Bab Tiga

9 1 0
                                        

Cerita ini tidak dirubah sama sekali.!

Hanya revisi tulisan salah saja.!

***

Hari ini Langit dan teman-temannya sedang belajar bersama diapartemen milik Langit, itu sudah biasa bagi mereka jika harus kerja kelompok ditempat salah satu dari mereka tapi baru kali ini mereka kerja kelompok diapartemen milik Langit.

Mentari berdiri dari duduknya kemudian pergi kedapur, teman-temannya menatap heran kearah Mentari karena dia seperti sudah sangat hafal dengan tata letak apartemen ini. Saat Mentari kembali dengan botol minum ditangannya membuat teman-temannya semakin heran dibuatnya.

"Mak, lo kok hafal banget letak nih apartemen?" Tanya Raina.

"Iya, kaya udah biasa aja," Sambung Angkasa.

Mentari terdiam, dia lupa kalau teman-temannya belum ada yang tau tentang kejadian empat hari lalu. Empat hari lalu.? Itu artinya sepuluh hari lagi pernikahan mereka.

"Tari, bodoh banget sih, kenapa tuh anak bisa ceroboh, cengo kan lo jadinya," Grutu Langit dalam hati.

"Gue... Emm... Ya ngarang aja sih, lagian kebanyakan apartemen letaknya sama kan," Jawab Mentari sembari berpikir.

Teman-temannya menatap Mentari dan Langit bergantian, seperti belum percaya akan jawaban Mentari. Langit yang tau sedang ditatap pun bersikap biasa saja agar tidak menimbulkan kecurigaan.

"Yakin nih, nggak ada yang disembunyiin?" Tanya Raja penuh curiga.

"Iyalah, nggak percaya banget sih," Jawab Mentari kemudian kembali duduk. Saat Mawar ingin berbicara, Guntur langsung menyelanya.

"Udah diem, ayo kerjain," Ucap Guntur membuat Mawar menghela napas.

***

"Kita pulang duluan ya, bye," Ucap Bunga.

"Lo nggak pulang mak?" Tanya Lintang, saat Mentari akan menjawab ponselnya langsung berbunyi.

"Kalian duluan, gue angkat telpon dulu," Ucap Mentari yang langsung mendapat anggukkan dari mereka.

Mentari mengerutkan keningnya saat melihat nama yang tertera dilayar ponselnya.

"Apa, udah gue bantuin tuh," Ucap Langit.

Mentari hanya bergumam kemudian membereskan apartemen milik Langit yang sebentar lagi akan menjadi miliknya juga.

"Ngit, ntar malem gue mau keluar ya, bolehin pokoknya," Ucap Mentari sedikit memaksa karena dia tau pasti Langit tidak akan mengizinkan dia untuk keluar malam.

"Dih maksa," Ucap Langit kemudian masuk kedalam kamar.

"Langit, ihh, bolehin dong," Mentari menyusul Langit kedalam kamar.

"Apa sih," Ucap Langit.

Brukk...

Mentari membanting tubuhnya diatas kasur.

"Astaga, Tari, pelan-pelan dong," Ucap Langit.

"Bolehin ya, nggak jauh kok, cuma kepasar malem," Ucap Mentari.

Langit membaringkan tubuhnya di dekat Mentari, sudah biasa hal ini mereka lakukan, ya hanya sekedar seperti itu tidak lebih.

"Mau ngapain, sama siapa, pul..." Belum selesai Langit berucap Mentari sudah mendekati Langit membuat dirinya tidak jadi meneruskan ucapannya.

"Mau main aja, perginya sama anak-anak cewek kelas kita, nanti pulangnya jam 10, nggak akan pulang malem-malem, janji deh," Ucap Mentari.

"Tari, jangan deket-deket," Ucap Langit.

"Apa sih, biasanya juga kaya gini juga," Bukannya pergi, Mentari malah merebahkan kepalanya diatas dada Langit.

"Nih anak bener-bener polos atau gimana sih, gemes gue lama-lama," Batin Langit, dia mengusap rambut Mentari.

"Hmmm," Dehem Langit.

"Boleh ya," Ucap Mentari.

"Masakin gue makanan dulu," Ucap Langit.

"Oke siap," Mentari hendak bangun tetapi dihalangi oleh Langit.

"Katanya suruh masak, gimana sih," Ucap Mentari sambil menatap wajah Langit.

"Siapa bilang sekarang, nanti lah, sekarang tidur dulu," Ucap Langit.

"Oh, ya udah," Mentari kembali merebahkan kepalanya seperti tadi.

"Lama-lama gue bisa suka sama nih anak, gemes parah, tapi nggak papa sih kalo gue suka sama dia, bukannya itu yang seharusnya ya," Batin Langit sambil mengusap-usap rambut Mentari yang kini sedang tertidur diatas dadanya.

***

"Ehmm," Lenguh Langit saat dirinya terbangun dari tidurnya, dia melihat kesamping tetapi Mentari tidak ada disana.

"Loh, Tari mana?" Langit melihat jam dinding yang ada dikamarnya.

"Jam 4, mungkin Tari lagi masak," Ucap Langit, kemudian dia pergi ke kamar mandi sebelum menyusul Mentari didapur.

"Masak apa?" Tanya Langit membuat Mentari terkejut.

"Astaga Langit, bikin kaget aja, ini gue bikin sup kesukaan lo," Ucap Mentari.

"Hmm," Langit duduk dikursi meja makan sembari menatap Mentari yang sedang memasak.

"Udah cuci muka belum?" Tanya Mentari.

"Udah," Jawab Langit.

Setelah beberapa menit akhirnya masakan Mentari pun siap. Mentari menyiapkan makanan untuk Langit, hal ini dia lakukan karena sang bunda tercinta yang menyuruhnya, katanya agar terbiasa nantinya.

Langit hanya memperhatikan Mentari yang sedang menyiapkan makanan untuknya, tanpa bertanya pun Mentari sudah paham akan selera makan Langit, karena sejak pertemuan itu mereka selalu bersama, tidak jauh-jauh dari orang tua mereka, hal ini pun karena orang tua mereka.

"Nih makan, nanti gue pulang kerumah," Ucap Mentari.

"Kenapa?" Tanya Langit.

"Ck, pakek nanya kenapa, gue kan nggak bawa baju dan nggak mungkinkan mereka jemput gue disini," Jawab Mentari.

"Gue anter," Ucap Langit.

"Iya, udah cepet makan keburu dingin," Ujar Mentari.

Setelah makan, Langit mengantar Mentari pulang terlebih dahulu sebelum akhirnya dia juga pulang kerumah orang tuanya. Akan sepi rasanya jika sendirian diapartemen yang membuat dia akhirnya memilih pulang.















































____________________

~Jangan lupa tinggalin jejak guys.

Langit Sagara (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang