Hari ini Bela ada jadwal pagi. Dia langsung berangkat ke sekolah tanpa sarapan. Setelah kelas selesai perut bela berbunyi. Mayleen menyadari kalau Bela lapar.
"Bel, mau makan di kantin atau diluar?"
"Keluar aja yuk. Mall atau restoran ya?" Bela bingung sendiri.
"Mall aja gimana sekalian cari gaun untuk pestanya Aurel." Mayleen memberi saran.
"Hmmm ide bagus. Naik mobilku ya. Nanti kuantar kau sampai rumah. Suruh sopirmu balik."
"Oke. Nyonya bos." Mayleen bercanda. Dia memberi hormat selayaknya bawahan yang menyambut atasannya.
Mayleen gadis yang ceria dan murah senyum. Dia juga sangat ramah pada temannya. Hanya saja dia tidak dianggap itupun karena ayahnya pernah korupsi di kantor ia bekerja. Semua anak dikampus ini merendahkannya. Mereka tidak mau berteman dengannya.
"Eh si anak pungut nggk tau diri."
"Si korupsi temenan sama anak pungut tu."
"Wah satu server."
"Gembel temenan dengan sesama gembel."
"Pasti mereka berdua juga jadi simpanan om om kaya." Salah satu gadis yang memakai pakaian minim mengatai Bela dan Mayleen.
Telinga Bela memanah. Bela menarik kerah baju orang yang mengatai mereka.
"Barusan ngomong apa lo tadi? ulangi!"
"Emang gue ngomong apa?" Gadis itu tidak berani menatap mata Bela.
"Oh perlu gue putusin urat leher lo?" Bela mencekik leher gadis itu.
"Pasti kalian simpanan om om kan?" Tangannya mencoba melepaskan cengkraman tangan Bela di lehernya.
"AH BUKANNYA LO YANG SETIAP MALAM MASUK KAMAR HOTEL YANG BERBEDA?Lo bahkan lebih murahan daripada kita,"
Orang-orang yang melihat kejadian itu melongo. Tak terkecuali gadis yang telah Bela cekik saat ini.
"Bagaimana kau bisa tau?" suara gadis itu melemah dan hanya Bela yang mendengarnya.
"Makanya kalo ngomong itu mikir dulu." Bela melepaskan lehernya. Mendekatinya dan berbisik di telinganya. Bela menyeringai.
"Ayo May kita pergi!" Bela dan Mayleen meninggalkan orang-orang tidak penting.
Aurel dan Bryan sedang jalan-jalan di Mall terbesar di kota ini. Aurel menggandeng tangan Bryan. Rencananya mereka akan membeli gaun dan cincin untuk pertunangan besok malam.
"Bray cari cincin dulu ya. Baru setelah itu kita makan. Cari gaunnya nggak usah deh, aku bisa beli sendiri di butik."
"Yaudah terserah. Asal kamu bahagia aja." Bryan hanya pasrah, dia belum cukup memahami sifat wanita.
Mereka masuk toko cincin yang terkenal dengan harganya yang fantastis.
"Cari apa tuan?" Sambut karyawan.
"Perlihatkan kami, semua cincin yang kalian punya."
"Baik tuan tunggu sebentar."
Para karyawan mengeluarkan semua model cincin terbaru dan terbagus yang mereka punya.
Aurel mencoba satu persatu dari semua cincin yang ada. Sampai hatinya mantap melimilih cincin dengan motif berlian.
"Aku mau yang ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Eksklusif
Teen FictionAwalnya Bela hanya ingin mengetahui apakah Mamanya ada dibalik tragedi yang menewaskan ayahnya. Namun setelah dia masuk ke sekolah yang aneh dan berbeda dia jadi tertarik pada kelompok siswa yang sering dijuluki zero person. Dia juga ingin mengulas...