The First Day Box

4.1K 522 20
                                    


"Rissa, kamu Rissa, kan?" Aku masih tidak percaya dengan penglihatanku. Kami sempat berpapasan di lobi gedung tadi, tapi aku masih belum yakin. Nerissa Ardani atau Rissa adalah teman baikku saat masih di SMP. Kami duduk sebangku lalu berpisah saat aku SMA di luar negeri mengikuti Papa dan Mama.

"Ren? Renata?" Gadis dengan berkacamata dengan rambut ikal berwarna blue black itu juga menatapku tidak percaya. Saat aku mengangguk, gadis itu berteriak kecil. Kami lalu saling berpelukan dengan gembira, tidak memedulikan pandangan orang-orang yang kebingungan melihat kami.

"Gila, nggak nyangka bisa ketemu lo di sini!" Rissa berkata dengan penuh semangat. Kami dulu sangat dekat, hanya saja saat kami berpisah, perlahan kontak di antara kami pun berkurang. Rissa masih sama seperti dulu. Wajahnya yang cantik khas sunda dan keramahan senyumnya tidak berubah.

"Aku tadi khawatir salah orang pas mau negur," ujarku tak kalah semangat. "Soalnya tadi kurang jelas lihat muka kamu. Baru di sini aku yakin kalau itu kamu. Nggak ada yang bisa lupa dengan lesung pipi kembar itu." Aku menunjuk ceruk kembar yang ada di wajah Rissa, yang membuatnya semakin menarik, apalagi saat dirinya tersenyum lebar seperti sekarang.

"Lo ngapain di CCG? Jadi klien?" Rissa menggandengku lalu kami duduk di salah satu sofa yang ada di lobi kantor yang luas itu. Kantor CCG tampak sangat modern dan profesional, dengan dominasi warna hijau dan putih. Ada dua orang resepsionis yang sigap mengarahkan tamu untuk menunggu di ruang tunggu atau ke beberapa ruang meeting kecil yang ada di bagian depan kantor.

"Aku kerja di sini. Ini baru hari pertama."

"Yang bener!" Rissa berteriak lagi, membuat semua orang di lobi kembali menoleh ke arah kami. "Gue juga! Ini hari pertama gue. Jangan-jangan, lo MT juga?"

Aku menganggukkan kepala mengiyakan. "Oh, kamu juga MT di sini? Ya ampun, ini kebetulan yang aneh."

Rissa memiringkan kepala, tanda dia hendak bertanya tapi masih ragu. Setelah beberapa kali membuka dan menutup mulut, akhirnya Rissa berkata, "gue bingung. Lo itu dari keluarga T. Perusahaan keluarga lo aja ada entah berapa banyak. Lo tinggal pilih mau kerja di mana. Ngapain juga lo jadi MT di sini?"

Pertanyaan yang bagus! Kalau tidak karena Papa, aku juga tidak mungkin ada di sini.

"Lo juga kece banget di hari pertama. Nggak kalah sama senior di sini." Rissa memandangku dari atas sampai bawah, membuatku sedikit sadar diri. Apakah mengenakan workwear dari Dior ini terlalu berlebihan? Aku ingin tampil cantik dan prima di hari pertamaku sebagai karyawan baru.

Aku menarik napas dalam sebelum menjawab dengan diplomatis, "nggak segampang itu juga mengurus perusahaan keluarga. Aku harus mengumpulkan banyak pengalaman dulu. Maklum, aku masih fresh graduate, jadi banyak yang harus aku pelajari, supaya suatu saat nanti, aku bisa memimpin dengan baik."

Rissa bersiul kecil. "Keren juga lo. Gue nggak nyangka lo bisa berpikir sejauh dan seluwes itu. Nggak semua keturunan orang kaya rela bekerja di perusahaan selain punya emak bapak atau saudaranya. Hebat! Gue salut!"

Senyumku berubah menjadi senyum senang. Sepertinya, memang usulan Papa sangat tepat. Semoga saja pekerjaanku ini bisa benar menambah pengalaman dan wawasanku.

*****

"Terima kasih atas perhatian kalian. Semoga kalian betah dan bisa bertahan di CCG." Sesi induction yang dipimpin oleh salah satu HRBP (Human Resource Business Partner) baru saja selesai. Selama kurang lebih 2 jam, kami diberi pengarahan dan materi mengenai CCG dan juga KPI (Key Performance Indicators) kami sebagai Management Trainee.

Periode MT di sini adalah dua tahun, dengan rotasi setiap enam bulan di divisi yang berbeda. Akan ada penilaian kinerja di setiap akhir periode rotasi. Untuk rotasi pertama, aku akan berada di bawah divisi FMCG, yang khusus menangani klien-klien dari perusahaan FMCG. Sementara itu, Rissa berada di bawah divisi Financial Services. Selain kami berdua, ada tiga orang MT yang lain: Adelia, Ivan, dan Michael alias Mike. Semuanya adalah lulusan S2 dari universitas luar negeri, termasuk Rissa. Aku baru tahu bahwa Rissa kuliah di Amerika dan baru saja kembali ke Indonesia, seperti aku.

[TELAH TERBIT] Life Outside The BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang