosie kemudian berbalik menghadap Jisoo yang hanya menampakkan setengah wajahnya dengan mata sembab dan senggukan sisa tangisnya.

"Dan kau... Hidupmu sudah hancur, lalu untuk apa kau menangis?"

01

𝐁𝐑𝐎𝐊𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang