Suara dering hp yang terdengsr keras membuat Luna terpaksa bangun . Dengan gerakan malas tangannya berusaha meraih hp merk apel tergigit setengah itu dari atas lemari kecil samping kasurnya. Senyum gadis itu terbit melihat nama pacarnya tertera di panggilan telpon.
"Assalamualaikum gadis pemalas! Dari mana aja sih? Daritadi ditelvon malah gadiangkat." Luna tertawa pelan, mendengar gerutuan pacarnya yang sangat lucu. Apalagi dengan wajah sok ngambeknya yang imut. Duh jadi gemes, jadi pengen cubit tuh pipinya.
Eh tapi kan sekarang lagi ldr. Yahh..
"Apa yang lucu? Gue disini panik loh, ditelvon gadiangkat, di chat gadibalas. Gue takut lo diculik cowok disana."
"Dih, ngambek yeee hahaha, siapa juga yang mau culik gue?"
"Ya mana tau kan, lo sih terlalu cantik jadinya pesona lo bikin cowok klepek-klepek. Termasuk gue."
"Mau seribu cowok dekati gue, tapi hati gue tetap milik a'a Ferdo tersayang."
Serempak mereka tergelak. Menertawakan percakapan barusan yang sedikit menggelikan dan agak alay.
Tak terasa sejam lebih mereka telvonan, sampai lupa 5 menit lagi waktu solat magrib. Segera mereka mengakhiri percakapan lalu menunaikan ibadah solat.
Solat sendiri ya, tidak barengan sama abang nya. Dan lagian dia juga tidak tau dimana keberadaan cowok itu.
***
Suasana makan malam begitu sunyi. Hanya suara dentingan sendok dan garpu diatas piring. Tidak ada satupun yang membuka suara selama makan malam berlangsung. Atau lebih tepatnya, mereka dua sibuk dengan pikirannya sendiri. Ucapan permohonan yang diucapkan abangnya terngiang-ngiang hingga sekarang. Dengan raut wajah memohon, cowok itu meminta Luna untuk tinggal bersamanya, berdua di rumah yang dulunya peninggalan mendiang kakeknya dari ayah.
Sedangkan Jerry, memikirkan bagaimana caranya mempertemukan adiknya dengan mom. Wanita tua itu selalu menelvon dan menanyakan apakah adiknya sudah ketemu atau belum. Sedangkan disatu sisi adiknya pasti tidak mau ketemu sama orangtuanya. Ya dia tau, alasan kenapa dia tidak mau ketemu keluarganya lagi karena tidak mau luka lama terulang kembali. Luka yang bertahun-tahun dulu dia rasakan kini sudah bebas. Dia pasti merasa sakit yang teramat dalam. Saking dalamnya dia bahkan menggoreskan tangannya dengan benda tajam demi melampiaskan amarah , kecewa, sedih yang menjadi satu. Dia bingung. Entah bagaimana caranya untuk meyakinkan Luna bahwa keluarganya udah berubah.
Dan dia juga sudah berjanji untuk tidak mempertemukan adiknya dengan orangtuanya. Lalu bagaimana ini?
Drtt... Drttt..
Getaran hp berlogo apel digigit milik Dean membuat acara makan mereka berhenti. Jerry menoleh, tertera nama cinta pertamanya yaitu mom di hp nya. Lalu melirik Luna yang juga menatapnya dengan raut wajah bingung.
"Siapa?"
Sejenak Jerry terdiam, lalu menjawab. "Mom"
Luna ber oh, dan kembali melanjutkan acara makan malamnya. Dan Jerry bangkit dari kursi dan sedikut menjauh dari posisi dia dan Luna makan.
"Halo mom?"
"Gimana? Udah ketemu Luna?"
Jerry menghela napas pelan. Sudah dia duga tujuan momnya pasti menanyakan keadaan adiknya. Tanpa terlebih dulu menjawab sapaan nya tadi. Sedikit kesal, mom selalu bertanya tentang Luna seolah-olah hanya dia anak nya. Tidak bisakah mom menanyakan keadaan nya? Dia juga anak orangtuanya. Bosan yang ditelfon Jerry, tapi yang ditanya bukan dia, melainkan Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Fiksi Remaja(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...