- Hujan Deras -

185 27 0
                                    

_Awal dari semua kegelapan adalah saat danau yang sering membuatku jatuh mulai tertutup dedaunan lebat, yaitu saat kamu menutup mata_

Na Jaemin,

~*~

Waktu itu,

Hari dimana hujan begitu riuh menurunkan airnya ke daratan bumi, hari dimana kabut tebal memenuhi langit untuk dunia Na Jaemin.

Tiga tahun lalu..

Sore yang memberi warna abu dilangit kota, pertanda hujan angin akan segera terjadi. Ia menunduk dan memperhatikan jarum pada arlojinya, hanya tinggal beberapa menit sebelum kelas selesai. Dan sekitar 15 menit lagi Minju akan menghubunginya, memberi kabar kalau dia sudah sampai dengan selamat dirumah.

Yaa, gadis itu kebetulan mengambil izin untuk pergi keluar kota. Melakukan lomba debat yang membuat Jaemin semakin terkagum dengan semua-anggap saja setelah ini Jaemin akan menyatakan hati pada Minju, bukan sebuah rahasia hanya saja Jaemin memang belum pernah mengatakannya secara langsung.

Bel sekolah berbunyi dan disahut ramai oleh seluruh siswa, memaksa para guru untuk menutup pelajaran.

"J, pulang bareng?" Tawar Renjun yang sudah duluan bangkit dari kursi.

Ia menggeleng, memperlihatkan jam pada layar hpnya, "mau kerumah Minju, duluan aja."

Mustahil Renjun tidak tahu, bahkan satpam yang posisinya berada didepan gerbang juga sadar tentang Jaemin dan Minju yang sangat dekat. Begitulah, tidak akan pernah ada pertemanan yang tulus antara laki-laki dan perempuan. Untungnya mereka berdua jatuh bersama namun belum memiliki hubungan yang jelas.

Kabar baik dengan cepat menyebar keseluruh sekolah, tadi siang. Bahwa tim debat dari sekolah mendapatkan nilai sempurna dan akan melanjutkan ke tingkat selanjutnya. Karna itulah, Jaemin sangat menantikan Minju berdiri didepannya dengan segera.

Grshhh...

Grshhh...

Langkahnya dipaksa berhenti sebelum bisa menemui motor diparkiran, tiba-tiba saja hujan turun sangat deras tanpa kawalan. Tapi yaaa, tekad Jaemin sudah bulat ingin menuju kerumah Minju. Apapun caranya. Dan ia teringat dengan hadiah ulang tahun kemarin, jas hujan berwarna transparan. Bagian yang membedakannya adalah ada tulisan 'milik Na Jaemin' yang sangat rapi tersembunyi dibagian dalam jas hujan. Sungguh ia tidak akan pernah bosan untuk berdegup saat melihat tulisan itu.

Jaemin menaruh tas selempang berbahan kulit untuk menghindari ribuan air hujan, berlari menuju parkiran dengan hati-hati.

"Huhh.." sembari membersihkan buliran air yang membasahi tasnya.

Ia tersenyum simpul saat jas hujan baru saja keluar dari jok motor, kembali melihat tanda kepemilikan sebelum memakai pengaman itu. Oh iya! Jaemin cepat-cepat mengambil hp dan mengabarkan posisinya yang sebentar lagi akan otw, lebih baik menunggu dan memberi kejutan kan?

Yang tidak Jaemin ketahui saat itu, chat balasan dari Minju adalah kalimat terakhir yang akan ia dapatkan. Sebuah untaian kata indah satu-satunya yang terkirim dihari ia dengan semangat menyiapkan hati.

-

"Take care, aku kayaknya bakal balik agak lama jadi gausah nunggu. Kita ketemuannya nanti aja, sekalian jalan-jalan. Aku sayang kamu, My Nana 🖤🤍..."

-

Bodohnya Jaemin hanya melirik notif itu sambil berdegup dan tersenyum senang, memang seperti ingin memberi surprise yang tak terduga. Berakhir penyesalan sepanjang tahun.

Gas motornya makin naik, beruntung lenggangnya jalan raya membuat estimasi waktu- kaca helmnya mendadak blur dan..

Citttttt!!!

Suara rem motor yang nyaring keluar dari motor Jaemin, ia hampir saja menabrak kucing yang melintas didepannya. Satu nama, ia secara random langsung menemukan Minju dalam otaknya, seperti panik tanpa alasan. Jaemin bukanlah manusia yang hidup penuh dengan insting, kebanyakan laki-laki memang mengandalkan penalaran, tapi kali ini hatinya mengambil banyak peran.

Tiba-tiba khawatir tentang keadaan Minju.

Udara tidak lagi memenuhi paru-paru, Jaemin merasa sesak luarbiasa sampai melepas rem dan melaju kencang. Instingnya buruk, tidak mungkin-sejak itu ia berhenti percaya pada kata hatinya.

~*~

Belum, Minju belum juga datang sejak 2 jam ia menunggu dirumah gadis itu. Oh yaa, Minju hanya tinggal berdua dengan Sang Bunda. Sehari setelah Minju lahir kedunia, kepala keluarga di rumah itu juga tidak selamat dalam penerbangan yang bermula di Australia.

Kedua kaki Jaemin tidak bisa berhenti mondar-mandir, ia resah dengan hal tadi. Sepertu intuisi namun sekarang sudah mampu mempengaruhi seluruh tubuh.

"Jaemin, kamu ga minum dulu? Sebentar lagi juga Minjunya sampai.." tawar Bunda yang ikutan gelisah, beliau juga sama seperti Jaemin. Mendapati jendela kamar Minju terbuka riuh karna angin.

"Iya tante, nanti aku barengan sama Minju aja," jawab Jaemin lembut. Mau tidak mau juga ia ikut duduk karna tidak ingin menambah-

Telfon kabel rumah itu berdering, membuat Bunda bangkit dan berjalan cepat menuju meja kecil berbentuk bundar.

Anehnya Jaemin juga ikut penasaran, menyimak mimik dan respon jawaban dari Bunda Minju. Beberapa menit setelah memberi salam dan mengangguk iya, tidak jauh dari tempat Jaemin duduk. Ia yakin Bunda baru saja mendapat shock.

Dan benar.

Bunda terjun bebas menghantam lantai, tubuh yang langsung jatuh terduduk dengan tatapan kosong. Reflek Jaemin berlari mendekat, menyambung telinga pada telfon kabel. Dari sekolah yang mengabarkan dimana Minju sekarang.

~*~

Untuk pertama kalinya Jaemin menangis, dalam hidupnya yang tanpa aba-aba mendapati-Minju dipenuhi selang dan alat yang tidak ia tahu namanya. Mendekatpun ia tidak bisa, masih belum saatnya.

Kuat-kuat menggigit bibir bagian dalam, semua yang terjadi hari ini seperti peringatan. Kenapa harus sekarang, kenapa manusia yang mendapat luka parah harus Minju, kenapa Tuhan memilih gadisnya. Kenapa..

Ia ingin cepat bangun kalau saja ini adalah mimpi, yang setelahnya pergi dan mendekap Minju sehingga tidak perlu merasa sakit. Tapi Bunda adalah manusia paling menderita saat ini, paling hancur melihat putrinya kehilangan rasa sadar.

Segera Jaemin menghentikan isakannya, beralih memeluk Bunda yang tertunduk pasrah diatas kursi.

Beberapa kali Bunda mengatakan sesuatu dengan nada suara yang bergetar hebat, berkali-kali juga Jaemin menguatkan hati agar tidak larut. Ia mengangguk pasti, menguatkan seseorang yang sangat penting dihidup Minju, menguatkan Bunda dan berucap kalau semua pasti akan baik-baik saja.

Namun hal yang mematahkan semangat mereka kembali datang, dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun menuju tahun. Mengetahui Minju yang diambang koma, memiliki persenan hidup dan sadar yang sangat minim.

Minju mengalami..

Mati batang otak.

Butterfly After Rain ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang