Chapter 1

575 90 27
                                    

Chapter 1:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 1:

WATER

.

.


.

Kota Manchester terasa dingin malam ini. Hujan mengguyur kota sedari sore hingga malam ini. Belum ada tanda-tanda akan berhenti. Curah hujannya tidak terlalu deras, tapi sanggup membuat tubuh basah kuyup hanya dalam beberapa detik saja.

Manchester merupakan salah satu kota metropolitan di Britania raya. Dan menduduki peringkat ketiga sebagai kota terpadat di Manchester raya. Kota ini memiliki sejarah yang panjang dan menarik karena dulunya disinilah didirikan pemukiman sipil Romawi, tepatnya pada tahun 79 M.
Kota Manchester juga berada di garis terdepan saat revolusi industri pada abad ke-19.

Dengan aktivitas utama perekonomiannya berada di sektor jasa dan keuangan, Cashel memberikan perhatian khusus pada kota ini.

Bukan sebagai seorang pejabat, tapi lebih pada seorang pengusaha jenius.

Hanya saja, dia 'tak tersentuh' oleh siapapun atau apapun.

Kehidupannya sangat misterius sampai banyak paparazi yang memilih untuk menyerah dalam mencari tau seperti apa sosok Cashel dibalik media dan orang-orang yang menjadi rekannya.

Rasa haus mereka harus direndam meski tanpa diberi minuman tentang kehidupan pribadi Cashel.

"Welcome, father. Kami sudah menemukan orangnya." Benjamin mempersilahkan Cashel untuk berjalan lebih dulu. Mereka menyusuri sebuah lorong yang minim pencahayaan dan terasa lembab.

Cashel tak menyahut.

Benjamin mengerutkan keningnya saat dirasa aura Cashel kali ini terasa mencekiknya. Ini buka hal baru, tapi entah kenapa Benjamin masih belum terbiasa.

Pintu didorong dari luar oleh Benjamin, meski begitu Cashel tetap masuk lebih dulu. Ruangan ini... Ugh! Bahkan untuk berada disana selama satu menit saja rasanya akan sangat menyiksa.

Ruangan itu sangat hening, benar-benar hening hingga yang terdengar adalah suara tarikan dan hembusan nafas. Lalu menit berikutnya, degupan jantung akan terdengar, kemudian suara aliran darah juga akan menyusul.

Cashel tersenyum kecil, dia menghampiri seorang pria yang terbaring dengan posisi terikat. Langkah kaki Cashel terdengar menyeramkan. Senyum masih bertahan di bibirnya meski semakin lama terlihat menyeramkan.

Benjamin memperhatikan dalam diam. Untuk yang satu ini, biarkan tuannya yang melakukannya.

"Earl Samuel?" Cashel bertanya dengan nada halus. Meski begitu, orang yang dipanggil justru tambah frustasi. Tidak salah lagi, dia akan menghadapi kematiannya sekarang.

DRINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang