00 : 32

10 7 1
                                    

«.......his sister!.......»

┊  ┊  ┊  ┊
┊  ┊  ┊  ★
┊  ┊  ☆
┊  ★

|.↗✉↘.|

Sunyi. Sepi lagi.

Luth senyum sinis.

Apa yang kau harapkan? Magik? Magik itu silap mata tapi kini semuanya nyata bukan hanya pandangan kosong semata.

Memangnya benar, apa yang dilemparkan kepada papanya pasti tak mendapat tempat di hati.

Hanya dipandang sepi, tak bertapak di sanubari.

Argh, Luth berhenti bercita cita pada fantasi. Berpijak lah pada realiti, jatuh kelak tidak lah rasa tersakiti.

Langkahan kakinya yang ingin dibawa ke dapur, dilupakan. Kembali dia memijak satu per satu anak tangga ke bilik bersebelahan biliknya.

Komputer riba dibuka dan diakses ke laman YouTube.

‘I can't take my eyes from his finger. So gorgeous! Finger lady!’

‘Pls, let me know where you are from?’

Mummy, I found your son in law o・'

Habis di situ dia get through ruangan comment. Rata rata memuji suaranya, ada juga mencadangkan beberapa buah lagu untuk content seterusnya.

Namun iris unik berwarna russet itu terjeda pada satu comment yang direply beratus ratus lagi.

‘I'm here because of my father ") He used to be my hero but turned out my life like a horror stories. These past 6 years were horrible and I'm here still am. I can't wait to go to heaven, can't hold my breath any longer on this hell. Hope these hell years wouldn't haunt me, I'm hopeless ;)’

Air matanya mengalir lebat tanpa dia sedari.

Pun begitu di sudut kecil hatinya, tiada rasa lain yang bertandang melainkan rasa dikhianati.

Jarinya pula laju membalas komen tersebut.

'And hell was built in ourselves may escape from it and enter His jannah. Ameen.ヾ'

Ruangan komen ditutup, Luth memandang skrin yang kini memaparkan satu klip video. Lama termenung, Luth mulakan klip video tersebut.

Dengan tangan yang dibawa ke bawah kepala, Luth menelentang.

One day my father he told me
Son, don't let this slip away
He took me in his arms
I heard him say

When you'll get older
Your wild life will live
For younger days
Think of me if ever you' re afraid

He said, one day
You'll leave this world behind
So live a life
You will remember

My father told me when I was just a child
These are the nights that never die
My father told me...

Luth terus menutup kasar komputer ribanya. Dia bangun berdiri, masuk ke dalam biliknya dan pantulan figura dalam cermin, direnung jauh.

Rambut lebatnya yang menutup sebelah mata diselak ke belakang. Kini, raut wajah itu jelas terpantul dapat dia amati.

His: Mr. Handball Where stories live. Discover now