Tatapannya menghunusku, sumpah demi kerang ajaib aku tidak tau apa kesalahanku padanya.
Bukankah biasanya dia selalu bodo amat terjadap semua hal?
"Kenapa?" Sudah ku bilang aku mencoba untuk terlihat santai.
Lagi, dia tak menjawab. Dia hanya memajukan tubuhnya mendekat, membuatku melengkungkan badan kebelakang. Yang salahnya malah dia tarik sampai tanganku menangkup dadanya yang membuatku meneguk ludah.
"Lo salah.." Ucapnya berbisik tajam sampai membuatku bergidik.
Aku kembali menarik wajah dan menatapnya lagi penuh tanya. "What's wrong with me?"
Dia tersenyum miring. Kevan Douglaus siapa yang tidak kenal dia. Most wanted yang ada di sekolahku.
Aku menatap senyumnya yang penuh dengan intimidasi, dengan tatapan meremehkan ku? Aku sangat suka matanya. Tajam namun indah. Sial lagi-lagi aku kagum padanya.
Kulitnya yang putih sedangkan aku tak seputih dirinya membuat ku merasakan perbedaan kita yang jauh.
Kulitnya putih, kulitku kuning langsat.
Matanya tajam, sedangkan mataku bulat.
Bibirnya tipis , bibirku penuh berisi
Dia tinggi, aku pendek
Dia dingin, aku...Masih banyak perbedaan kita dalam fisik. Aku terkadang minder dengan kulitnya yang putih itu.
"Lo terlalu menganggu penglihatan gue." Desisnya.
Kalau memang aku mengganggu, kenapa dia malah menatap ku? Lebih baik pergi sekarang kan?
"Tinggal gausah ngelihat gue kan?" Ucapku kelewat santai.
"Tapi mata gue maunya ngeliat lo." Ucapnya menggigit leherku membuatku menggeliat.
Apa ini?!
"Lo apa-apaan sih!" Aku berteriak mencoba menjauhkan tubuh kita yang semakin dekat.
Oh no. Tidak mungkin kan aku berteriak minta tolong di club? Dikira aku orang gila.
"Wanna play with me Sya?" Ucapnya mendesahkan namaku. Oh sial! Kenapa dia cukup menggoda malam ini?
Padahal saat di sekolah, jangankan melihatku melirikku pun tak pernah ah apa mungkin dia salah orang?
"Apa lo salah orang?" Tanya ku memastikan.
"Gue gak mabuk Amasya..." Kini dia menyebut benar-benar namaku.
"T-tapi, kenapa gue?" Tanyaku memegang lengannya yang masih di pinggangku.
"Gue bilang, lo ganggu pandangan gue. So, lo harus di hukum." Ucapnya menghisap bahuku yang terbuka. Sekarang bukan lagi menggigit tapi menghisap.
Siapa yang akan tahan jika sudah di hisap? Ah aku membayangkan dia juga menghisap semua yang ada di tubuhku.
Sial!!
Aku mengelus lengannya naik sampai kedua lenganku melingkari lehernya. Dia mendongak tersenyum penuh kemenangan.
Jangan salahkan aku jika aku tergoda
"Apa hukumannya menyenangkan Douglaus?"
Dia menyeringai lalu mengecup bibirku sekilas. Aku memberenggut.
"Cih" Decih ku membuatnya tertawa singkat.
"Apa yang lo punya buat dapetin ciuman gue." Oke, dia mencoba menggodaku.
Aku tersenyum manis. Jari tanganku bermain di tengkuknya.
"I have everything. Tapi gak bakal gue kasih ke lo." Ucapku menarikkan lengan yang tadi melingkar di lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner In Bed
RomanceKu kira ini hanya akan terjadi sekali, namun malah berkali-kali.