Chapter 12: Who?

466 53 15
                                    

"Jiwon-ah, I miss you babe" Seorang pria berparas tampan langsung memeluk tubuh mungil Jiwon begitu wanita itu sampai di tempat yang telah disetujui, fine dining restaurant di Hotel The J.

Jiwon hanya diam dan tak berniat membalas pelukan pria itu.

"Kau marah padaku sayang?" tanya pria itu dengan lembut di telinga Jiwon tanpa melepas pelukannya.

"Don't be mad please" bujuk pria itu begitu tak ada respon dari Jiwon.

Jiwon melepas pelukannya, "Kau tahu apa yang terjadi padaku belakangan ini, oppa?" tanyanya dengan dingin.

"Sorry my love, aku sudah berusaha untuk menghubungimu tapi kau tahu sendiri akses telepon dan internet disana sangat susah. Itu Afrika, sayang."

"Begini saja, lebih baik kita duduk dulu dan aku akan menceritakan semuanya tanpa terkecuali. I promise." Pria itu berujar dengan lembut sambil tersenyum lalu menuntun Jiwon untuk duduk di kursinya

Jiwon hanya menurut, lagipula ia ingin cepat-cepat menyelesaikan ini.

"Aku menyewa seluruh restaurant ini, meski ini milik keluargamu. Aku membayar dengan uangku sendiri. Maaf aku tidak membawamu ke restaurant yang lain karena kau bilang paling menyukai pemandangan laut dari Hotel The J di Incheon ini."

Raymond Lee, 30 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raymond Lee, 30 tahun

Jiwon masih tetap bungkam, matanya masih menatap dingin ke arah kekasihnya. Ia butuh penjelasan secepatnya.

Tak lama pelayan datang membawa appetizer untuk mereka, "Kita makan dulu ya sayang" ujar kekasihnya.

"Aku butuh penjelasanmu, oppa. Bukan makanan"

Kekasihnya hendak mengambil garpu pun akhirnya urung karena Jiwon ingin ia menjelaskannya terlebih dahulu.

"Baiklah, sebelumnya maafkan aku sayang. Aku sudah berusaha menghubungimu beberapa bulan terakhir tapi situasi dan kondisinya tidak memungkinkan, aku berbulan-bulan berapa di tempat yang sama sekali tidak ada listrik, bahkan untuk ke kota saja butuh waktu setengah hari, maka dari itu sangat sulit untuk menghubungimu. Kau tau sayang? proyek pembangunan jalan lintas negara di Afrika ini, proyek yang sangat berarti bagi karirku. Jika aku berhasil menyelesaikannya, aku akan segera dipromosikan naik jabatan. Bukankah kau akan bangga dan kakekmu pasti langsung menyetujui hubungan kita karena aku pantas untuk bersanding denganmu. Dan kita bisa segera menikah, Kumohon mengertilah Jiwon" jelas kekasih Jiwon dengan lembut.

"Aku mengerti oppa, aku tahu kau berada di tempat yang sangat susah dijangkau tapi saat ada waktu untuk menghubungiku mengapa oppa tidak menanyakan kabarku? Apa oppa sadar? Oppa hanya meminta maaf dan menjelaskan kondisi disana tapi apa oppa tidak tertarik dengan bagaimana aku menjalani hidup?"

Jiwon terdiam menarik nafasnya sejenak sebelum melanjutkan ucapannya, "Aku hampir mati oppa! apa oppa tau?! ketika ada waktu menghubungiku kau malah membahas dinner dan langsung mematikan telepon tanpa mendengar suaraku, tidakkah kau sadar jika kau egois, kau hanya ingin dimengerti atas semua kerja kerasmu tapi apa kau peduli dengan apa yang aku alami?"

Forever MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang