"Sergia _twins_ sama-sama pirang sekarang?" tanya _Miss_ Wynnie saat aku melangkahkan kaki menuju kantornya untuk menyerahkan lirik lagu buatanku. Kemarin sekali usai mendengar tipe kekasih Cia dari Helios, aku warnai rambutku tanpa ragu, dengan bantuan _hair extensions_ kubuat surai halus itu tampak lebih panjang dari dahulu. Untunglah sekolah ini tidak terlalu peduli akan warna atau panjang rambut, selama nilai tetap di atas rata-rata, maka aku bebas. "Cantik, _Miss_ suka."
Aku mengucap terima kasih lalu menyodorkan rekaman lagu yang akan ditampilkan oleh aku dan MAM-0097 pada pentas seni beberapa minggu lagi. Kami mendengarkannya bersama, membiarkan irama dan nada memanjakan telinga kita. Lagu yang kuberi judul _'Happier'_ itu bisa dibilang berhasil membuat guruku terharu. Setidaknya anak _band_ setuju untuk menambahkan laguku dalam penampilan mereka. Yoshua bahkan tidak masalah aku menggantikan tempatnya. Memang benar suasana sesi latihan kami masih sering canggung berkat ucapanku hari itu, tapi setidaknya Cia tidak menghindariku lagi. Bahkan rasanya seperti hubungan kami tak pernah terjadi.
"Kalian udah coba latihan buat lagu ini?" Aku mengangguk mengiyakan. _Miss_ Wynnie mengacungkan jempol lalu menyerahkan kaset rekaman tersebut kembali padaku. "Bagus, abis ini kalian juga mau latihan kan?"
"Iya, _Miss_. Saya pamit dulu, ya?"
Aku mengucap selamat tinggal pada guru seni bersurai hitam panjang itu lalu bergegas menuju ruang latihan _band_. Sejujurnya setelah beberapa hari latihan, aku masih belum yakin apakah aku pantas di sini. Sesampainya di sana, aku melihat anak-anak _band_ telah berkumpul, masing-masing menyiapkan instrumen musik yang akan mereka mainkan. Dan tampaknya aku menjadi topik hangat dalam pembicaraan ketiganya.
"Yoshua bilang dia ada waktu buat tampil terakhir, mungkin kita bisa minta tampil di akhir aja?" Aku tidak melihatnya langsung, tapi aku yakin itu suara Deus.
"Sodara kembar lo gimana?" Haris balik bertanya.
"Mending kita tampil sama Yoshua aja ngga sih? Nanti aku tahan Dios di rumah biar dia ngga muncul di sekolah."
"Solusi lo ga masuk akal, tapi gue juga ga mau perform pake lagu dia sih," Haris menjawab. Padahal baru beberapa waktu lalu aku percaya mereka telah menerimaku sepenuhnya. Ternyata memang aku hanya seorang tak berbakat di mata mereka, bahkan Deus.
"Ya... _Happier_ emang belom mateng sih, gue juga ogah galau-galau di panggung." Suara Cia. Aku tidak percaya seorang Cia bergabung dalam percakapan bodoh mereka. Kuperhatikan di antara ketiganya, Huntara tidak hadir seperti biasa. Di saat aku sadar itulah Huntara datang dari belakangku, mengentuk pintu ruang latihan, dan membuat mereka yang bercakap-cakap menargetkan fokusnya pada aku dan Huntara di depan pintu.
"Ini tiga-tigaan ngapain ngeliatin _aing_?" Dengan wajah polosnya, Huntara bertanya.
Aku tak tahu harus berkata bagaimana. Ketika ketiga dari mereka sibuk memajang wajah canggung dan berlagak tak bersalah, Deus akhirnya melangkah maju, ia melepas _keyboard_ dari kalungan lehernya dan mencoba meraih tanganku untuk mencairkan suasana. "Dios, lagu kamu udah di _approve_ sama _Miss_ Wyn, kan? Yuk mulai latihan!"
Aku cengkeram punggung tangannya yang menyentuh pergelanganku, membiarkan kuku-kuku tajam menancap pada kulitnya. Deus meringis kesakitan, namun sebelum ia dapat mengambil kembali tangannya, kutarik ia dan kugenggam _keyboard_ yang ia bawa. "Lu kayaknya lagi sakit deh, gimana kalo lu pulang di rumah, dan biar gue aja yang perform pake _keyboard_ ini?"
"Dios," Cia berseru. Wajahnya sedikit khawatir, tapi rautnya itu hanya membuatku semakin marah. Huntara yang tampaknya tidak paham akan situasi pun hendak menghentikan aku karena Deus terlihat kesakitan. Ia meletakkan telapak tangan kotornya pada pundakku beberapa kali, seakan memohon agar aku berhenti.
"Lu pacarnya kan? Sini dong! Anterin pacar lu ke UKS, gue rasa Deus ga bisa perform sama kita lagi, mending kita tampilin lagu-lagu yang gue tulis sendiri aja ngga sih?" Aku berseru tepat di depan telinganya dengan menekankan kata 'sendiri' agar ia merasa bersalah. Kuku kutancapkan lebih dalam pada kulitnya, membuat Deus membisikkan namaku beberapa kali. Cia baru saja akan melangkah mendekat ketika Haris memotong aksinya dengan kalimat menohok.
"Ck. Baperan. Jangan buang-buang waktu ngapa? Lagian akui aja sih, lagu lo emang kurang pantes dibawain di panggung." Tepat saat Haris berkata demikian, kurebut _keyboard_ Deus dan kulemparkan instrumen musik tersebut pada Haris. Namun sayangnya bidikanku kurang tepat, instrumen itu berbenturan dengan drum di dekatnya. Membuat dua alat musik itu rusak seketika.
_"Belegug sia teh,_ anjing!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moving O-not
Romance"Do you tell them they're the most beautiful person you've ever seen? An eternal love bullshit you know you'll never mean. Remember when I believed you meant it when you said it first to me?" Visualized by : Son Dongju Inspired by : Driver's...