Mereka merenggut orang yang kusayangi

1 0 0
                                    

3 hari Bela masuk ke kelas tingkat 1 dan 3 hari pula Bela menjadi tutor di kelas eksklusif. Pada pagi harinya dia akan mengikuti pelajaran di kelas 11/1 setelah istirahat kedua barulah dia masuk ke kelas eksklusif untuk membagikan ilmu yang baru dia dapatkan. 

Pak Lee menerangkan pelajarannya. Semua mendengarkan dengan seksama. Tapi tidak dengan Bela, dia malah memasang earphone ditelinga sebelah kirinya. Lalu tangannya sibuk mencatat point point dari materi yang sedang dijelaskan Pak Lee. 

"Baik anak-anak jam pelajaran saya telah usai sekarang kemasi barang kalian dan tinggalkan kelas. Sampai jumpa besok dijam pelajaran saya lagi." Pak Lee meninggalkan kelas. Satu persatu penghuni kelas juga pulang. 

"Anda memiliki satu pesan belum terbaca dari Cindy." Terdengar dari earphone Bela yang sudah dihubungkan ke ponsel pintarnya. 

"Maaf Nona saya harus menyampaikan kabar buruk ini. Tuan Arron mengalami kecelakaan mobil. Sekarang jasadnya dibawa ke rumahsakit daerah setempat untuk diotopsi."

Bela membeku sesaat. Kemudian dia ingat kemarin lusa Mamanya sangat marah ke Arron perihal Gian diambil oleh ayah kandungnya. Bela yakin ini pasti ulah Mamanya. Bela berjalan mendekati Aurel. 

"Mau pulang sekarang?" tanyanya lugu. 

Bela mencekik lehernya dan mendorongnya ke dinding. Aurel sangat kaget hingga dia ingin menangis.

"Bela, apa yang kau lakukan? Lepaskan, dia bisa mati." Alex dan Olivia mencoba menolong Aurel tapi tetap saja kemarahan Bela lebih besar dari kekuatan mereka. Bryan tidak ada dikelas saat ini, jika dia tahu akan ada pertempuran besar antara dia dan Bela. 

"Kalau sampe Kak Arron tiada. Orang yang bakal gue cari pertama itu Mama abis itu baru elu. Gue nggak ngancem tapi gue selalu konsisten. Gue masih Bela 9 tahun yang lalu. Gabela yang nekat melawan dunia." Akhirnya Bela melepaskan leher Aurel. 

"Maksudmu apa?" 

"Kak Arron kecelakaan!! Gue yakin ini ulah Mama sama rekan-rekannya." 

Brakk, Bela menendang meja yang ada disampingnya. Lalu pergi dengan terburu-buru. 

"Ikuti dia, aku takut dia akan mengemudi dengan emosinya. Itu akan membahayakannya." pinta Olivia pada Alex. 

Aurel terlihat sangat syok dan terpukul. Olivia mendudukannya dikursi dan memberinya air minum. 

⚡⚡⚡

Sesampainya di rumahsakit, Aurel segera berlari memeluk mamanya. Mereka berdua tenggelam dalam kesedihan yang mendalam. Itu pura-pura atau sungguhan hanya tuhan dan mereka yang tahu.

Berbeda halnya dengan Bela, dia memilih tenang. Meskipun hatinya amat terluka dia ingin tetap terlihat kuat. Alex dan Bela duduk di kursi tunggu yang disediakan pihak rumah sakit. Mereka menunggu hasil otopsi hanya itu yang bisa menjawab semua pertanyaan yang ada dibenak mereka.

Beberapa dokter keluar dari ruang otopsi. Aurel dan Dyra segera bangkit dari duduknya dan menyerang dokter dengan pertanyaan mereka.

"Maaf Nyonya, hasil otopsi akan keluar besok." Hanya dengan satu pernyataan dari dokter bisa membuat kedua wanita itu diam. Dokter segera meninggalkan mereka ada banyak pasien yang sedang menunggunya.

Bela bangkit dari duduknya dengan gaya coolnya.

"Lebih baik simpan saja air mata kalian untuk besok. Tidak lucu jika besok kalian kehabisan air mata untuk menangisi kepergian kakak saya. Apa kata media?." Bela bicara begitu datar tapi mampu membuat kedua wanita itu emosi.

"Kenapa kau bicara begitu? kita semua keluarga." Aurel semakin tidak percaya. Bela bahkan tidak menangisi kepergian Arron.

"Keluarga? kapan kalian menganggap saya keluarga? kalian hanya menginginkan harta ayah saya saja. Sekarang ambillah! penghalang kalian sudah tiada kan?." Begitu datar tapi mampu membuat Aurel dan Dyra tersadar. Bela sudah tidak bisa menahan air matanya lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kelas Eksklusif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang