Our Chalongrat [JaFirst]
...
First menatap hidangan makan malam di atas meja makan tanpa selera. Sedangkan sebelah tangannya entah sudah berapa lama mengaduk semangkuk sup daging sampai menyerupai makanan babi.
Ada waktu di mana ia sangat ingin mengajukan keberatan pada takdir atas apa yang ia alami. Mengapa pelayan pribadi ayahnya dengan lancang mengusik kebersamaanya dengan phi Ja! Mengapa para pelayan itu dengan berani menyeretnya pulang dari kediaman Suansri atas dasar perintah ayahnya tanpa mau mendengarkan apa yang ia katakan?!
Tapi setelah ia pulang pun, pria itu bahkan tak menampakkan batang hidungnya.
Kalau ia harus berakhir di telan rasa kesepian seperti ini bukankah lebih baik membiarkannya menginap di rumah phi Ja saja.
Tak! Sendok dalam genggamannya di lempar begitu saja. Memilih mengatupkan kedua mata pada lipatan tangan di atas permukaan meja. Meresapi kekesalannya yang telah menjelma menjadi rasa sakit di ubun-ubun.
“Nai! Mana pasta Fay? Mengapa kau malah memasak makanan babi seperti ini?!” Suara sosok wanita dari arah tangga menyeruak bagai gemuruh. Langkah kaki wanita itu menggema penuh kekesalan, sebelum memberi tatapan jijik pada beberapa masakan yang telah di hidangkan.
Dasar wanita jadi-jadian, batin First jengah. Kepalanya di angkat dengan pandangan datar.
Nai, tukang masak keluarga Novsamrong tampak tergopoh-gopoh dari arah pantry. “Saya pikir anda tidak akan pulang hari ini nyonya—.”
“Kalau kau tak suka, jangan makan nyonya Pum yang terhormat,” sarkas First. “Jangan makan sampai kau mati.”
“Bajingan ini aish!” Pum mendelik kesal.
First sungguh ingin terbahak, wajah wanita tua itu hampir memerah seperti tomat. “Apa? Pergi sana, dan cari makanan di luar dengan anak perempuan mu.”
Pum melempar salah satu piring hingga menghantam salah satu kursi meja makan. Keadaannya benar-benar kacau hari ini karena ia kalah taruhan dengan teman-temannya, lalu mengapa dirinya harus di hadapkan dengan anak tiri tak tau diri itu?! “Kenapa kau tak mengurung diri saja?! Dasar bocah sok depresi.”
Berani-beraninya! First menenggak diri, melangkah cepat hingga berdiri tepat di hadapan Pum. “Sok depresi? Katakan sekali lagi?”
“Gila! Aku yakin sikap buruk mu tak jauh berbeda dengan ibu mu dulu!”
PLAK!
Taukah bagaimana rasanya menahan segala macam emosi yang ada hampir selama berminggu-minggu? Ada banyak kalimat penenang yang sebenarnya semu hanya untuk menahan gejolak kecemasan, agar First tak kembali ingin membunuh dirinya sendiri.
Suara tamparan itu menggema keras.
Pum sampai meneteskan air mata setelah tangan kurus First benar-benar menampar sisi wajahnya keras.
“First!”
Brugh! Kejadian setelahnya terjadi begitu cepat, First mendadak tersungkur menghantam permukaan marmer dingin di bawah tungkai setelah mendapat dorongan dari Tuan Novsamrong yang entah datang sejak kapan.
First memejamkan matanya erat-erat. Mengapa ayahnya datang di waktu yang kurang tepat? Wanita tua itu akan dengan senang hati memanfaatkan situasi buruk ini.
“APA YANG KAU LAKUKAN PADA MAE MU HAH?!”
First yang sedikit tertatih menegakkan diri tanpa ingin menggubris bentakan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Chalongrat [JaFirst] END
FanfictionTuhan tahu seperti apa perasaan yang ada di antara keduanya. First hidup hanya karena kehadiran Ja di sisinya. Namun Ja tak sekuat itu untuk tetap berdamai dengan raga yang terus berontak. ______________________ Langsung selesai! Published and done...