10. Sad dulu sebelum sesad

679 5 0
                                    

Mana tau dunia sesempit itu. Padahal restoran sushi gak cuma satu aja di dunia ini kan? Aku menatap ketiga orang yang ada di satu meja yang sama dan mendadak ingin bergabung di mejaku.

"Cie, yang kemarin abis ngecas mukanya langsung cerah. Secerah brightnes hp nyokap." Gigi menyenggol bahu Sena yang tersenyum malu. Apa yang terjadi dengan kemarin memang?

"Lo deket sama dia lagi Sen?!" Dila yang di samping ku menggebrak meja pelan. Aku menangkap raut jengah di wajah Dila.

"Dia yang minta gue buat dateng ke hotel duluan. Masa iya gue tolak. Really? Cowok se-hot dia gue anggurin. Come on." Pungkas Sena dan langsung menyuapkan salmon ke dalam mulutnya.

"Lo tau kan tabiat tuh cowok?" Geram Dila. Aku benar-benar merasa setidak nyaman itu. Aku menyantap sushi dengan rasa canggung. Kenapa juga sih mereka sok mau gabung makan bareng gue?!

"Dia pilih-pilih kok ceweknya." Kulihat Dila menghela napas jengah. "Serah deh." Gigi melihat ini hanya geleng-geleng. "Udahlah Dil, lagian lo ngapain sih ngurusin Sena deket sama tuh cowok. Jangan bilang lo suka Kevan?!"

Oh jadi cowok yang di maksud itu Kevan? Sepertinya memang cowok itu sangat tidak berbudi baik tapi berbudi bangsat.

"Ngaco lo!" Sanggah Dilla. "Gue gamau kalau Sena sakit hati. Lo tau Sena orangnya gampang ke distrak." Sena memajukan bibirnya luluh. "Ah makasih banget udah care sama gue." Sena bangkit lalu sedikit membungkuk guna memeluk Dila karena dibatasi oleh meja.

"Tapi Dil, gue gabakal mundur kalau gue gak lihat secara langsung dia nge-klaim udah punya cewek. Selama ini gue denger gosip doang. Gue gak pernah tau dia gandeng cewek tuh."

"Lagian dia gak gampang ke goda cewek kok." Tambah Sena.

Kevan? Gak ke goda cewek? Gue yakin udel dia bodong kalau sampai gak ke goda cewek.

"Dia main cantik. Mana mau dia ketahuan kalau dia playboy cap kakap. Gaya sok cool kayak dia cih." Dila tertawa remeh. "Bahkan kalau Amasya duduk di paha tuh cowok gue yakin nyampe hotel." Aku tersedak. Lalu mengarahkan telunjukku ke arah dadaku.

"Gue diem aja ya!" Aku membuat gestur tak terima. Lalu Gigi mengatakan bahwa ini hanya candaan.

"Sya, gimana kalau lo deketin Kevan?" Aku menatap Sena nyalang. "Gak gak. Gak mau gue." Aku melambai tak mau. "Iya kasih tau aja biar si Sena tau sebangsat apa si Kevan Sya." Dila menyenggol sikuku.

"Itu kenapa gak si Gigi aja. Kenapa harus gue?!" Sena menggenggam tanganku. "Kalau Gigi gak mungkin soalnya Kevan udah kenal. Kan dia belum kenal lo kan?" Apa? Tidak mengenalku? Aku bahkan sudah melihat punya dia. Dan... memainkannya euww gone

"Kalian apaan sih. Gue gak mau terlibat dunia artis." Ucapku sedikit ketus. "Santai dong sok iye banget sih lo jadi orang." Ucap Gigi mendorong bahuku. Sewot banget ni bocah.

"Apa lo dorong-dorong gue anjing!" Aku langsung berdiri dan balas mendorong dadanya. Sebelum semuanya terlalu jauh, badanku sudah dijauhkan dari Gigi oleh Dila. "Sorry dia emang emosian." Dila berbisik di telingaku sambil menepuk bahuku.

Heii ini masalah sepele loh!

"Jangan nyesel lo semua kalau nanti Kevan bakal gue bikin bucin ya anjing!" Aku menunjuk Gigi dengan amarah. Apa-apaan dia. Deket juga tidak main ngajak berantem.

"Mana mau Kevan sama cewek berisi kaya lo! Dia mah suka sama cewek langsing." Aku menatapnya kesal. Dia bilang aku berisi?! Lihat lah Gigi dia seperti kurang gizi badan sekurus itu apa yang di banggain?!

"Awas ya gue buktiin!" Aku menepuk lengan Dila pelan untuk melepas lingkaran lengannya lalu menyambar tas ku dan pergi dari sini. Hari liburku yang ingin ku isi dengan kedamaian, berujung menyebalkan.

Partner In Bed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang