1. Pertemuan Pertama.

11.1K 373 91
                                    

Halooo...
Untuk pembaca baru, mungkin kalian akan nggak nyaman karena tulisan di sini masih berantakan. Ini cerita yang aku buat tahun 2021 bulan Oktober. Waktu di mana aku masih baru banget membuat sebuah tulisan tanpa ilmu apa-apa. Jadi, sudah pasti banyak hal yang mungkin bikin gak nyaman.

Well, jika merasa bacaan ini bukan selera atau ganre yang kalian suka, skip aja tanpa memberi komentar jahat. Aku menerima kritik berserta sarannya.

Dan untuk pembaca lamaku yang mungkin sedang membaca ulang, terima kasih sudah mengikuti kisah Aufan dan Tata yang alurnya berjalan begitu saja.

⚠️🔞🔞🔞⚠️

Happy reading.

"Sebab tangis yang tertahan di tenggorokan lebih sakit dari air mata yang terjun begitu saja."

Renata Windari.

Dehaman keras dari suara bas seorang pria membuat wanita yang saat ini mengenakan pakaian sexy, tanpa sadar bergidik ngeri. Gerak tubuh yang merasa tak nyaman dengan kain tipis yang menempel di badan, membuatnya beberapa kali menahan napas resah. Meremas tali tas di atas bahunya sambil membatin semoga malam ini akan pulang dalam keadaan baik-baik saja. Dan ia bersyukur kakinya masih bisa berdiri tegak walau ketakutan nyaris menenggelamkannya.

"Kemari lah," perintah si pria dengan nada yang seolah tak bisa dibantah.

Wanita dengan postur tubuh yang terbilang mungil itu, mulai berjalan ragu ke arah pria yang duduk di sofa. Lima menit lalu, kakinya terus gemetar saat berdiri di salah satu pintu kamar yang ada dalam hotel berbintang dibilangan Jakarta. Meski sangat enggan dan terpaksa ia benar-benar tak punya pilihan selain harus menjual sesuatu yang ia punya.

Lebih tepatnya menjual diri.

Sampai dengan ragu di hadapan sang tuan, wanita itu duduk di sofa yang berbeda. Lantas melirik takut pada pria yang baru saja menenggak segelas wine dengan gerak santai.

"Siapa nama kamu?

Si wanita langsung menegakkan pinggangnya, duduk formal bak calon karyawan yang sedang diwawancarai oleh CEO dari perusahaan besar. Berdeham sebentar sambil menahan rok mini yang semakin terangkat saat mulai duduk, ia lipat bibirnya sebentar sebelum menjawab pertanyaan sang tuan.

"Windi. Nama saya Windi, Tuan," jawabnya mencoba santai meski kegugupan sedang mengejeknya terang-terangan.

Seringai khas milik sang pria mulai muncul saat ia memilih bangun untuk menghampiri wanita itu. "Saya Aufan Zaccth, kamu boleh panggil saya Mas Aufan," katanya seraya menjulurkan tangan pada wanita yang mendongak dengan tatapan takut dan ragu.

Menggemaskan sekali pikirnya.

Perlahan dan dengan keraguan yang begitu kental, Renata atau wanita yang sering dipanggil Tata, menjabat tangan besar nan hangat itu sebentar. Berharap agar gemetar yang sejak tadi ada tak dirasakan pria tersebut.

Aufan mengangguk singkat. Tersenyum manis sembari mendaratkan bokong di sebelah wanita yang menggeser sedikit posisinya. Dalam hati, Aufan benar-benar bingung dengan sikap pelacur itu, tapi di samping perasaan tersebut ada hal yang membuatnya ingin menakuti wanita itu lebih lama.

Ketuk Di Sini. (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang