Aufan Zaccth adalah pria dewasa dengan segudang kesuksesannya. Meski latar belakang keluarga yang sudah kaya raya sejak lama, tapi kecerdikan pria itu dalam berbisnis tak bisa dipandang sebelah mata.
Dalam tujuh tahun masa kepemimpinannya, Aufan sudah berhasil memajukan hotel bintang lima dan penginapan yang nyaris bangkrut di pantai Pangandaran.Memiliki wajah tampan dan pemikiran cerdas membuat Aufa menjadi bidikan para orang tua yang memiliki anak perempuan. Siapa yang tak menginginkan menantu dari keluarga kaya raya yang tampan, juga mapan. Namun, Aufan si pria serba bisa yang sombong itu selalu abai dengan tawaran perjodohan yang disodorkan para kolega bisnisnya. Padahal Aura—nama adiknya—sudah memiliki seorang anak.
Bukan tak mau, hanya saja Aufan benar-benar tak tertarik dengan hubungan yang melibatkan jangka panjang. Jika butuh pelepasan dia hanya tinggal menelpon seseorang yang akan mengirimkannya wanita untuk memuaskan hasratnya.
Namun, ternyata tak selamanya seperti itu.
Kali ini Aufan terus membayangkan tubuh mungil dan polos wanita yang seminggu lalu ia tiduri. Windi, nama itu terus berputar di kepalanya. Setiap jengkal tubuh telanjang itu direkam jelas oleh otak sialannya yang bahkan masih bisa merasakan liang sempit yang menghisap kejantanannya. Payudara sekal dengan pinggang ramping membuat Windi seperti mahakarya yang begitu mahal di matanya.
Lebih tepatnya di otak mesumnya.
Kembali memejamkan mata dengan punggung yang disandarkan pada kursi kebesarannya, Aufan memijat kening setelah menyelesaikan rapat mingguan dengan kepala direksi dan beberapa investor asing yang ingin bekerja sama dengannya.
Sedetik setelah mengembuskan napas kasar, suara ponsel berdering nyaring. Membuat Aufan menyambar benda pipih tersebut dan menjawab panggilan dari anak buahnya.
"Iya, Jon. Gimana, lo dapet infonya?"
Sudah seminggu ini Joni, pria berusia 25 tahun yang menjadi orang kepercayaan Aufan sedang bertugas memata-matai Tata. Mengorek informasi apa pun tentang wanita yang sedang diincar tuannya.
"Bos, gue udah pantau. Namanya Renata Windari biasa dipanggil Tata, janda anak satu. Bukan janda sih, soalnya dia belom nikah, hamil di luar nikah kayaknya," papar Joni tanpa berniat bertele-tele.
Aufan mulai fokus, lalu membuka kancing bagian atas kemejanya sambil mendengarkan hasil kerja Joni seminggu ini.
"Anaknya tiga hari lalu operasi mata. Dia tinggal di daerah Pluit, di rumah bekas orang tuanya. Ibunya meninggal waktu dia SMA, bapaknya nikah lagi, dia punya saudara cewek, gue blom selidikin saudaranya. Terus—"
"Dia pelacur?" sela Aufan penasaran.
Joni tak lekas menjawab yakin. "Gue kurang yakin, Bos," jedanya sebentar. "Soalnya seminggu ini gue cuma liat dia kerja di kafe, pulang kerja balik ke rumah."
Aufan tentu saja mengernyit dan bertanya-tanya, bagaimana bisa Tata wanita yang ia kenal sebagai Windi bisa mendatanginya dalam waktu yang tepat saat ia membutuhkan sex.
"Berapa tahun anaknya?"
"Sekitaran tujuh atau mungkin delapan tahun."
"Cewek atau cowok?"
"Cewek, Bos," jawab Joni terdengar bingung dengan pertanyaan orang yang menggajinya setiap bulan.
"Kirim alamat rumahnya, nanti sore gue datengin."
Tanpa menunggu Joni menjawab, Aufan menutup panggilan itu dan kembali mengantongi ponsel yang khusus ia gunakan untuk hal pribadi. Baru saja membuka berkasnya, Aufan melirik ponsel berbeda yang berada dalam laci meja kerjanya. Ponsel yang ia gunakan untuk hal-hal tak berguna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketuk Di Sini. (Republish)
ChickLitSejak awal Tata sadar keputusan yang ia ambil adalah sebuah kesalahan. Namun, melihat sang putri yang saat itu membutuhkan biaya rumah sakit, membuat Tata menutup mata dengan segala kesalahan yang ada. Tata pikir semua akan baik-baik saja saat tungk...