The Mute Girl

2 0 0
                                    

(Genre : fiksi remaja, romantis)
.
.
.

Tttrreeengg ... Tteengg ... Tteengg ...

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Semua murid di kelas tiga B, di salah satu sekolah dasar mengemas barang mereka.

Setelah semua buku-buku, pensil, penghapus, dan alat tulis lainnya sudah lengkap dimasukkan ke dalam tas, mereka kemudian mengucap salam pada guru yang di depan kelas.

Sesudah guru mereka keluar dari kelas, hampir semua murid di kelas berhamburan keluar kecuali mereka yang hari ini kebagian piket kelas.

Sebagian murid mungkin ingin pulang karna kepala mereka sudah penat dengan pelajaran di sekolah. Dan sebagian lagi masih ingin bermain dengan teman-teman nya. Salah satu nya, yaitu Grey. Bocah lelaki yang tadi berada di kelas tiga B.

“Arash! Bagas! Ayo kita main dulu di taman permainan yuk!”, ajak Grey.

“Yuk! Arash mau ikut main gak?”

“Iya, Aku mau ikut main juga!”

“Yaudah yuk, nanti keburu sore.”

Mereka bertiga pun berlari ke taman yang terdekat dari sekolah.

“Ayo, Arash! Cepetan!”, suruh Grey yang melihat Arash di paling belakang.

“Grey ... Huh ... Bagas ... Huh ... Tung ... Huh ... Guiin ... Tungguin lah!!”, kata Arash terengah-engah.

Kemudian Arash menyusul kedua teman nya itu.

=-=-=-=

Sesampainya di taman, mereka langsung memanjat besi rintangan yang dekat dengan beberapa jenis wahana permainan yang lain. Tanpa merasa takut mereka menaiki nya sampai di puncak wahana permainan itu.

“Aahh ... Disini panas! Pindah yuk ah!”, Bagas mengeluh.

“Iya, panas ihh ...! Ayo ah kita turun aja ...”, kata Arash setuju.

“Eh, kalian kalo tangkap belalang di deket pohon-pohon mau, gak?”, usul Grey.

“Iya, ihh ayuk ... Udah lama kita gak tangkap belalang ...”, Arash tampak antusias.

“Iya, boleh ...”, kata Bagas sambil mengangguk.

Akhirnya mereka memutuskan untuk menangkap belalang di pinggir pohon-pohon yang cukup rindang tak jauh dari area permainan.

=-=-=-=

Hampir setengah jam lamanya mereka bertiga mencari belalang di sana. Arash dan Grey sudah mendapatkan belalang, sedangkan Bagas masih mencari belalang yang dia inginkan.

Arash sebetulnya mulai tidak nyaman karna dia merasa gatal-gatal di lengan dan kakinya.

“Gas, udah ketemu belalang nya, belum? Aku udah gatel-getel nihh.” Arash sudah tidak tahan lagi berada di sini.

“Iya, Gas. Udah dulu ... Aku juga ini udah gatel-gatel. Besok lagi aja kesini.” Grey juga sama seperti Arash.

“Yaudah deh, ayok.”

Setelah pergi dari tempat itu, mereka kembali lagi ke wahana besi rintangan untuk mengambil tas.

Saat mengambil tas, ada keributan terjadi di ayunan.

“Ih liat! Ada yang lagi berantem!”, kata Bagas agak berbisik-bisik.

“Siapa yang berantem? Mana?”, Grey penasaran.

“Itu, tuh.” Tunjuk Arash.

Yang ditunjuk Arash adalah sekumpulan gadis di dekat ayunan. Tampak ada keributan disana.

“Heh! Kita duluan yang tadi disini!”, kata gadis berambut panjang, Cila.

“Tapi aku sama Fio udah disini juga dari tadi!”, kata gadis berambut pendek, Anya.

“Kalian sana deh! Ini tempat kita!”, kata Lia yang berdiri disebelah Cila.

“Ini tempat umum! Bukan buat kalian aja!”

“Halah berisik kamu!”

Brrukk!

Lia mendorong Anya sampai terjatuh.

“Aaww! Ughh ... Sakit ....” , Anya meringis kesakitan.

“Aaaghh ... Aaahh ....”, Fio, gadis yang bersama Anya, terlihat murka temannya diperlakukan seperti itu.

“Apa kamu bisu! Mau ku dorong juga, hah?!”

Fio hanya menggelengkan kepalanya, menjadi ciut saat Lia berkata seperti tadi.

“Hei, Grey! Ayo pulang!”, Bagas mengalihkan perhatian Grey melihat pertengkaran gadis-gadis itu.

“Ih tapi mereka-”

"Udahlah, Grey. Itu bukan urusan kita!” Arash sudah mengambil tas nya.

“Yaudah deh, ayo.”

=-=-=-=

Beberapa bulan setelah hari itu, di kelas saat istirahat, Grey sedang makan bekal buatan mama nya. Waktu itu Grey tidak sengaja mendengar percakapan teman-teman nya di kelas.

“Hei! Hei, kalian tau gak Fiola yang di kelas C, yang bisu udah pindah loh.” kata seorang gadis yang baru datang ke kelas.

“Oh iya, gitu?”

“Iya loh, kayaknya dia udah ga tahan di ganggu terus Cila sama geng nya.”

“Wah pantes, aku jadi jarang liat dia lagi.”

“Iya, padahal dia orang nya baik banget.”

“Semoga aja dia pindah ke sekolah yang lebih baik lagi ...”

Fiola Mauve. Grey tahu dia. Dia gadis penyandang disabilitas tuna wicara di kelas sebelah nya. Grey baru tahu dia sudah pindah ke sekolah lain.

=-=-=-=

Bandung, 15 - 20 Oktober 2021.

Di edit lagi 3 November 2021.

Spontaneous (Short Stories #1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang