Panti Asuhan Kasih Ibu

41 19 13
                                    

BAGIAN DARI SEMUA CERITA INI ADALAH FIKSI, BERDASARKAN IMAJINASI!

•••

Oni Maladewa mendorong masuk kursi roda Mamanya menuju ruang tengah. Di sana anak-anak berkumpul bersama dengan Fara, sedangkan Raya dia berlarian ke sana-ke mari mencari kamar yang akan dia tempati.

Dari kejauhan, Oni mengulas senyum menatap wajah ceria Raya, sembari mendorong kursi roda Mamanya untuk mendekat ke arah mereka. Decitan kursi roda berhenti tepat di samping Fara.

“Far, kamu urus anak-anak dulu ya, aku akan bawa Mama ke kamar tidurnya,” ujar Oni pada Fara.

Fara mengangguk dan tersenyum tipis. “Iya, Ni, kamu bawa Mamamu dulu, dia pasti kelelahan,” kata Fara.

Oni mengangguki perkataan Fara, mungkin ada benarnya, karena sejak sampai ke sini, Mamanya menampakkan wajah pucat pasi. Mungkin dia kelelahan, karena jarak dari kota ke desa Karawa membutuhkan waktu selama 2 jam. Cukup lama untuk seseorang yang hanya berdiam, tanpa menggerakkan tubuhnya sama sekali.

Oni pun hendak bersiap mendorong kursi roda Mamanya. Namun, tiba-tiba Raya berteriak, ketika dia berdiri di salah satu ruang kamar yang jaraknya begitu dekat dengan anak tangga dan ruang tengah.

“Tante, Raya mau tidur di sini ya?” Raya menunjuk kamar itu.

Oni pun mendorong kursi roda Mamanya, sedangkan Fara mengikuti langkah Oni. Lalu, Oni berkata pada Raya, “Kamu boleh pilih kamar yang mana aja, tapi jangan yang ini ya, Sayang. Karena ini buat  Eyang Yesa, dia butuh tempat yang lebih mudah untuk ke mana aja,” tutur Oni dengan lembut.

“Yah ….” Raya bernapas panjang, wajahnya nampak kecewa, membuat Fara mendekati gadis kecil itu, lalu mengusap puncak kepalanya.

“Raya sayang ‘kan sama Eyang Yesa?” tanya Fara pada Raya, gadis itu mengangguk.

“Jadi biarin Eyang di sini ya, karena Eyang gak boleh capek, kan, Eyang juga pakai kursi roda, susah juga kalau naik turun tangga, Raya paham ‘kan sama apa yang Tante Fara ucapin?” Fara bertanya kembali pada gadis kecil itu, lalu gadis itu kembali mengangguk.

“Raya sayang sama Eyang, jadi Raya mau cari kamar lain aja deh,” tutur polos Raya yang membuat Fara gemas, sehingga mencubit kedua pipinya yang merah mekar.

“Aw … Hahaha.” Raya tertawa renyah, lalu melepaskan diri dari cubitan Fara. Sedangkan Fara hanya bisa tertawa melihat tingkah laku gadis kecil berusia 7 tahun itu.

Oni juga melihat itu, hanya bisa tersenyum. Fara pun menoleh, menatap Oni. “Kamu juga suka ya sama Raya?” Tiba-tiba Fara bertanya.

“Aku suka, dia manis,” jawab Oni pada pertanyaan Fara, lalu Oni kembali bersuara, “Aku masuk dulu ya.” Fara mengangguk dan menampilkan senyum manisnya.

☰ ☱ ☲ ☳

Oni masuk ke dalam kamar bersama Mamanya, pemandangan yang nampak di dalam kamar adalah masih polos, belum ditata sama sekali. Oni pun mendorong kursi roda Mamanya ke tengah ruangan kamar, lalu dia mulai mengambil sprai baru yang ada di dalam lemari, dan mulai memasangkannya.

Kini, kasur itu sudah terbalut sprai baru yang layak untuk ditiduri oleh Mamanya. Oni pun kembali mendorong kursi roda ke samping tempat tidur, lalu dia mulai membopong Mamanya dengan pelan, untuk direbahkan di atas ranjang tempat tidur.

Devil's GateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang