°°Ten°°

11 4 4
                                    

Selamat Membaca, Readers..

° ° ° °

Hari ini adalah hari pertama bagi seorang Alista menginjakkan kakinya di kampus tempat dirinya akan mengejar ilmu. Yang di mana kampus yang sama dengan Zenatha. Tentunya setelah mempertimbangkan beberapa hal.

Saat ini dirinya sedang menunggu kehadiran Zenatha di samping gerbang utama menuju kampus Bimantara dengan seorang diri. Sesekali juga sambil mengecek handphone miliknya.

Tak lama, seseorang menghampiri nya. Namun dia bukan Zenatha melainkan Azzam.

"Lo nunggu Zen?" Tanya Azzam dengan santainya.

Alista mengangguk. "Iya nih, tumben dia ngaret."

"Tadi sih masih nunggu kendaraan umum." Balas Azzam memberitahu. "Gue ajak bareng gak pernah mau."

"Gak heran sih, emang gitu anaknya dari dulu kalo sama cowok." Balas Alista lagi.

"Ngobrol bentar yuk, sambil nunggu Zen Dateng, mau gak?" Ajak Azzam yang masih setia berada di atas motornya.

Alista mengangguk mendengar ajakan itu. Kemudian Azzam langsung meminggirkan motornya supaya tidak menghalangi jalan.

"Lo tau banyak tentang, Zen?" Tanya Azzam to the point.

"Jelaslah, gue kan udah lama kenal sama dia. Kenapa Kak?" Balas Alista bertanya.

Azzam menggeleng pelan. "Gue cuma gak nyangka aja, cewek kayak Zen udah ada di sekitar hidup gue sejak dulu."

"Kayak Zen? Emang Zen cewek kayak apa, Kak?" Tanya Alista dengan heran.

"Intinya gue yakin sikap yang dia tunjukkan ke gue dan yang lain itu bukan sikap dia yang sebenarnya." Balas Azzam yang sedikit di mengerti oleh Alista. "Lo tau sesuatu kan?"

Ketika mereka sedang asik membalas perkataan masing-masing, dengan tiba-tiba si objek yang sedang menjadi topik utama pun datang.

"Jangan sok tau dan gak usah kepo!" Ucap Zenatha dengan datar.

Azzam yang mendengar itu pun langsung menolehkan kepalanya ke arah sumber suara dengan raut wajah yang sudah berubah drastis.

"Udah udah, lo gak usah marah-marah sama Kak Azzam, mending langsung anter gue ke ruang dosen, gue kan belum tau masuk kelas mana." Sambung Alista yang sejak tadi terdiam.

Tanpa berniat untuk mendapatkan sebuah jawaban, Alista langsung menarik lengan Zenatha untuk bisa pergi dari sana. Jika di biarkan yang terjadi hanyalah sebuah keributan. Pikir Alista.

Setelah itu Azzam langsung memutuskan menuju kelasnya tentunya dengan perasaan tidak enak. Emang benar-benar nih mulut, kagak ada remnya banget. Pikir Azzam.

Namun di perjalanan lagi dan lagi orang itu berhasil menggangunya. Siapa lagi jika bukan Selena?

Menyadari kehadiran Riyan di sana juga membuat Azzam langsung melangkah ke arah lelaki itu. "Temen gue udah lama suka sama lo, daripada lo kayak gini ke gue mending sama dia aja, udah jelas-jelas dia sayang banget sama lo. Gak percaya? Buktiin gih!"

Mendengar perkataan Azzam barusan membuat Selena langsung menoleh ke arah Riyan. Lelaki itu lagi, memang sudah sejak lama dia menyimpan rasa kepada Selena. Namun Selena sama sekali tidak menggubrisnya.

"Gue masuk ya, jangan pernah nolak kalo belum pernah nyobain." Pamit Azzam yang pandangannya sudah melihat ke arah Selena.

Zenatha melihat kejadian itu. Tentunya setelah mencari tahu tentang keberadaan kelas Alista. Yang ternyata tidak sekelas dengannya namun tidak cukup jauh jarak antara kelasnya juga kelas Alista. Walaupun mengambil fakultas yang sama mereka tetap terpisahkan karena memang fakultas ilmu komunikasi tidak hanya ada satu kelas di dalam kampus ini.

ZENATHA [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang