O U R [8th]

1.3K 114 3
                                    

Our Chalongrat [JaFirst]
...

Time of death ...

Gema pengumuman kematian yang menyeruak dari sebuah ruangan. Merobek keheningan yang sempat menaungi atmosfer.

Menghancurkan banyak hati secara bersamaan di tengah malam yang sunyi.

Ada seorang ayah yang hampir gila sebab menyesali semua yang terjadi dan segala apa yang telah ia lakukan. Di sisi lain ada seorang ibu yang tak menyangka akan kehilangan salah satu putra kesayangannya pada saat putra kesayangannya yang lain tengah berjuang melawan kematian.

“FIRST! Mau kalian bawa kemana anakku?!” Tuan Novsamrong terlihat berantakan. Bersikap bagai manusia tanpa kesadaran. Merengkuh kuat-kuat tubuh First yang telah tertutupi sempurna oleh kain putih.

Melempari para petugas rumah sakit dengan benda-benda yang ada di sekitarnya.

“PERGI!”

Putranya tak mungkin mati! First t-tadi masih bisa berdebat dengannya! Anak itu bahkan masih bisa bersikap keras kepala seperti biasa!

Beberapa dokter hanya mampu membiarkan seorang ayah malang itu melampiaskan kesedihannya atas kematian sang putra. Berat pasti, dan semua orang jelas tak akan mampu membayangkannya. Namun takdir memiliki jalannya sendiri.

Siapa yang menyangka bahwa First bisa semudah itu meninggalkan dunia karena sebuah insiden yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Kepala remaja manis itu mengalami pendarahan otak hingga mencapai tahap mati otak—dan itu terlalu fatal.

“Ayo pulang nak. P-pho akan membiarkan First pergi kemanapun. A-atau kita bisa pergi berjalan-jalan bersama,” racau Tuan Novsamrong. “First ingin pergi ke rumah phi Ja bukan? Pergilah nak. Kalau bisa mari kita rencanakan liburan bersama dengan Ja.”

Nyatanya tubuh ringkih itu akan tetap diam. Sebanyak apa Tuan Novsamrong meracau, setiap Kalimat yang pria itu katakan tak akan mampu mengembalikan detak jantung First.

Betapa indah bila kalimat itu terucap bukan pada waktu penyesalan.

“Ayo pulang nak.”

Dia sudah pulang. Ke tempat di mana tak ada lagi rasa sakit dan segala macam kekejaman dunia. Dia sudah pergi sebagaimana yang telah kau perintahkan.

Tuan Novsamrong membelai paras pucat First dengan isak tangis. “First ...”

Our Chalongrat

Menyilaukan. Hanya ada sorot cahaya di segala mata memandang. Putih, semuanya terlihat putih dan sunyi senyap

Ja menoleh beberapa kali ke kanan dan kiri, berupaya memastikan ada di mana sebenarnya ia berada saat ini. Sementara ia benar-benar tak mengingat apapun tentang kejadian apa hingga ia bisa tiba di tempat ini.

Suara gemericik air menjadi arah pilihan Ja untuk melangkah. Baru beberapa langkah saat ia sadar bahwa ia tak mengenakkan alas kaki apapun hingga rumput hijau di bawah tungkai terasa menggelitik.

Apakah ia ada di sebuah bukit? Mengapa segalanya penuh dengan kabut?

Ja sungguh tak ingin lagi berjalan kemanapun. Ia hanya tak ingin semakin tersesat nantinya.

Mae?” Panggilnya asal. Barangkali ada seseorang yang merespon seruannya. “Astaga ada di mana aku ini?” Namun berdiam diri juga bukan solusi terbaik. Setidaknya ia harus menjauh dari kabut ini dan mencari tempat yang lebih jernih. Beberapa menit berdebat dengan dirinya sendiri, sampai Ja mulai kembali mengayun langkah perlahan.

Our Chalongrat [JaFirst] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang