_Aku tidak akan mengubahnya sekalipun kamu sudah berbuat baik, manusia menyebalkan_
Choi Jisu & Na Jaemin,
~*~
Ia berlari semangat menuju toko bunga, membeli beberapa benih lagi untuk—yaaa, taman rumah sakit. Meski taman itu sudah jauh lebih asri dan penuh dengan tumbuhan, meski kepala rumah sakit dan beberapa perawat mengatakan cukup. Jaemin sudah terbiasa melakukannya.
Terbiasa juga dengan ocehan gadis kursi roda yang hobi berlalu lalang mengganggunya.
Kembali lagi Jaemin berlari kearah mobil, seperti Minju sedang menunggunya. Ia tersenyum sambil membuka pintu.
Drrrtt..
Notif telfon dari Chenle, teman satu kelasnya.
"Iyaa?"
"Lagi dimana, hari ini kita ada kerja kelompok loh," ucap Chenle dengan nada suara sedikit kesal. Jelas karna wujud Jaemin yang suka hilang-hilangan saat selesai kelas.
Jaemin menahan nafas agar tidak sampai kesebrang sana, "sekarang banget?" Tanyanya yang sudah berpegang kemudi mobil.
"Otw sekarang gece, udah ditunggu sama yang lain."
Dan selesai, panggilan itu dimatikan sepihak dari Chenle. Mungkin saja orang itu sudah jengah dengan respon Jaemin, setelah ini mungkin akan lebih mengamuk karna tujuan dari manusia bermarga Na itu tidak mengarah ke kampus.
~*~
Grshhhh...
Grshh...
Baru saja senyumnya mengembang karna sampai dengan cepat diparkiran, tapi hujan tiba-tiba turun menghapus semua imaginnya untuk menanam benih ditaman rumah sakit.
Sialnya ia lupa kalau ada beberapa bunga dipot kecil belum dipindahkan ketempat yang lebih teduh, kemarin Jaemin tidak sempat untuk menyimpannya. Belum lagi hujan kali ini deras, entah apa masih hidup atau bahkan hanyut.
Dengan nekat Jaemin berlari sambil membawa kantongan kresek berisi benih, menutup kepalanya dengan topi hoodie berwarna mint. Sebenarnya jarak taman tidak terlalu, hanya saja kalau dari parkiran selalu seperti berputar balik. Mengesalkan.
Dan setebal apapun pakaian Jaemin pada akhirnya juga akan basah semua, demi bunga kecil yang harus ia selamatkan—
"Lohh, kok gaada???" Jaemin celingukan, bagaimana bisa tidak ada sedikitpun tanda-tanda bunga itu hanyut atau tertimbun air hujan. Seperti musnah begitu saja, atau ada seseorang yang tahu kalau tumbuhan itu butuh tempat berteduh.
Setidaknya Jaemin tidak terlalu khawatir sekarang, pasti diselamatkan oleh salah satu perawat.
Lagi, Jaemin berlari lagi menuju pinggir koridor. Ia menggigil kedingingan karna angin juga mengambil peran untuk sore ini. Sambil merasa menyesal, pasti lantai akan tampak becek karna tetesan dari pakaiannya.
"Kamu serius habis main hujan?"
Jaemin menoleh dan menemukan si menyebalkan, mulutnya mengatup rapat tanpa ada niat menjawab.
"Butuh handuk ga, aku punya satu masih baru juga," tawar Lia memajukan kursi roda.
"Gausah makasih." Anggap saja Jaemin sedang berpadu suhu dengan hujan, yaitu dingin.
"Bunganya ada dikamar, udah layu. Aku ambilin bentar, tunggu disini."
Jaemin tidak sedikitpun menaruh atensi pada Lia, entah sekarang sudah pergi menjauh atau masih ditempat yang sama. Ia acuh sampai mendengar suara sesuatu yang baru saja jatuh, gadis kecil itu Lia.
~*~
Lia bukanlah manusia yang penuh dengan rasa sabar, apalagi kalau ada sesuatu yang membuatnya harus menahan diri. Tapi semua berbanding terbalik kalau manusia keras kepala itu Jaemin, sangat ketus daripada cewe pms.
Ia memutar kursi rodanya malas sambil berdumel ringan menyumpahi sikap Jaemin, kalau saja bukan karna dia sedang mengalami hal traumatis, Lia pastikan sudah menjitak keras kepala Jaemin agar lebih sopan pada manusia yang meskipun asing.
Dalam perjalannya menuju kamar, roda yang diputarnya tiba-tiba saja macet. Dan rasa kesal dalam hatinya makin meningkat, sampai Lia harus terjatuh dari usaha mendorong kursi rodanya.
"HAHHHHHHH..." Lia mendengus kasar sambil memukul kursi roda. Makin hari bukannya sehat malah semakin tersiksa, ia benci semua terapi yang mengambil indranya.
Ditengah ia menundukkan pandangan, seseorang mendorong kursi rodanya untuk mendekat. "Pegangan, aku bantuin naik lagi," ucap Jaemin mulai berjongkok.
Lia termenung melihat orang didepannya, apakah masih Jaemin yang sama.
"Mau naik sendiri?"
Ia menggeleng dan menyambut tangan Jaemin, sangat dingin seperti mayat. Lia yang berusaha bangkit dan—
Jaemin terpeleset yang membuat mereka berdua jatuh berbarengan.
"Sakitttttt," eluh Lia yang jatuh dengan posisi terduduk, sementara Jaemin yang kepalanya hampir membentur lantai.
"Sorry sorry, licin soal—"
Sekarang gantian, Lia yang mengulurkan tangannya agar Jaemin bisa duduk lebih cepat. "Siapa tau kepleset lagi?" Tawar Lia yang mengundang senyuman kecil dibibir Jaemin.
"Na Jaemin, gapapa kalo udah tau tapi kita emang belum pernah kenalan beneran kan," sambut Jaemin yang kali kedua menyentuh telapak hangat milik Lia.
~*~
Jaemin tidak terbiasa tidur saat malam, ia tidur hanya kalau dirinya mengantuk.
Beberapa kali Jaemin meraba antara jari kiri dan kanan, semua cenderung dingin yang baru ia sadari. Sebelumnya entah semati apa syarafnya karna tidak merasakan hangat, dan baru kembali saat menyentuh tangan Lia.
Pertama kalinya setelah insiden..Minju,
Pada akhirnya ia mendapatkan handuk dan susu kotak bervarian vanilla dari Lia, bertemu dengan bunga yang ternyata masih sehat. Tapi masih saja Jaemin berdenial kalau tadi sore ia menjadi manusia ramah, sungguh diluar dugaan. Apalagi tentang berkenalan, benar-benar konyol.
Jaemin berpindah posisi tidur menghadap ke kanan, Lia tidak seburuk apa yang dipikirkannya. Bukan mengganggu melainkan sebatas membantu, benar begitu. Lagi Jaemin berpindah posisi kesebelah kiri, kenapa harus perduli pada manusia asing.
Apakah mereka asing?
Asing sampai Jaemin terpaku pada beberapa pigura dimeja kamar Lia, sampai gadis itu bercerita tentang sebuah bencana yang mengubah seluruh hidupnya.
Walaupun begitu, walau Lia banyak mengeluh untuk menerima kenyataan, dia tetaplah gadis yang kuat. Bukan seperti Jaemin yang justru nyaman dengan kata denial, menolak rasa kalau harus beralih melihat kedepan.
Dan ia kembali rindu pada sosok Minju, "aku harus gimana, aku masih belum pantes buat bahagia kan.."
Menemui gelap karna menutup mata, "i miss you so bad.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly After Rain ✔
Fanfiction[Done] Setelah kepergiannya aku menutup rapat semua pintu, sampai hari dimana kamu dengan paksa mendobraknya~ By Tomatoyou ●,○/^