2. He's aktor or something?

1.7K 13 0
                                    

Damn!!!

Aku mengumpat setelah sadar bahwa aku sangat bodoh melakukan hal gila ini di mobil. Aku melirik pria yang tadi malam benar-benar tak membiarkanku pergi. Dia benar-benar menggempur ku semalaman.

Di mobil?

Bukannya dia memesan kamar?

Aku mencoba menjauhkan badan ku yang sedang berada di atas Kevan. Aku mengamati dadanya, seliar apa aku semalam?

Bercak darah terlihat masih ada di sekitar pahaku dan di jok mobil belakang.

Sial, gunung mana yang sempat ku tanjak semalam. Rasanya badanku remuk.

Aku segera mengambil Hoodie yang entah datang darimana. Lalu memakai rokku tek memperdulikan bajuku yang kupakai tadi malam.

Gila kali aku mau pakai baju sialan itu. Bisa-bisa temanku sekamar heboh melihat tubuhku yang memar.

Aku mendesah merasakan pangkal pahaku yang kurasa sedikit ngilu. Aku berdecak kesal dengan itu. Untung saja ini hari sabtu sekolah libur.

Aku melangkahkan kaki menuju halte dan menutup kepalaku menggunakan tudung hoodie yang ku pakai.

Sial sial sial

Bagaimana besok aku menemui Kevan? Memalukan.

Aku lupa tak membawa tasku. Oh doubel sial!!

Lalu bagaimana aku membayar?

Seorang menarik uang dan aku hanya menatapnya dengan senyum tak enak.

"Hehe maaf bang, lupa bawa uang." Nyengirku membuat lelaki itu berdecak.

"Gak akan ketipu gue sama tipu muslihat lo! Banyak cewek kaya lo yang ngandelin muka doang." Ucapnya membuatku menaikkan alis.

"Maksud lo bang? Gue beneran gak bawa uang. Gue tadi abis kabur dari--" Sebentar, mengapa aku menceritakan hal ini?

"Yah pokoknya ada masalah bang. Besok gue bayar dobel deh." Pintaku dengan wajah melas.

"Gak kalau lo gak ada uang ya lo turun lah." Ucapnya membuatku mendesah pasrah.

Aku bangkit namun aku di tubruk dari belakang. Tepatnya di geser untuk duduk kembali.

"Nih sekalian punya gue bang." Lelaki itu yang tadi menggeserku. Ku lihat abang kenek itu pergi dan lelaki tadi ikut duduk di sampingku.

"Bau-bau abis lakuin dosa." Ucap lelaki itu membuatku menegang. Apa sebau itu?

"Kenapa lo tegang? Gue bener?" Tanyanya mengejek.

Aku hanya menatap lurus. "Makasih." Ucapku membuatnya mengangguk.

"Cowok lo gak cariin lo? Masa pagi-pagi udah kabur apalagi setelah nganu haha." Tawanya meledak membuatku membekap mulutnya kesal.

"G--gue khilaf tadi malem." Ucapku menggaruk tengkuk kikuk.

"Besok-besok kalau mau kabur jangan cuma pakai hoodie sama rok pendek gitu. Nanti di jawilin orang orang mesum." Ucapnya sambil tertawa.

Aku hanya pergi tak menggubris lelaki itu.

"Inget! Gue Restu!" Ucap lelaki itu sedikit berteriak.

Namanya restu?

Aku segera memasuki apartemen dan segera mandi.

"Dari mana aja lu." Ucap teman ku yang ternyata sudah di apartemenku. Pagi pagi begini?!

"Serah aing lah wlee." Ejekku sambil menjulurkan lidah.

"Gue kira lo dibawa om om. Di cariin temen temen tau gak." Aku menyengir.

"Mandi dulu gue." Kelly mengangguk dan melanjutkan acara membongkar kulkas.

Setengah jam sudah aku merendam tubuh dengan air hangat. Lumayan mengurangi ngilu yang kurasakan.

Aku turun.

Kulihat Kelly membuka kulkas ."Kulkas kok isinya cuma telor doang." Aku menatap kelly dengan tatapan malas. "Otw jadi anak kuliahan! Inget hemat!" Ucapku membuat kelly mencebik bibirnya.

"Lo tau, gosip yang beredar?" Aku yang sedang mencari chanel tv menggeleng tak menggubris. Aku sedang tidak dalam mood terbaik untuk bergosip. "Dasar kudet!" Kudengar dengusan napas kesal dari Kelly.

"Berita apa emang?" Aku dengan malas memutar tubuh menghadap Kelly dan mengabaikan acara Spongebob yang terpampang.

Kulihat Kelly sedang mengotak atik hp-nya dan sekejap mengarahkan layarnya ke arahku untuk melihat apa yang ingin di tunjukannya padaku. Aku membaca dengan serius lalu aku mengernyit bingung. "Lo tau gue ga kenal tuh artis dan gue bodoamat dia mau dating ama siapa."

Kelly menghembuskan napas kesal. "Lo perhatiin tuh cowoknya gak sih Sya?!" Aku lalu merampas sedikit kasar karena sebal Kelly terlalu bertele-tele. Aku mulai menzoom sedikit gambar di sosial media tersebut lalu aku baru tersadar.

"Kevan?" Tanyaku ragu yang masih melarikan mata di kolom komentar tak menghiraukan Kelly.

"Menurut lo, tuh cewek beneran pacar kevan bukan?" Nada yang di suarakan Kelly membuatku geli. "Mungkin." Jawabku setelah lelah membaca komentar yang kebanyakan berisikan pro untuk artis yang setauku bernama Jessica itu.

"Iya sih kayaknya. Tuh kevan kan semua cewek di gebet sama dia heran." Gumamnya menggeleng berkali-kali.

Aku menatap layar dengan pandangan menerawang. "Jessica? Dia bukannya seangkatan kita?" Tebakku. "Mudaan dia malah." Jawab Kelly membuatku sedikit terkejut. "Kelihatan dewasa ya, tapi cantik sih." Kelly setuju dengan ucapanku.

"Konon katanya mau pindak sekolah biar bareng si kevan, nanggung banget gak sih menurut lo?" Aku menolak pendapatnya.

"Dia kan kelas sebelas, ya fine-fine aja lah. Selagi dia banyak cuan buat pindah sekolah." Kelly mendengus tak suka. "Kenapa gak dari awal semester gitu maksud gue njing." Aku terkekeh.

"Udah sih. Selagi gak pake duid lo aman." Aku tersenyum miris. Jadi, aku bermalam dengan kekasih orang? Runyam kalau sampai ada yang tahu.

Kevan tidak mungkin terkena getah, berbeda dengan aku. Karena wanita tempat gunjingan.

"Gue besok libur lah." Celetukku. Kelly mengernyit bingung. "Besok minggu ngapain berangkat?" Aku menghela napas.

"Senin maksud gue." Kelly mengangguk. "Kenapa?" Aku mengendikkan bahu bingung mau menjawab apa.

"Pengen liburan ke bandung gue." Celetukku sekenanya. "Ih gak ngajak?" Marahnya. "Mau me time!" Telakku membuatnya mendengus.

"Kayak anak orang kaya aja lo segala me time!" Aku terbahak. "Lo gatau bapak gue bos sawit hah?!" Kelly hanya menggerutu sebal. "Ya...yaaaa."

Dan saat ini aku masih mencerna apa yang kulakukan tadi malam. Menyesal bukan hal yang tepat. Tapi, kenapa harus Kevan sih Sya?! Arghhh. Andai aku tau Kevan bukan sekedar orang biasa.

Partner In Bed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang